Chapter 12

144 23 0
                                    

Tell him your feelings

"Eh? Apa."

Haewon menatap layarnya dengan tercengang. Setelah beberapa detik, dia menghela nafas.

Bagaimana langkah-langkah sebelumnya bisa membantunya?

Haewon mengacak-acak rambutnya dengan kedua tangan dan menundukkan kepalanya ke lutut. Tubuhnya jatuh di tempat tidur dan Haewon mulai berguling-guling.

"Ahhh, aku benci menjadi seorang amatir untuk mencintai..."

Itu adalah malam yang gelisah untuk Haewon.







Haewon grogi bangun dari tidur beberapa jam dan melanjutkan rutinitas paginya.

Ketika Haewon sampai di sekolah, dia tidak memperhatikan teman-teman yang memanggilnya.

"Haewon terlihat lelah dan tidak bersemangat hari ini." Sullyoon mengerutkan alisnya.

"Mungkin karena dia sudah mengikuti langkah-langkah dari panduan yang dia cari." Isa menjawab.

"Oh ya, itu benar! Haewon benar-benar berjuang keras, tapi dia merasa kelelahan." Ucap Jinni menatap Haewon dengan khawatir.

Haewon membuka loker dan meletakkan barang-barangnya. Kepala Haewon terasa berat dan dia merasa pusing luar biasa.

'Kenapa harus hari ini? Kenapa aku harus dalam kondisi puncak untuk mengaku pada Jihoon-sunbae...'







"Ms. Jang! Saya pikir Haewon perlu pergi ke ruang kesehatan." Seeun memanggil, memandang Haewon.

"Hm? Haewon? Apa kau yakin dia tidak hanya tidur lagi?" Ms. Jang menggoda dan beberapa tawa mengikuti.

Haewon menyandarkan dahinya ke telapak tangannya. Haewon ingin memberi tahu kelasnya bahwa dia baik-baik saja, tetapi dia tidak bisa memaksa dirinya untuk berbicara.

"Wajahnya benar-benar merah. Jinni, periksa dahinya." Perintah Ms. Jang.

Jinni meletakkan telapak tangannya di dahi Haewon dan mencicit dengan keras.

"PANAS! Dahinya sangat panas! Saya akan membawa Haewon ke ruang kesehatan, Ms. Jang!" Kata Jinni dan membawa Haewon ke ruang kesehatan.







Petang ketika Haewon bangun.

"Di mana aku?"

"Kau di ruang kesehatan, Haewon."

"Jihoon-sunbae? Tunggu, bukankah kau seharusnya latihan?" Haewon bertanya.

"Ahahaha, yah, aku harus istirahat sebentar..." Jihoon mengusap bagian belakang kepalanya.

"Ahem- Ngomong-ngomong, apa kau merasa lebih baik?"

Haewon bangkit dan memakai sepatunya.

"Aku merasa baik-baik saja sekarang. Aku hanya kurang tidur dengan benar belakangan ini." Haewon memberi Jihoon senyuman kecil.

Sebenarnya Haewon masih merasa agak panas tetapi dia tidak ingin Jihoon khawatir.

"Jadi sunbae, jangan khawatirkan aku! Kau harus pergi latihan, kan?" Haewon membungkuk dan keluar, meninggalkan Jihoon sendirian di ruang kesehatan.

"Haewon...?"







"Ahhh.. Aku sangat lelah." Haewon mengeluh.

Ketika Haewon keluar dari sekolah, matanya tidak sengaja melihat Jihoon yang sedang berjalan ke belakang sekolah, semakin penasaran Haewon mengikutinya dan berusaha tidak ketahuan.

'Jihoon-sunbae sedang apa di sana? Bukankah dia seharusnya latihan?'

Haewon melihat Jihoon berbicara dengan seseorang dan seseorang itu adalah gadis.

'Siapa gadis itu? Aku tidak pernah melihatnya?'

'Aku sering melihat cerita romantis seperti ini, jika lelaki dan gadis itu sedang berjalan di belakang sekolah atau tempat lain, pasti salah satu dari mereka ingin menyatakan perasaannya.'

Pikirkan Haewon berjalan kemana-mana, Haewon menggelengkan kepalanya dan berusaha berpikir positif. Mungkin saja gadis itu adalah teman Jihoon, atau sepupunya. Seperti ketika Haewon salah paham dengan Wooyeon.

Dan mata Haewon membelalak terkejut. Haewon melihat Jihoon dan gadis itu berpelukan.

Hati Haewon merasa sakit melihat ini. Tanpa pikir panjang, Haewon segera menjauh karena tidak ingin melihat kelanjutannya.







Sudut Jihoon

Jihoon berjalan menuju belakang sekolah bersama teman sekelasnya, Uchinaga Giselle.

"Apa yang ingin kau bicarakan, Giselle?" Tanya Jihoon dengan lembut dan tersenyum pada gadis itu.

Giselle menarik nafas panjang, "Maaf aku mengganggu latihanmu Jihoon.. Aku ingin bicara denganmu kalau aku... Aku mencintaimu Jihoon. Tolong pergi denganku?" Giselle menyatakan perasaannya dan membungkuk.

Jihoon membulatkan matanya dan terkejut dengan pernyataan Giselle yang secara tiba-tiba.

".. Mianhae, Giselle.. Aku tidak merasakan hal yang sama padamu." Jihoon menolaknya secara lembut.

"Lagipula, aku sudah mencintai orang lain."

Giselle yang mendengar itu merasa kecewa tetapi mengangguk mengerti, "Aku mengerti Jihoon.. Lagipula aku sudah menyatakan apa yang ada di isi hatiku padamu, terima kasih Jihoon." Ucap Giselle, berusaha tidak mengeluarkan air matanya di depan Jihoon.

"Sama-sama Giselle dan maaf aku menolakmu.. Aku yakin kau akan menemukan seseorang yang lebih baik dariku." Ucap Jihoon.

Begitu Jihoon ingin pergi, Giselle segera memeluknya erat. Membuat Jihoon tambah terkejut dengan tingkahnya.

"Maaf, aku hanya ingin memelukmu, sekali saja. Apa kau tidak keberatan?" Tanya Giselle.

Jihoon menatapnya lama-lama dan menggeleng, "Tidak, aku tidak keberatan." Ucap Jihoon, tidak ingin membuat temannya merasa sedih walaupun Jihoon sendiri menolaknya.

"Terima kasih Jihoon. Maaf aku mengganggu waktu latihanmu. Aku berharap kita masih bisa berteman." Ucap Giselle.

"Ne, aku berharap kita juga masih bisa berteman. Sampai ketemu besok Giselle." Pamit Jihoon dan pergi meninggalkan Giselle dan menuju ke lapangan.

Tetapi Jihoon tanpa sengaja melihat seorang gadis yang berlari tergesa-gesa membuat Jihoon merasa tak asing dengannya.

'Bukankah itu Haewon? Kenapa dia begitu tergesa-gesa? Aku harus mengikutinya.'



—TBC—



🔓 Unlock new characters :

Uchinaga Giselle

Uchinaga Giselle

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
One Step CloserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang