9

67 16 1
                                    

"Kita mau kemana?" tanya Sinbi penasaran.

Sementara itu, Jungkook yang sibuk melajukan motornya hanya tersenyum menanggapi pertanyaan gadis itu dibalik helmnya.

"Ke suatu tempat yang sudah kujanjikan," jawabnya memberi bocoran.

Sinbi merasakan saluran darahnya mengalir cepat ke seluruh tubuhnya. Perasaan antusias dan tidak sabaran menghampirinya. "Dan dimana itu?" tanyanya lagi semakin dibuat penasaran. Perasaan gadis itu sepertinya dalam keadaan sedang baik-baiknya.

"Nanti juga tau." Dan lagi, Jungkook tetap berpendirian tidak memberi tahu Sinbi.


****


Hari ini cuaca terlihat sangat cerah sama seperti moodnya. Setelah mengalami hari berat kemarin karena Jaehyun bersama dengan Sinbi seharian penuh. Demi Tuhan, ia merasa benar-benar tersiksa saat melihat pemandangan yang begitu menyiksanya itu. Jungkook tidak suka ketika Sinbi harus terus-terusan bersama dengan Jaehyun. Cemburu? Tentu saja.

Sepanjang hari kemarin, ia merasa jika seharusnya tatapan dan senyum itu hanya diperuntukkan untuk dirinya sendiri, bukan Jaehyun atau bahkan lelaki lain. Mungkin sikapnya ini terdengar posesif karena hanya menginginkan Sinbi untuk dirinya saja, tapi ya mau bagaimana lagi? Ia tidak suka jika gadis yang ia sukai dibagi-bagi.

Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih satu setengah jam, mereka pun tiba di sebuah pantai. Ya, Jungkook sengaja membawa Sinbi ke tempat waktu itu lagi.

Sementara itu, Sinbi yang menyadari hal itu hanya meneguk ludahnya susah payah. Sinbi sama sekali tidak mengerti dengan jalan pikiran Jungkook.

"Jung, kau serius?" tanyanya lirih sambil mengeratkan pegangan tangannya pada kain jaket yang lelaki itu kenakan.

Jungkook bisa merasakan bagaimana Sinbi merasa cemas setelah tahu jika ia membawanya kemari. Untuk memberi ketenangan dan kenyamanan gadis itu, Jungkook mengusap punggung tangan Sinbi yang masih memegang erat jaketnya.

"Tenang, ada aku disini, Sinbi," ujar Jungkook menenangkannya lagi.

Kepala Sinbi menggeleng, ia kembali meneguk ludahnya susah payah. Jika perasaan panik menyelimutinya, entah mengapa tenggorokannya selalu cepat mengering.

"Bukankah kita sudah melakukan ini sebelumnya? Aku tidak bisa, Jungkook." Sinbi bersikukuh menolak keinginan lelaki itu yang membawanya kemari. "Entah apa alasanmu lagi hari ini, tapi semua akan berakhir sia-sia karena aku tidak akan menyanggupinya."

Jungkook setia memasang senyum di bibirnya, ia pun menggandeng Sinbi hingga dia turun dari motornya. "Sinbi, kau sudah tidak takut hujan kan karena Jaehyun atau Prince mu itu kembali? Jadi kenapa kau masih saja takut dengan laut?"

Sinbi menggeleng. "Entahlah, Jung. Tapi aku tetap merasa takut."

"Baiklah, aku sudah memutuskan."

Sinbi mengangkat wajahnya memandang Jungkook dengan tidak mengerti. "Apa itu?"

"Jika kedatangan Jaehyun kembali hanya mampu menyembuhkan traumamu pada hujan saja, maka dari itu. Sekarang, waktunya aku menyembuhkan traumamu pada laut."

Sinbi memandang ragu ke arah Jungkook. "Jung, ini akan berjalan sulit."

"Mari melakukannya, karena aku selalu siap berada di sampingmu. Setiap saat," ucapnya begitu serius.

"Tapi Jung, aku merasa tidak akan bisa," jawab Sinbi yang dipenuhi keraguan. Jungkook menggenggam tangan Sinbi.

"Pejamkan matamu, lalu tarik nafas dalam dan hembuskan perlahan, setelahnya buka lagi kedua matamu." Jungkook mengintrupsi Sinbi untuk mengikuti perkataannya.

Sinbi pun melakukan apa yang dikatakan Jungkook. Ia mulai memejamkan matanya dengan tangan Jungkook yang masih menggenggam tangannya. Ia melakukan hal itu karena mempercayai Jungkook sepenuhnya.

Setelah merasa lebih baik, Sinbi mulai membuka matanya perlahan. Bisa ia rasakan jika genggaman tangan Jungkook semakin mengerat. Lelaki itu ternyata juga sudah menuntunnya ke bibir pantai.

Hal itu tentu saja membuatnya terkejut. "Tenanglah, Sinbi. Kau akan aman."

Jungkook menepati perkataannya, lelaki itu selalu berada disisinya ketika ia dilanda ketakutan dengan traumanya. Meski rasanya susah sekali untuk bisa melawan trauma itu, tapi Jungkook tidak pernah lelah menemaninya bahkan juga menenangkannya.

"Sinbi, ulangi kata-kataku. Katakan jika semua akan baik-baik saja." Lagi-lagi Jungkook memintanya untuk mengikutinya.

Sinbi mengangguk. "Semua akan baik-baik saja... semua akan baik-baik saja.. semua akan baik-baik saja."

Entah berapa kali Sinbi merapalkan kalimat itu, dan benar rasanya sekarang ia jauh merasa lebih baik. Kalimat itu seakan mujarab untuk melawan ketakutannya.

Kegigihan Jungkook sepertinya berbuah manis. Meskipun ia masih belum sepenuhnya pulih, namun kali ini ia bisa lebih rileks ketika melihat hamparan lautan luas di depan sana. Tanpa kuasa Sinbi menitikkan air matanya. Bahkan ia sampai membungkam mulutnya sendiri karena masih tidak percaya ia bisa melakukan hal ini dan melawan traumanya.

Jungkook yang melihat itu pun menarik Sinbi ke dalam pelukannya. "Lihatlah, kau bisa melakukannya. Dan aku bangga padamu," kata Jungkook memberi Sinbi apresiasi atas keberaniannya melawan ketakutannya sendiri yang diakibatkan dari traumanya di masa lalu.

Walaupun ia tahu, akan banyak lebih waktu untuk Sinbi bisa terbiasa berada di laut tanpa munculnya rasa panik yang berlebihan. Tapi seperti janjinya, Jungkook selalu berada di sisinya setiap saat.

Dalam pelukan itu, bisa Jungkook rasakan bagaimana tubuh Sinbi bergetar karena goncangan tangisnya. Pasti gadis itu masih amat tidak menyangka jika dia bisa begini. Jungkook pun semakin mempererat pelukannya. Bahkan ia juga mengusap punggung gadis itu untuk menenangkannya.

Dalam beberapa saat, situasi terasa begitu hening. Hanya ada suara yang berasal dari deburan ombak. Suara itu seakan menjadi musik penghantar kedua orang itu. Sinbi menemukan ketenangan disana.

Sepertinya Jungkook benar, laut tidak semenakutkan itu, ketakutan hanya ada di dalam pikirannya sendiri. Mungkin, laut bisa jadi begitu berbahaya jika seseorang tidak peduli dengan keselamatannya sendiri, dan itu berlaku pada Sinbi kecil.

"Jung?" Sinbi memanggil lelaki itu dengan pelan.

"Hmm?"

Sinbi mendongakkan kepalanya untuk bisa melihat lelaki itu tanpa melepaskan pelukan mereka. "Terima kasih," ucapnya dengan sepenuh hatinya. 

Sinbi bukan tanpa alasan mengatakan hal itu pada Jungkook, karena dia bukan hanya membantunya dalam melawan ketakutannya, tapi Jungkook juga berperan penting di setiap situasi berharga di hidupnya. Sama seperti saat ini, Sinbi begitu bahagia.

Jungkook tersenyum. Lelaki itu dengan gemas mengusap puncak kepala Sinbi. "Iya, sama-sama. Sekarang kalau aku mengajakmu datang kemari, kau tidak akan ketakutan lagi kan?"

Sinbi mengangguk pelan. "Aku akan berusaha untuk tidak merasa takut lagi."

"Pelan-pelan saja, aku percaya kau bisa melewati ini. Karena kau adalah gadis terkuat yang pernah aku temui."  Jungkook memuji Sinbi. Lelaki itu mengatakannya dengan jujur.

Sinbi meninju pelan lengan Jungkook, mereka pun tertawa bersama. Setelah merasa Sinbi sudah mulai terbiasa, tiba-tiba Jungkook berlari menjauh.

"Jung, kau mau kemana?" tanya Sinbi.

"Tunggu sebentar," jawab lelaki itu dan kemudian membawa ranting kayu yang ia dapat di sekitar area pantai itu. Sinbi mengernyit bingung.

"Jung, apa yang ingin kau lakukan dengan ranting itu?"

Jungkook tersenyum. "Kau akan segera mengetahuinya, Sinbi." Dan benar saja, ketika lelaki itu mulai memanfaatkan kegunaan ranting kayu itu, Sinbi langsung paham.

Ternyata dengan ranting kayu itu, Jungkook menggunakannya untuk menulis sesuatu di atas pasir. "Hwang Sinbi, you did it!!" Sinbi membaca tulisan yang ternyata bentuk apresiasi dari Jungkook. Gadis itu pun tersenyum.

"Not just me, tapi kita, Jung! We did it!!" katanya.


Jangan lupa follow ig-ku @shawingeunbi2 dan yang mau beli ebook sinkook bisa langsung japri ada promo 50k buat 4 ebook.

Everywhen(Sinkook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang