Chapter 5

611 13 10
                                    

5.

Aku masih mengingat ketika kemarin malam Karel menjeputku. Mengapa dia bisa sebaik itu terhadapku? Padahal dulu dialah orang yang selalu membuat emosiku memuncak. Karell... Hmmmm... Nama itu mampu merubah hatiku. Apa iya aku harus mencintainya demi melupakan orang itu? Tapi Bianca.... Apakah persahabatan ku harus hancur lagi untuk kedua kalinya...

Hari ini sebisa mungkin aku menghindari Karel dan Bianca. Padahal hari ini adalah kampanye ketua OSIS, tapi aku sama sekali belum membuat poster apa pun. Aku memang tidak berniat untuk mencalonkan diri sebagai ketua OSIS. Untuk apa mencari yang baru kalau sudah ada bibit yang terlihat. Hanya membuang waktu saja. Selain itu,aku pun masih tidak mau kembali sebagain orang yang nomor satu di sekolah. Dengan menjadi ketua OSIS, sama saja mengembalikan diriku seperti dulu.

"Heh..." Bianca menepuk bahuku.

Aku pun menoleh melihatnya.

"Kenapa?"

"Bengong aja mbakk.... Kok lo belum buat poster sih buat kampanye?"

"Lo tahu sendiri kan Ca gue ga niat." Aku tersenyum kecut.

"Loh emang Karel ga ngomong apa-apa sama lo yah?"

"Ngomong apa?"

"Lo si pakai acara hilang kemarin. Jadi gini, kita memutuskan buat tetap ikut kampanye. Siapa pun yang menang gue merelakannya seratus persen." Bianca tersenyum tulus.

"Ca.... Gue tahu itu bukan dari hati lo. Hati lo ga menginginkan itu terjadi."

"Keylaaa....... I trust you. Gue yakin lo bisa dan gue rela kok." Bianca tersenyum padaku dan memelukku. Sementara aku tidak memberikan reaksi apa pun.

Bianca melepaskan pelukannya.

"Ayo gue bantuin buat poster." Bianca menarik tanganku menuju ruang OSIS.

***

Hari ini adalah kampanye OSIS yang sangat dadakan. Tanpa persiapan apa pun, aku hanya mengandalakan apa yang ada di otakku saja. Untung Bianca membantuku untuk membuat poster. Saat kampanye aku melihat mereka terlihat gugup. Sedangkan aku, yang saat ini aku pikirkan hanyalah bagaimana agar warga sekolah ini tidak memilihku. Aku sudah terbiasa untuk berbicara di depan umum dengan bekalku waktu SMP. Pak Guntur memang benar, aku sudah matang untung dijadikan ketua OSIS,tapi hatiku masih belum dapat menerimanya dan mungkin tidak bisa menerimanya.

Mulutku terus saja mengalir sewaktu berdebat. Aku harus bisa menahan mulutku ini agar berhenti,tapi aku juga tidak mau membuat suasana hening.

AHA ! Tiba-tiba saja aku mendapat ide untuk memancing Bianca. Aku tahu dia memiliki kualitas yang baik,hanya saja dia belum begitu mengeluarkan seluruh kemampuannya. Dengan segala kemampuanku aku mampu memancing Bianca untuk menegeluarkan seluruh kemampuannya, Karel pun tidak mau kalah. Aku tahu meskipun saat ini kami menginginkan Bianca yang menang,namun semua diantara kami tidak ada yang ingin menjatuhkan kualitas diri masing-masing.

Kampanye kali ini diakhiri dengan tepuk tangan oleh seluruh warga sekolah yang menyaksikan kami berdebat. Aku melihat sebuah senyuman tersungging di bibir Pak Guntur. Kini aku paham dengan maksud Pak Guntur menyuruhku untuk menjadi calon Ketua OSIS. Hahahaha,aku akui Kepala Sekolah ku ini sangat cerdas.

Aku tahu beliau ingin menggali semua kemampuan yang Bianca miliki. Bianca memang memliki kualitas yang baik,namun terkadang dia tidak mampu untuk megeluarkan itu semua,hingga di sinilah aku berada, membantunya untuk membuktikan kepada seluruh warga sekolah bahwa seorang Bianca Tanuwija adalah orang yang pantas untuk di jadikan ketua OSIS.

"Ca... Hebat..." Aku mengangkat kedua jempolku untuk Bianca.

"Makasih Key. Lo jugaa." Bianca tersenyum tulus padaku.

Friend or LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang