Bab 6

4 0 0
                                    

"menarik.. Baiklah untuk melihat seberapa patuhnya dirimu kepadaku sekarang buka seluruh pakaianmu dan kemarilah" ucap Il Woo sambil mengulurkan salah satu tangannya. Memanggil Hyo-Jin agar datang menghampirinya.

Hyo-Jin menelan ludahnya dengan susah payah. Membelalakkan matanya lurus terarah kepada Il Woo. apa yang harus dia lakukan? Pikir Hyo-Jin dalam hati. Menuruti Il Woo atau menentangnya. Hyo-Jin tidak bisa berfikir dengan benar saat ini. Hyo-Jin masih berdiri terpaku ditengah ruangan yang besar. Dipandanginya sekali lagi tangan Il Woo yang mengulur menyambutnya. Tangan itu terlihat kuat dan kokoh sekaligus menggiurkan seperti iblis.

Apa yang harus dia lakukan? Batin Hyo-Jin. Sedari tadi hatinya berkecamuk memikirkan apa yang akan Il Woo lakukan terhadapnya jika dia datang menyambut tangan itu serta mematuhi perintahnya.

"Hyo-Jin ssi kemarilah.." sekali lagi suara berat dingin Il Woo memanggilnya. Raut wajah Il Woo sulit ditebak namun terlihat dengan jelas ada senyum yang menghiasi bibir manisnya tersebut.

Dengan gemetar Hyo-Jin mengarahkan kedua tangannya naik kearah kancing kemejanya yang setengah basah kuyup akibat hujan, sesekali dia menatap kemejanya dan Il Woo bergantian lalu memutuskan untuk mengembalikan kedua tangannya lagi kesisi tubuhnya. Hyo-Jin menggelengkan kepalanya dan entah mengapa Hyo-Jin mengayunkan kedua kakinya perlahan-lahan berjalan maju mendekati Il Woo.

Hyo-Jin sudah tidak ada keberanian untuk melawan Il Woo lagi saat ini. Lenyap entah kemana. Dia nyaris meyakini bahwa keberaniannya tempo lalu untuk menentang arogansi Il Woo adalah sebuah keajaiban. Dia kehilangan harta, keberanian, dan harga diri untuk menuntut dan melawan Il Woo. Saat ini Hyo-Jin adalah wanita yang lemah dan dia membenci kenyataan itu.

Tangannya sangat dingin ketika Hyo-Jin meraih tangan hangat dan kuat milik Il Woo. Hyo-Jin mengeryit dalam ketika aliran listrik mengaliri seluruh tubuhnya menjadikan gairahnya meningkat tajam. Il Woo menggenggam tangan Hyo-Jin dengan kuat membuat Hyo-Jin menatap lurus mata Il Woo mencari tahu apa yang ingin Il Woo lakukan terhadapnya.

Namun ketika Hyo-Jin menatap mata Il Woo lebih dalam dia tersentak kaget karena entah mengapa kerja jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Seakan jantungnya sendiri bisa membunuh dirinya secara perlahan-lahan karena tidak bisa mengontrol aliran darah yang mengalir di seluruh tubuhnya. Kemudian Hyo-Jin juga merasakan seolah-olah paru-parunya tidak bisa mengontrol keseimbangan antara karbon dioksida dan oksigen karena disekitarnya tidak ada persediaan oksigen yang memadai untuknya.

Apa yang terjadi denganku? Pikir Hyo-Jin.

Hyo-Jin masih menatap mata Il Woo dengan intens ketika tanpa sadar dia sudah berada di hadapan laki-laki itu. Dengan lembut Il Woo membuka kaki Hyo-Jin dengan lebar, menariknya agar duduk dipangkuan Il Woo. Ini pertama kali bagi Il Woo memperlakukan seorang wanita begitu lembut dan intim, Hyo-Jin yang pertama baginya. Dan ini juga pertama kalinya bagi Hyo-Jin diperlakukan seperti itu oleh seorang laki-laki yang mana laki-laki tersebut adalah orang yang paling dibencinya sejagat raya.

Dalam lubuk hati Hyo-Jin terdalam dia sangat menyukai pose seperti ini, dipangku layaknya seorang ayah kepada anaknya. Dia merindukan momen momen seperti itu apalagi Hyo-Jin tidak bisa mengingat sama sekali kenangan terindah dengan ayah tercinta.

Hyo-Jin menatap Il Woo dengan tanda tanya besar mendominasi pikirannya. Dia bisa merasakan jari tangan Il Woo menjamah seluruh tubuhnya secara perlahan-lahan seolah-olah dia adalah sebuah benda yang mudah rapuh.

"apa yang kau lakukan? Bukankah kau ingin menyentuhku. Maksudku secara intim, aku pikir kau akan marah karena aku tidak menuruti perintahmu"

"aku memang ingin sekali menyentuhmu, tapi nanti ada waktunya."

EgoisticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang