Vinca, 3

5 1 0
                                    

Vinca pulang kerumahnya, seperti biasa rumahnya kosong dan sunyi. Ayah ibunya selalu sibuk dengan pekerjaan masing masing, tidak memperdulikan anaknya sedang apa dan dimana

Setiap hari Vinca diberi uang banyak oleh ayahnya, tapi baginya uang banyak tidak bisa membeli kebahagiaan. Rumah terasa mati

Vinca seperti mayat hidup diruang mayat, hanya tidur, belajar dan main game saja.

Terkadang ia iri dengan teman kelasnya apabila pembagian raport, pembagian raport adalah hari yang dibenci Vinca

Bukan karna nilainya yang kecil, tapi orang tua. Raport Vinca selalu diambil oleh Bi Rika, pengasuh Vinca sekaligus ART dirumahnya

^⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠^

“Ehh dek Nca udah pulang, makan dulu nak” Bi Rika menyambut kepulangan Vinca

“Aku udah makan Bi, masih kenyang. Ntar aja”

Bi Rika mengangguk sambil tersenyum, Bi Rika sudah tahu Vinca suka makan larut malam.

“Papa lembur lagi? Mama arisan lagi?” Tanya Vinca.

Bi Rika menatap sendu Vinca, terlihat raut wajah Vinca yang mulai sedih. Bi Rika mengangguk, Vinca menghela nafas berat lalu berjalan menuju kamarnya

Ia membuang tasnya lalu membanting tubuhnya keatas kasur, ia menatap langit langit sambil terdiam sejenak

Ia mengusap wajahnya kasar, lalu berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya

Ia langsung naik keatas kasurnya, mencoba untuk terpejam. Namun ada notifikasi masuk kedalam ponselnya

Mama;
Nca sudah pulang? Mama ga pulang ya malam ini, nginep di tante Raya.

Vinca: Ya.

Untuk apa ibunya mengirim pesan padanya, toh setiap hari Vinca tau ibunya sibuk dengan teman teman arisannya

Bukannya benci, Vinca hanya kesal mengapa mereka selalu mementingkan urusan masing masing daripada anaknya

Orang tua Vinca masih sangat menyayangi Vinca. Vinca adalah anak satu satunya dari keluarga itu

Vinca masih menatap langit langit kamar, lalu melihat beberapa foto masalalu yang terpasang di dinding. Air mata sudah menggenangi pelupuk matanya

Tanpa tersadar air mata Vinca luruh sepenuhnya, malam itu Vinca hanya menangis sejadi jadinya, melewatkan makan malam

Bi Rika mengetuk kamar Vinca membawakan makan malam untuknya, tapi tidak ada jawaban. Hanya suara isak tangis Vinca

Bi Rika memutuskan untuk kembali kebawah dan menyimpan makanannya, mungkin Vinca memang butuh menangis malam ini untuk meluapkan emosinya.

^⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠^

Dikostnya, Varka sedang belajar. Ia mengerjakan tugas yang diberikan guru tadi siang, hanya ditemani lampu belajar yang redup

Tiba tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya, sang pengetuk juga memanggil nama Varka

Ia segera beranjak menuju pintu kamarnya, ternyata ibu kost. Ia memberi satu nasi bungkus untuknya
Varka tersenyum tak lupa mengucapkan terimakasih

Varka hanya tinggal seorang diri, kedua orang tuanya sudah meninggal beberapa tahun lalu, ia juga anak bungsu, kedua kakaknya sudah menikah dan memiliki anak.

Kakak Varka menawarkan untuk tinggal dirumahnya, tapi Varka menolak karna ia sudah besar, Bibi Varka menawarkan hal yang sama

Bibi Varka diamanahi oleh ibunya Varka untuk mengurus Varka apabila beliau sudah tidak ada.

Akhirnya Varka tinggal dirumah bibinya, tapi karna perasaan tidak enaknya ia memilih untuk tinggal dikost dekat sekolah. Uang hidup Varka tetap menjadi tanggung jawab kakak Varka

Varka sebenarnya anak pintar dan selalu ranking, tapi karna keterbatasannya ia diragukan untuk mengikuti lomba.

Tapi meskipun begitu, Varka tidak putus asa, ia terus belajar agar bisa menggapai mimpi dan impian orang tuanya

Walaupun Varka tidak memiliki orang tua, Tapi ada Bibinya, yaitu Risa dan kedua kakak laki lakinya. Ervan dan Ryon, yang selalu ada untuknya

Varka tetap bersyukur walaupun ia diberi keterbatasan berbicara Varka tidak pernah menjadikan hal itu untuk menyerah dalam kehidupan

Varka yakin, dirinya bisa menjadi orang sukses dan bermanfaat bagi semua orang.


Jangan lupa Follow dan Vote yya! Terimakasih.

Lavender, Vinca (On Going)Where stories live. Discover now