[5]

42 8 3
                                    

Bagi yang lupa, bisa baca ulang dulu ya :D!

Happy Reading!

.
.
.
.

"Bisa-bisanya otak udangmu itu mengatakan hal bodoh, Makhluk Besar," Senku berkomentar sambil mengernyit, terlihat jelas wajahnya yang tampak cengo mendengar pengakuan Taiju.

"Kau memang bodoh, tapi apa kau memang sebodoh itu?"

Senku sudah sangat mengakui Taiju itu tidak pintar, bahkan dia akan dengan senang hati mengkategorikan Taiju sebagai orang bodoh. Tapi rasanya, diantara hal bodoh yang pernah dikatakan Taiju pada Senku, kali ini adalah yang paling bodoh.

Respon Taiju sangat diluar dugaan.

"Hahaha! Apa salahnya! Semua yang melihat juga pasti setuju kalau kalian itu serasi!"

Wajah Senku berubah jijik.

Senku pun mengumpat, "Selalu saja omong kosong itu."

Aoi bergeming mendengar umpatan Senku. Siapapun pasti hafal dengan sikap Einstein muda itu yang sangat anti-romantisme karena menurutnya tidak logis. Yah, tidak ada yang salah, hanya saja terkadang dia mendapat komentar yang mengarah pada kisah cinta karena kedekatannya pada sang partner, Aoi.

Padahal mereka sebatas rekan kerja, mereka tidak akan terlihat beriringan jika tidak membahas hal serius. Saking hanya 'sebatas rekan kerja' keduanya tidak mengetahui latar belakang satu sama lain selain yang berkaitan dengan sains dan penelitian.

Sayangnya, kacamata orang-orang menilai mereka dengan sangat berbeda.

Aoi pun tersenyum masam sambil bergumam, "Yah, tidak ada yang salah, hanya saja terkadang mereka beranggapan terlalu jauh."

Kalau ditanya apakah Aoi baik-baik saja dengan komentar yang mengarah pada 'pasangan', sebenarnya dia tidak keberatan bahkan baginya itu hanya sebatas angin lewat yang akan berlalu begitu saja jika orang-orang sudah bosan.

Tapi bagaimana dengan Senku? Sudah bisa dipastikan Einstein muda itu sangat terganggu dengan komentar semacam itu.

"Oh, jadi bukan seperti itu?" Taiju bertanya polos, "Tidak masalah! Mau hubungan kalian seperti apa, kalian tetap berteman! Tentu saja kalian temanku juga!"

Aoi bergeming, menatap tanah di depan kakinya sambil tersenyum hambar. 

Teman, ya?

"Ngomong-ngomong Taiju-san, lebih baik segera habiskan air jahemu sebelum dingin."

Bak melupakan percakapan sebelumnya, Aoi berceletuk begitu saja. Celetukan itu membuat Taiju gelagapan karena melupakan air jahe yang sejak tadi dia genggam. Alhasil, dia meminum semua air jahe dalam sekali tegukan, yang berakhir dengan sensasi pedas yang tajam di tenggorokan.

"Uwahh, pedas sekali!" Teriaknya.

Cita rasa jahe memang pedas sejak awal.

Aoi tertawa kecil sambil menutup mulut dengan telapak tangan, sementara Senku berwajah masam seakan menyalahkan kecerobohan Taiju.

"Astaga, padahal aku tidak bilang kau harus menghabiskannya semua secara langsung," komentar Aoi masih dengan suara tawanya.

"Otaknya memang tidak pernah bekerja," Senku ikut berkomentar seakan dia ikut dalam pembicaraan.

Disela tontonan Taiju yang sedang panik karena rasa jahe yang tertempel di lidah dan tenggorokannya, Aoi melirik sekilas ke samping mengarah ke Senku.

Entah sebuah kebetulan atau memang keberuntungan yang diberikan oleh Dewa Sang Pemelihara Alam, Senku juga ikut melirik kearahnya.

Pseudosains [Dr Stone x OC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang