[6]

31 4 0
                                    

"Bagaimana situasinya?"

Di kala mereka bertiga telah terpojok oleh kumpulan singa, Tsukasa yang baru saja membuka matanya setelah terbangun oleh cairan pembangkit mengejutkan mereka. Tsukasa yang secara tidak terduga bersikap tenang, cukup membuat mereka tersentak selama beberapa saat.

"Seluruh tubuhmu diselimuti batu. Ada sekelompok singa mengelilingi dari arah pukul sembilan sampai dua!" Senku dengan cepat tersentak kembali ke kenyataan, dan dengan cepat menyampaikan situasinya.

"Oke.."

Tsukasa bangkit dari tempatnya. Serpihan-serpihan batu tiba-tiba terhempas dari tubuhnya begitu ia bergerak dalam sekali serangan. Serpihan-serpihan itu memberikan serangan telak kepada kelompok singa, membuat kawanan itu mundur.

Hanya saja, sang raja singa tidak terima sehingga ia menyerang balik Tsukasa. Dalam sekejap, Tsukasa memberikan pukulan kepada sang raja, membuat sang singa terpental hebat hingga membentur pohon dan tewas seketika.

Senku dan Taiju lagi-lagi dibuat terkejut, tidak percaya atas kekuatan yang diperlihatkan oleh Tsukasa.

Aoi di sisi lain, melihat dengan tatapan tidak percaya dan membeku di tempat. Bola mata langitnya bergetar, selagi menatap kejadian yang berlalu hanya sepersekian detik.

Secara sekilas Aoi bergidik, Tsukasa terlalu menyeramkan. Terlepas dari Tsukasa yang telah menyelamatkan mereka bertiga, Aoi tidak bisa lepas dari pikiran buruk. Entah bagaimana, intuisinya mengatakan bahwa Tsukasa tidak sebaik kelihatannya.

***

Siang hari, semua sepakat untuk pergi ke pantai. Tsukasa dengan penuh cekatan berburu, sementara Aoi dan Senku menyiapkan api dari hasil kayu yang dikumpulkan Taiju.

Senku dan Aoi terdiam selama beberapa saat, mereka hanya fokus ke tugas masing-masing dalam menyalakan api unggun.

Namun diantara keheningan yang melewati mereka, entah dari mana Senku memutuskan untuk bicara.

"Apa yang kau bicarakan dengan Tsukasa?" Senku bertanya disela-sela pembuatan api. Sorot matanya berpendar pelan sebagai akibat dari kobaran api yang mulai memakan kayu bakar, hanya saja terdapat keseriusan di sorot matanya.

Nampaknya Senku menyadari bahwa Aoi sempat berbincang dengan Tsukasa sebelum ia memanggil Aoi.

Pertanyaan Senku membuat Aoi menaikkan pandangan kearahnya. Aoi memicing, nampak asing dengan pertanyaan Senku sebelum tersenyum dengan menghela napas. "Bukan hal serius, Senku-san. Ada apa?"

Senku menoleh kearah Aoi. Ia tampak terdiam, seolah ragu untuk mengatakannya. "Aku belum mempercayainya seratus persen."

Aoi tertegun sesaat, berusaha memahami Senku selagi sorot mata birunya menelisik ekspresi wajah Senku.

"Aku tahu," Aoi mengangguk sebagai gestur balasan dan menghela napas sekali lagi.

Mereka terdiam sekali lagi, baru Aoi mulai bicara, "apa yang membuatmu ragu?"

Senku mendongak keatas, memperhatikan awan yang sedang melintasi corak langit oranye. "Entahlah."

"Rasanya dia tidak bisa dipercaya semudah itu."

Aoi mengangguk setuju. Kalau boleh jujur, terkadang ia merasa tidak nyaman dengan Tsukasa, apalagi jika ia tidak sengaja bertatapan dengannya.

Aoi sempat ingin membuka mulut, tetapi hal itu terhenti karena Taiju telah kembali membawa kayu tambahan. Suara tawanya yang merekah lebar membuat semua orang dapat mendengarnya dari kejauhan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 7 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pseudosains [Dr Stone x OC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang