Happy Reading
Aku melirik manatap seseorang yang duduk disampingku yang sedari tadi mengetik sesuatu di komputer. Sudah seminggu ini aku melaksanakan PKL di perusahaan yang cukup jauh dari rumahku, menurutku. Seminggu pula aku duduk disamping seseorang yang hanya berbicara jika perlu.Tidak ada basa-basi dari kami, bahkan sepertinya ia enggan untuk mengajakku berbicara walaupun hanya menanyakan sekolahku dimana. Aku hanya ingin seperti Raihan yang duduk disamping mbk Gina dipojok sana, yang sedang mengerjakan sesuatu dan terkadang berbincang singkat dan membuat keduanya tertawa tertahan.
Raihan adalah teman satu sekolahku, walaupun kami dari jurusan yang berbeda. Raihan di jurusan akuntansi dan aku di jurusan perkantoran. Dia cukup famous di sekolah. Menjabat sebagai ketua osis dan ketua basket menjadi daya tarik sendiri dari Raihan.
Aku meneruskan pekerjaanku, mendispo surat yang seterusnya aku serahkan kepada kepala bagian. Menghembuskan nafas panjang melihat surat yang menumpuk di meja. Jika kalian tanya pekerjaan Mas Abian apa, dia yang mengelola surat yang sudah aku berikan dan di acc oleh atasan.
"Abian."
"Iya, Pak?" Tanyanya pada Pak Wahyu salah satu karyawan dari bagian kami.
Iya, namanya Abiantara Aditama. Yang sedari tadi aku tatap dengan sembunyi-sembunyi. Aku dengar dari Endang, teman yang aku temui ketika baru saja aku ditempatkan di sini untuk menggantikan dia. Kata Endang, Mas Abian mahasiswa yang magang dari Universitas yang cukup terkenal di kota ini.
"Tolong nanti kamu sama Gita siapkan ruangan dan keperluan buat rapat besok ya."
Ini adalah kali pertama aku dan Mas Abian mendapatkan tugas yang sama semenjak satu minggu ini. Seperti yang aku tahu sewaktu mendispo surat, bahwa akan ada rapat antar kasubag di lantai ini satu hari lagi.
"Baik, Pak."
Setelah disibukan dengan surat-surat yang tak kunjung selesai. Sampai lupa jika jam istirahata sudah datang. Satu persatu karyawan meninggalkan ruangan tapi juga ada yang masih fokus memegang mouse dan dihadapi dengan komputer.
"Istirahat?" Tanya mbk Gina dan Raihan di belakangnya.
"Eh, iya mbk." Aku merapikan meja ku yang berserakan. Ternyata mas Abian juga masih fokus pada komputer.
"Nggak istirahat, Bi?" Aku menatap mas Abian menunggu jawaban atas pertanyaan mbk Gina.
"Iya nanti."
"Bareng kita aja. Sekali-kali, Bi."
Kantin sangat ramai akan karyawan yang berdatangan, ada juga anak-anak magang yang ikut berbaris rapi memesan makan siang. Di belakang ku sudah ada seorang laki-laki yang jarang ikut makan siang aku, mbk Gina dan Raihan. Lebih tepatnya tidak pernah bareng kita ketika makan siang.
"Bekal?" Apakah pertanyaan itu untukku? Aku baru saja mendengarkan orang di sampingku itu bertanya kearahku untuk pertama kalinya.
"Gita emang selalu bawa bekal, Bi. Ke kantin ya cuma nemenin kita makan dan juga pesen es teh."
Aku menghargai makanan yang selalu disiapkan ibu untukku. Menurutku masakan ibu nggak pernah kalah sama restoran bintang lima sekalipun.
Kita berjalan ke lorong kantor yang cukup ramai setelah ke kantin dan menjalankan sholat dzuhur. Terkadang juga tertawa dengan candaan mbk Gina dan Raihan. Setelah makan siang tadi, sesekali aku dan mas Abian berbincang-bincang sedikit untuk rapat besok.
"Mas Abian, ternyata nggk dingin-dingin banget ya."
"Maksudnya?"
"Ya kan sejak saya datang kesini kita jarang berbicara seperti ini." Kataku pada Mas Abian yang sekarang tersenyum tipis, sangat tipis dari ujung bibirnya.
"Saya memang tidak banyak berbicara." Aku mengangguk atas jawabannya, bingung mau jawab apa.
"Git." Panggilnya.
"Iya?"
"Panggil saja Mas Bian." Kali ini senyum yang sedikit lebar dia perlihatkan. Rasanya jantungku de javu melihatnya.
_____
Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Mas Dosen
عشوائي"Abian, ibu boleh minta sesuatu?" Diujung mata wanita yang terbaring lemah itu sudah siap untuk menjatuhkan air matanya. "Iya, Bu?" "Gita sudah kehilangan ayahnya sejak kecil. Dia juga baru saja kehilangan seorang kakak laki-laki yang selalu melind...