Angin berhembus lembut hingga menyingkapkan rambut seorang pria muda yang baru saja turun dari sebuah jeet, memperlihatkan jidatnya yang paripurna. Topi hitamnya tak bisa menutupi mata tajam dengan manik biru kristal yang menatap datar semua orang.
Gio, pria itu. Ia baru saja sampai di Indonesia dengan jeet pribadi miliknya.
Mendengus sinis, pria itu mulai berjalan melewati sekumpulan orang-orang yang menatapnya penuh puja, siapa memang nya yang tidak kenal dengan keluarga George? Keluarga yang memiliki banyak kekayaan bahkan tak akan habis sampai tujuh turunan.
"Salam tuan muda" delapan orang pria berbadan besar dengan kemeja serba hitam, memberi hormat ke arah gio. Sedangkan yang di beri hormat hanya mengangguk dan langsung masuk ke dalam mobil.
3 buah mobil pun melesat pergi meninggalkan airport. Di salah satu mobil paling depan, terdapat gio yang tengah membuka hoodie hitamnya hingga menyisakan kaus hitam yang tak dapat menutupi tubuh kekar nya. Topi hitamnya pun ia buka, semakin memperlihatkan postur wajahnya yang nyaris tanpa cacat.
Gio menatap lurus ke depan, memejamkan matanya. Sungguh ia lelah, sudah berapa jam dirinya tidak tertidur. Gio kesal, kenapa pula penyakit insomnia nya ikut ke dalam dunia novel.
"Apa tuan muda ingin mampir ke suatu tempat terlebih dahulu?"
Pertanyaan sang supir membuat gio membuka matanya, pria itu menoleh ke jendela menatap beberapa tempat perdagangan yang terlihat mewah. Lalu menjawab, "langsung pulang aja, saya cape"
Sang supir mengangguk.
Beberap menit kemudian, 3 buah mobil itu masuk melewati gerbang yang menjulang tinggi. Rumah-- ah ralat mansion yang terlihat mewah dengan desaign Eropa menyambut penglihatan gio, pria itu berdecak kagum.
"Mari tuan muda, kita sudah sampai" instruksi sang supir membuyarkan kekaguman gio, pria tampan itu keluar dari mobil dan di sambut dengan puluhan bodyguard dan maid yang berjajar rapi di pintu masuk.
"GIO!" Tampak seorang wanita paruh paya berlari ke arahnya dan memeluknya erat. Dia, Elen-- nenek Giovander.
Gio membalas pelukan sang nenek, ia menepuk-nepuk punggung wanita paruh baya itu yang bergetar, sepertinya menangis. Dirasa sudah berhenti menangisnya, pria itu mengurai pelukannya dan mengusap lembut air mata elen.
"Gio pulang, nenek apa kabar?" Gio bertanya dengan nada lembut, meskipun nakal ia tahu bagaimana caranya berbicara pada yang lebih tua.
Sang nenek mendengus, ia mencubit pinggang sang cucu yang sangat dirindukannya. Sedangkan gio meringis ngilu, ia yakini pinggangnya memerah.
"Rasain, dasar cucu durhaka, baru inget sama nenek mu hah?" Elen bersedekap dada, ia pura-pura merajuk menatap kesal cucu kesayangannya itu.
"Gio baru sembuh" jawaban singkat dari gio membuat elen tambah kesal, cucunya tidak pernah berubah. Selalu saja irit bicara dan oh lihat jangan lupakan wajahnya yang datar seperti jalan tol.
"Ck sudahlah, ayo masuk nenek sudah menyiapkan makanan khusus untuk cucu kesayangan nenek ini" elen menggiring gio ke ruang makan, mendudukkan pria tampan itu di kursi yang biasanya suka di pakai oleh nya saat tinggal disini.
"Dimana Sabella nek?"
Elen yang akan mengambilkan nasi terhenti kala mendengar pertanyaan gio, wajahnya berubah menjadi pucat dan itu tidak lepas dari pandangan pria itu.
"A-haha Sabella sudah lama gak tinggal disini, dia tinggal di apartemen, tapi kalo Gledvin dia lagi kumpul sama temen-temennya" jawab gugup elen, bahkan tawanya terlihat jelas di paksakan.
Gio mengernyitkan dahinya, ia ingat jelas adiknya pernah berkata bahwa di dalam novel Sabella merupakan sepupu tiri Giovander dan tinggal di mansion utama keluarga George. Lalu, apa ini? Apa adiknya salah membaca?
"Ah sudahlah lupakan, sekarang ayo makan dulu, kamu pasti laper" elen mengalihkan pembicaraan, ia mulai mengambilkan berbagai makan ke dalam piring gio dan gio tidak mempermasalah hal itu, karena dia juga sudah sangat lapar.
_____
Double up nih hhiii^^
Selamat membaca:)
See you di chapter selanjutnya 👋
Jangan lupa tinggalkan jejak!
Budidayakan vote sebelum membaca!
KAMU SEDANG MEMBACA
Giovander | Famale Figure [SLOW UPDATE]
FantasyBangun-bangun sudah berada di atas motor dengan rem blong? Bagaimana perasaan kalian? Bingung? Panik? Ya, itu yang di rasakan oleh Gio, cowok bad dengan segala kenakalannya. 17+ [TERDAPAT KATA-KATA KASAR DAN ADEGAN YANG TAK PATUT UNTUK DI TIRU...