28. Jalan-jalan

209 20 2
                                    


"Hubby, bisa gak libur satu hari aja?"

"Aku mau jalan-jalan."

Tak tahan terus memendam keinginannya. Bermula ketika bermimpi ke suatu bukit yang sangat luas dan indah, di sana hanya ada dirinya dan sang suami yang menghabiskan waktu berdua berlari ke sana kemari, bercanda dan tertawa. Keduanya sangat bahagia di dalam mimpi itu.

Untung Faris belum pergi, ia baru selesai mandi dan bersiap-siap mengenakan baju jubah putih miliknya.

"Serius kamu mau jalan-jalan?"

Alma tersenyum tipis dan mengangguk.

"Iya, tolong bawa aku pergi jalan-jalan ke suatu tempat yang belum pernah kukunjungi," ucap Alma mendekat pada sang suami, membantu mengancingkan jubahnya.

"Baiklah, saya akan batalkan jadwal ceramah saya hari ini."

Tanpa berpikir panjang, Faris mengabulkan keinginan istrinya. Ia segera membatalkan jadwal ceramahnya hari ini. Alma sangat senang, ia melompat-lompat kegirangan dan memeluk Faris, hampir lupa bahwa dirinya sedang mengandung.

"Tolong jangan berlebihan kasihan bayi ini," ucap Faris memperingati istrinya dan mengelus perut Alma yang buncit.

"Oh, maaf. Habisnya aku bahagia banget, makasih ya, hubby," balas Alma.

"Syukran, ya zaujati. Sepertinya saya tahu harus membawa kamu pergi ke mana."

"Wah, ke mana itu?" Alma jadi penasaran, matanya berbinar-binar bahagia.

"Rahasia."

"Ih."

"Serius hubby, kamu mau bawa aku ke mana?" Dengan suaranya bernada manja, ia mencoba merayu sang suami agar memberitahu tempat yang akan dikunjungi.

Faris menggeleng, "nanti kamu tahu sendiri," kata Faris.

"Apa kita mau ke pantai?"

"Tidak."

"Apa di sana ada banyak makanan?"

Akhir-akhir ini istrinya senang makan, mulutnya selalu mengunyah makanan. Berat badannya selalu bertambah setiap kali menimbang, pipinya pun semakin chubby.

"Tidak," jawab Faris.

"Serius? Kamu tahu 'kan kalau aku sekarang gak bisa berhenti makan," ucap Alma cemberut.

"Saya tahu, mending sekarang kamu siap-siap tutup aurat kamu dan kita akan pergi."

"Tapi---"

"Sudahlah, selama kita terus bersama kamu akan bahagia."

Alma menghela napas, entah mereka akan ke mana ia percaya saja dengan apa yang dikatakan suaminya. "

"Ya, Pak ustadz."

***

Akhirnya, setelah berjam-jam di dalam mobil Alma bisa berdiri bebas dan menghirup udara segar. Keindahan alam di desa ini masih membuatnya terpukau, kali ini Alma dapat melihat pemandangan desa dengan leluasa. Belum tahu alasan Faris membawanya ke desa di perbukitan ini, meski menahan rasa sakit punggung dan pantatnya Alma tetap menikmati perjalanan. Ia terus makan di sepanjang jalan, setiap melihat gerobak jual makanan pinggir jalan Alma pasti ingin membelinya. Faris tak bisa berbuat apa-apa, jika tak dituruti sang istri akan merengek dan menangis seperti anak kecil.

"Wah, indah sekali," ucapnya. Memandangi hamparan rumput hijau melambai-lambai seakan menari tertiup angin.

"Bagaimana? Suka tempat ini gak? Ini tempat kelahiran saya loh," kata Faris.

HubbyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang