Di negeri Fiore, di tengah Kota Magnolia, seorang anak perempuan berambut perak itu berlari dengan senyuman, mengejar anak laki laki berambut merah salmon dan bersyal putih kotak-kotak yang sedang berjalan bersama kucing biru yang terbang di sampingnya itu dengan semangat.
"Natsu!!" panggil anak perempuan itu. Anak laki-laki yang dipanggil Natsu tadi, menengok kebelakang. "Ah, Lisanna!" balas Natsu.
Lisanna berhenti di depan Natsu, mencoba mengatur napasnya yang terengah-engah.
"Ada apa?" tanya kucing biru terbang itu. "Ayo kita main lagi. Kita akan tangkap ikan yang banyak untuk Happy." jawab Lisanna bersemangat.
"Eh...? Tapi aku sedang malas..." keluh Natsu. "Ayolah, Natsu." ajak Lisanna sambil menarik tangan Natsu.
"Happy bantu aku bujuk dia. Kau ingin makan ikan, kan?" "Aye! Natsu, kumohon. Kau akan ku beri ikan nanti." bujuk kucing biru itu.
"Hah.. Baiklah. Ayo!" Setelah mendengar jawaban Natsu itu, Lisanna memakai sihirnya dan berubah menjadi burung.
"Ayo naik. Supaya cepat sampai." kata Lisanna. "Lisanna, apa kau lupa? Natsu itu mabuk kendaraan." kata Happy mengingatkan.
"Hey, Happy. Lisanna itu bukan kendaraan , aku tidak akan mabuk." Natsu membela dirinya.
"Tapi aku tidak akan menaiki mu." lanjut Natsu. "Eh? Kenapa?" tanya Lisanna. "Aku akan terbang bersama Happy."
"Kau yakin? Happy masih terlalu kecil untuk mengangkatmu." tanya Lisanna lagi menyakinkan.
"Aku mungkin kecil, tapi aku ini kuat." jawab Happy dengan bangga. Lisanna dan Natsu tertawa. "Ahaha.. Baiklah kalau begitu."
Mereka pun terbang menuju hutan yang berada di sebelah timur Kota Magnolia.
Di sungai, mereka menangkap ikan, bermain air, dan tertawa bersama. Tapi, di tengah-tengah kebahagian itu Natsu mendengar isak tangis dari kejauhan.
Awalnya Natsu hanya menganggap isakan itu sebagai khayalannya saja. Walaupun tawa Lisanna dan Happy yang keras, tetap saja Natsu bisa mendengar tangisan itu dengan jelas.
Natsu tak bisa berdiam diri saja. Dia meninggalkan Lisanna dan Happy yang sedang asyik bermain air dan menuju ke tempat asal suara tangisan itu berada.
Natsu berjalan dan berjalan. Ia semakin dekat dengan suara itu. Semakin jelas dan sangat jelas. Natsu pun berhenti.
Didapatinya seorang anak perempuan tengah meringkuk di bawah pohon dan sedang menangis. Natsu memberanikan diri mendekatinya.
"Kenapa kau menangis?" tanya Natsu. Anak itu mengangkat wajahnya yang sembab. "Aku.. hiks.. tersesat.. hiks.." jawab anak itu dengan isakannya.
Diamatinya anak perempuan itu. Baju dress pinknya yang kotor oleh tanah, rambut sebahunya yang berwarna pirang, matanya yang bulat, dan wajah mungil yang manis walau anak itu sedang menangis.
"Aku akan mengantarmu keluar dari hutan. Berhentilah menangis." Natsu mengulurkan tangannya. "Benarkah?" tanya anak itu sambil mengusap matanya.
"Tentu saja. Ayo." jawab Natsu dengan senyum khasnya. Anak itu pun menyambut uluran tangan Natsu dan berdiri lalu membalas senyuman Natsu itu.
Natsu mulai menuntun anak perempuan itu keluar hutan. Digenggamnya tangan anak itu dengan lembut berharap dia tidak ketakutan lagi.
"Bagaimana kau bisa tersesat disini?" tanya Natsu. "Aku hanya bermain kejar-kejar dengan bibi ku, tanpa ku sadar aku sudah masuk di hutan ini." jelasnya.
"Kau sendiri kenapa ada di hutan?" tanya anak itu. "Aku sedang bermain bersama temanku. Lalu aku mendengar tangisan dan mengikuti asal suaranya. Lalu aku menemukanmu." jawab Natsu dengan senyum andalannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love, Summer, Magic
AcakLucy adalah seorang pendatang baru di dunia sihir. Ia memulainya dengan bersekolah di sekolah sihir di Magnolia. Disana ia bertemu Natsu, cowok yang menyelamatkannya 10 tahun lalu saat ia tersesat di hutan. Mereka menjadi teman satu tim dan Lucy jug...