"Kak Yessa." Senyapnya suasana perpustakaan membuat Sabiru harus menggeser tubuh dan berbisik agar perempuan yang tengah fokus pada sketchbook di sampingnya itu menanggapi.
Entah suaranya yang tak terdengar atau Yessa yang terlalu fokus, Sabiru tak mendapat respon apapun. Bibir ranumnya beralih menekuk ke bawah lantas tangannya mendekat pada lengan kemeja bahan yang Yessa jadikan luaran.
Sabiru menggenggamnya kemudian menarik-nariknya pelan agar sang empu menoleh. "Kak Yessa ..."
Barulah kemudian Yessa menengok lantas menaikkan alisnya. "Kenapa, Manis?"
"Bosen. Ke kantin, yuk," ucapnya pelan.
"Gambar lo udah belum?"
Sabiru menggeleng. "Nanti aja, lagi nggak mood."
Keduanya sama-sama memiliki jam kosong sebelum mata kuliah berikutnya, jadi Yessa berniat menemui Sabiru di perpustakaan untuk berduaan di sana. Namun rupanya justru Yessa mengabaikan keberadaan Sabiru sebab ia mendadak fokus pada tugasnya.
Yessa tergelak pelan. "Ya udah, yuk!" jawabnya seraya menutup sketchbook dan membereskan alat menggambarnya.
Melihat Yessa berbenah, Sabiru kontan tersenyum lebar. Punggungnya ia tegakkan seraya cepat-cepat berkemas pula sebelum bangkit dari duduknya.
"Nggak ada yang ketinggalan, 'kan?" Yessa bertanya pada Sabiru.
"Ngga ada. Udah, yuk!"
"Let's go!" Yessa spontan merangkul bahu sang pemuda dan pergi menjauhi perpustakaan lalu turun pada lantai dasar.
Usai tiba pada kantin fakultas yang tak terlalu ramai, dua muda-mudi itu berjalan menuju kedai soto mie untuk memesan. Selesai memesan dan sang penjual mengatakan pesanannya akan diantar, Yessa menggiring Sabiru untuk membeli minum.
Yessa mengambil dua botol teh kemasan serta satu air mineral kemudian diserahkan pada Sabiru sementara dirinya membayar.
"Kok air putihnya satu doang, Kak?" Sabiru bertanya heran.
"Buat lo aja, gue nggak terlalu suka air putih."
Selesai dengan urusan memesan makanan, Sabiru mengajak Yessa untuk duduk pada tempat kosong di tengah-tengah kantin. Ia menguap sebentar begitu bokongnya menyentuh tempat duduk, membuat Yessa tertawa.
"Jangan ngantuk! Lo 'kan abis ini ada kelas," peringat Yessa seraya membuka tutup botol air mineral dingin tersebut lalu disodorkan di hadapan Sabiru. "Nih, minum dulu."
"Sumpah! Kenapa hawa perpus tuh bikin ngantuk banget ya kalau misal ngga mood ngerjain tugas," gerutu Sabiru kemudian meneguk air.
"Dari awal juga udah ngga mood, ya pasti bakal males, apalagi dibawa ke perpus yang super duper tenang."
Sabiru terbahak. "Iya, sih."
"Tapi maaf ya, Biru, gue tadi jadi nyuekin lo padahal gue yang ngajakin ketemuan."
"Ih, santai aja kali, Kak. Aku ngerti kok kak Yessa emang pasti sibuk banget, apalagi minggu depan UTS 'kan."
Yessa mengangguk setuju. "Habis UTS belajar kayak biasa lagi terus UAS. Habis itu udah deh, gue tinggal fokus sama skripsi."
"Sama proyek perusahaan ayah kamu itu, Kak," tutur Sabiru mengingatkan.
"Iya, itu juga."
"Eh, tapi serius deh, Kak. Emangnya nggak apa-apa kalau kamu sanggupin permintaan ayah kamu, kayaknya nanti kamu bakalan hectic banget."
"Ya kayak yang udah gue ceritain ke lo aja. Gue malahan seneng banget kalau bisa bantuin ayah, nggak apa-apa kok, gue pasti bisa nge-handle dua-duanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Manis | Sunoo ✓
General FictionMemilah pasangan memang sebuah hak setiap manusia, tetapi pada akhirnya tetap sang Kuasa lah yang akan menetapkan ke mana hati mereka akan berlabuh. Lantas apa jadinya dengan seorang mahasiswa yang telah memantapkan hati dengan kriteria pasangan pil...