9. My Boyfriend and My Ex

177 9 0
                                    

Perhatian Mark yang semula menatap ponselnya, kini teralihkan menjadi menatap wanitanya yang baru saja keluar dari kamar mandi. 'Oh shit!' Batin Mark, begitu melihat pemandangan yang sangat menyiksa batinnya.

Melihat Haechan yang memakai kemeja putihnya tanpa bawahan. Menampilkan kaki jenjang miliknya, serta paha putih mulus miliknya.

Haechan tidak menyadari tatapan Mark. Ia sedang sibuk menyisir dan mengeringkan rambutnya. Setelah selesai, ia langsung duduk di atas ranjang milik Mark. Ranjang yang selalu mereka tiduri bersama dulunya.

Di sini tidak ada kamar lain. Cuma ada satu kamar dan satu ranjang. Jadi dengan terpaksa Haechan ini tidur bersama dengan Mark. Toh mereka cuma tidur, tidak melakukan kegiatan aneh lainnya. Paling hanya menonton film bersama.

Setelah duduk di atas ranjangnya, Mark langsung menyetel film horor kesukaan Haechan. Lalu menyenderkan kepalanya di bahu sempit milik Haechan. Sementara salah satu tangannya sudah melingkar di pinggangnya, yang sangat pas untuk di peluk.

Haechan yang mendapati kepala Mark ada di bahunya, serta tangannya yang ada di pinggangnya pun kaget sejenak. "Kenapa banyak sekali matahari di sini?" Tanya Haechan, tanpa menoleh menatap Mark.

"Karena dirimu. Fullsun, nama panggilan milikmu dari diriku, yang sangat mengingatkan aku pada matahari.  Bukan hanya itu saja, aku mengupgrade semua peralatan milikmu menjadi lebih besar dari usia remaja kita. Tapi maaf, aku tidak bisa mengupgrade bajumu. Aku tidak tau ukuran bajumu yang sekarang." Ujar Mark.

Haechan hanya mengangguk-anggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Kau tau? Aku juga menyetok banyaknya film hantu, supaya aku bisa menontonnya dengan---"

"Kya~~~" Teriak Haechan yang langsung memalingkan pandangannya, begitu melihat hantunya yang tiba-tiba muncul.

Mark terkekeh. Ucapannya jadi terpotong karena teriakan Haechan. Tapi tidak apa! Ia jadi bisa melihat tingkah menggemaskan milik Haechan. "Masih sama ternyata. Masih suka kagetan. Selain hantu yang tiba-tiba muncul, kau juga akan teriak, kalau ada serangga yang tiba-tiba datang atau hinggap." Ujar Haechan.

"Aish, tidak ya! Aku tidak kagetan sama hantu." Elak Haechan, membersihkan harga dirinya.

Mark hanya tersenyum, dan mengambil tangan Haechan untuk di genggam. "Aku tau." Ujar Mark, yang lebih memilih untuk mengalah.

Mereka berdua pun mulai melanjutkan tontonan mereka berdua, yang sempat tertunda.

***

Jam 10 pagi Haechan sudah tiba di rumahnya. "Terima kasih Mark, sudah mengantar--"

"Chan." Panggil seseorang, yang Haechan sendiri sangat mengenali suara ini.

"Pergilah." Titah Haechan kepada pria yang ada di hadapannya ini. Ia tidak mau kalau mantan kekasihnya ini, bertemu dengan kekasihnya yang sekarang.

Namun Mark bukanlah Mark, kalau menuruti perintah yang Haechan ucapkan. Bukannya pergi, dia malah keluar dari mobilnya. Sedangkan Haechan, ia langsung meringis begitu melihat pria bermarga Lee ini, yang memilih untuk keluar.

"Loh, Mark hyung? Haechan, kenapa kau bisa bersama dengan Mark hyung? Kau habis dari mana emang?" Tanya Jeno, pria yang saat ini sudah ada di depan mobil Mark.

Haechan meringis begitu mendengar pertanyaan kekasihnya. Ia bingung harus menjawab seperti apa. "Itu, aku---"

"Aku bertemunya di perpustakaan nasional. Aku sedang mencari buku untuk proposalku, dan aku bertemu dia di sana yang tengah mencari buku. Jadi ya gitu--kita bersama dan aku mengantarnya pulang, karena aku tau dia kekasih-mu." Jelas Mark, yang membantu Haechan dalam mencari alasan.

"Heum. Ryunjin meminta tolong kepada diriku untuk mencarikan dia buku, karena sedang sibuk dengan tugasnya. Tadi aku sudah menolak kepada Mark Oppa, kalau aku ingin pulang sendiri. Tapi dia tetap memaksa karena takut terjadi sesuatu kepadaku. Dia takut kau memarahi dia, karena telah membiarkan aku pulang sendiri." Sambung Haechan, yang ikut membantu Mark. Supaya kekasihnya percaya dengan alasan dia dan Mark.

'Maafkan aku, Jeno.' Batin Haechan merasa bersalah karena sudah membohongi kekasihnya ini.

"Terima kasih, Mark hyung. Tapi lain kali kau tidak usah melakukan hal itu. Aku kekasihnya. Lebih baik kau menelepon diriku, agar aku yang menjemputnya. Jadi kau tidak perlu mengantarnya pulang." Ujar Jeno, yang langsung menarik kekasihnya ke dalam dekapannya.

"Ah iya, maafkan aku ya. Aku tidak kepikiran sampai situ. Kalau begitu aku pamit." Ujar Mark, yang langsung masuk ke dalam mobil miliknya, dan langsung menjalankan mobilnya pergi.

Sementara Jeno, ia langsung membawa kekasihnya ke dalam rumahnya. Sampai di dalam rumah, mereka duduk di sofa ruang tamu. Dengan Haechan yang berada di samping Jeno.

"Tadi malam kamu kemana? Kenapa teleponku tidak di jawab? Aku menunggu dirimu di sini, tapi kau tidak pulang-pulang." Tanya Jeno yang sudah mendusel manja kepada sang kekasih.

"Tadi malam aku ke rumah Ningning. Dia memintaku kesana karena dia sedang ada masalah. Aku tidak tega membiarkan dia sendiri. Aku tidak mengabari-mu karena sedang menenangkan dia. Maaf ya." Ucap Haechan, yang lagi-lagi harus berbohong.

Jeno menganggukkan kepalanya mengerti. "Lain kali jangan kayak gitu lagi ya. Setidaknya hubungi aku dulu." Peringat Jeno.

"Iya iya. Lain kali, aku akan menghubungi-mu." Ujar Haechan, yang semakim tidak enak, namum tidak ada yang bisa ia lakukan selain ini.

"Terus tadi malam kamu tidur di mana? Sofa? Udah makan belum?" Tanya Haechan.

"Iya, tidur di sofa. Orang tadi malam aku ketiduran karena menunggu dirimu. Dan ya, aku belum makan." Ujar Jeno.

"Aish! Kenapa belum makan?! Nanti kalau sakit bagaimana? Bangun-lah. Aku akan memasakkan sesuatu untuk-mu." Titah Haechan, seraya memukul lengan kekasihnya. Agar Kekasihnya bangun dari pahanya.

Bahkan ia sendiri tidak sadar kalau kekasihnya ini sudah duduk di atas pahanya. Sedangkan Jeno? Ia langsung berdiri seraya meringis, karena pukulan kekasihnya yang terasa sangat pedas di kulitnya. Kenapa semua perempuan itu selalu memberikan rasa pedas melalui pukulan tangan, dan cubitan?

"Yakan aku sengaja belum makan, supaya kamu memasakkan makanan untukku." Ujar Jeno, yang langsung mengikuti sang kekasih dari belakang.

Jeno langsung duduk di kursi pantry, melihat kekasihnya yang sedang menaruh sebuah penggorengan di atas kompor, dan melakukan hal lainnya. "Mau masak apa?" Tanya Jeno.

"Masak nasi goreng kimchi saja ya?" Ujar Haechan, yang tidak tau ingin memasak apa.

Jeno menganggukkan kepalanya. "Apapun masakan-mu, aku akan memakannya." Ujar Jeno.

"Aish. Keju sekali! Padahal masih pagi seperti ini." Ujar Haechan, begitu mendengar kalimat manis yang di lontarkan kekasihnya.

Jeno terkekeh mendengarnya. "Eomma, Appa-mu kemana? Kenapa aku tudak melihatnya?" Tanya Jeno, yang heran karena tidak melihat pasangan budak cinta itu.

"Sedang pergi ke Chicago, mengurus bisnisnya di sana." Jawab Haechan.

"Eomma-mu juga ikut?" Pertanyaan retorik yang selalu di keluarkan Jeno.

"Tentu saja. Kau pikir Appa-ku akan membiarkan Eomma-ku di sini?" Balas Haechan, yang sangat tau sikap protektif sang ayaj.

"Bagaimana kuliah pertama-mu?" Tanya Jeno.

"Mendapatkan masalah di hari pertama ospek." Ujar Haechan, di iringi dengusan kasar, begitu mengingat kejadian pertama kali dia ospek.

"Karena terlambat?" Terka Jeno.

Haechan menganggukkan kepalanya. "Jangan ceramah!" Peringat Haechan kepada sang kekasih, yang saat itu baru saja membuka mulutnya.

"Cha, lebih baik kau makan."

HI (EX) LOVER! - MARKHYUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang