3. Got The Signature

180 10 0
                                    

"Ck!" Decakan yang terus Haechan keliarkan dari tadi.

"Ck! Tidak jelas sekali sih kakak tingkat di sini! Ah tidak, kakak BEM di sini!" Saambung Haechan yang terus mencak-mencak, dan merutuki kakak tingkat dia, mengenai insiden yang ia lalui tadi.

"Masa iya semua maba di suruh cari kakak senior yang ulang tahunnya bulan Agustus. Udah gitu yang lahirnya harus tanggal 1 sampai 10 Agustus. Ini mah tanggal lahirnya Mark Lee banget!" Sunggut Haechan yang sangat kesal akan intruksi kakak tingkat, yang menurutnya sangat tidak jelas dan tidak masuk akal.

"Masa iya harus ke Mark Lee lagi?" Gumam Haechan, yang terus memikirkan perihal ini.

"Ah tidak! Nanti canggung! Kita berdua kan sudah lama tidak bertemu! Udah gitu kita berdua sudah mempunyai pasangan masing-masing." Ujar Haechan, yang menolak saran serta ide gilanya sendiri.

"Tapi kalau tidak mendapatkan tanda tangannya? Pasti kena hukuman lagi. Tadi aja udah malu banget di lihat oleh seluruh maba baru!" Sambung Haechan.

"Aduh, gimana dong ini?!" Gumam Haechan yang sangat dilema mengenai ini.

"Ah bodo amat deh! Yang penting dapetin tanda tangannya dulu. Urusan canggung atau tidaknya belakangan." Final Haechan yang langsung bergegas mencari keberadaan pria bermarga Lee ini.

Ruang BEM adalah sasaran pertama yang ia tuju. Karena ia sendiri tau kalau Mark itu Presiden BEM. Jadi ya pastinya dia ada di ruangannya.

Setelah menelusuri gedung fakultas yang sangat luas, Haechan pun tiba di depan ruang BEM.

*tok tok tok* di ketuklah pintu ruangan, sebelum ia masuk ke dalam. "Masuk." Titah orang yang dari dalam, membuat Haechan langsung masuk ke dalam ruangan.

Di dalam ruangan, Haechan sendiri dapat melihat Mark yang tengah duduk di kursi kebanggaan miliknya, seraya sibuk melihat dokumen yang ada di atas mejanya itu. 'Aish, sepertinya tengah sibuk. Apa aku keluar saja ya?' Gumam Haechan, yang merasa tidak enak, dan takut mengganggu waktu sibuknya.

Baru saja Haechan ini ingin membuka kembali pintu ruangan, suara Mark sudah lebih dulu mengintrupsinya, membuat dia mengurungkan niatnya.

"Dery, berkas yang aku pinta sudah kau bawa?" Ucap Mark, tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun, dari berkas yang ada di hadapannya saat ini.

Sementara Haechan? Ia semakin panik. Ia bingung harus menjawab apa. Sedangkan Mark yang tidak mendapat balasan pun menghentikan kegiatannya. "Dery, bagaiman--- Haechan?" Ujar Mark, memastikan bahwa penglihatannya saat ini tidak salah.

Duh! Haechan semakin kikuk, begitu pria yang ada di hadapannya ini memanggil namanya. Ia bingung harus merespon seperti apa, atas panggilan yang pria ini ucapkan?!

"Apakah ada sesuatu yang ingin kau katakan?" Tanya Mark. Menatap wanita yang ada di hadapannya ini, yang terus diam, seraya meremat kedua tangannya dan menundukkan kepalanya. Ia sangat yakin kalau perempuan yang ada di hadapannya ini sangat gugup.

"Eum itu, aku-- tadinya aku ingin meminta tanda tangan-mu. Tapi, sepertinya kau sedang sibuk. Jadi nanti saja." Ucap Haechan yang ingin pergi, namun di tahan lagi oleh Mark.

"Kata siapa? Kemari lah, aku akan menandatanganinya." Titah Mark, sukses memberhentikan niat Haechan yang ingin pergi pun terhenti. Dia langsung membalikkan tubuhnya kembali, dan langsung menghampiri dirinya.

Sampai di depan meja Mark, Haechan langsung memberikan buku dan pulpen yang ia pegang kepada pria yang ada di hadapannya ini. "Apa yang aku dapatkan, kalau aku menandatangani ini?" Tanya Mark, sebelum ia menandatangani kertas kosong ini.

"Eoh, jadi kau meminta imbalan?!" Racau Haechan yang tidak sadar, kalau dia sudah berbicara seperti itu kepada Mark, yang notabennya kakak tingkatnya, sekaligus ketua BEM di sini.

"Ayolah, kau tidak berpikir kolot bukan? Di dunia ini tidak ada yang gratis Haechan-ah." Balas Mark yang senang, karena wanita yang ada di hadapannya ini tidak berbicara, atau bersikap kaku lagi kepada dirinya.

Haechan langsung mendecak kesal, begitu dirinya mendengar ucapan pria bermarga Lee ini. "Tentu saja aku tau." Ketus Haechan, yang sudah menatap sinis.

"Jadi, apa yang akan aku dapatkan?" Tanya Mark, menaik turunkan alisnya, berniat menggoda wanita manis yang ada di hadapannya ini.

Haechan terdiam, berfikir apa yang bisa ia berikan kepada seorang Mark Lee, yang merupakan anak konglomerat, yang kekayaannya sendiri pun sudah berlimpah ruah. "Apapun yang kau inginkan. Jadi, cepatlah tanda tangan! Waktuku tidak banyak, Mark Lee-ssi." Ucap Haechan, yang sadar akan waktu yang di berikan kakak tingkatnya.

"Apapun loh ya. Ucapan-mu sudah terekam di sini." Ucap Mark, seraya menunjukkan bolpoin yang sudah di isi alat perekam di dalamnya.

"Iya-iya, bawel! Cepat-lah!" Titah Haechan, yang gak perduliin lagi dampak dari ucapannya saat ini. Yang terpenting bagi dirinya, ia dapat melewati tugas gila ini.

Sementara Mark sendiri pun segera menaruh tanda tangannya di atas buku milik Haechan. "Ini." Ucap Mark. Seraya memberikan buku serta pulpen milik Haechan kepada sang pemiliknya.

"Terima kasih." Ujar Haechan, yang langsung pergi keluar ruangan Bem.

"Nanti malam, aku jemput kamu di rumah-mu." Ujar Mark, sebelum wanita berkulit tan ini keluar dari ruangannya.

Haechan sendiri hanya diam, tidak membalas atau bahkan merespon ucapan yang Mark keluarkan sedikit pun. Ia lebih memilih untuk segera keluar dari ruangan ini.

Sampai akhirnya ia di depan ruangan BEM. Haechan langsung memegang dadanya sendiri yang terus berdegup kencang, hanya karena melihat serta mendengar suara husky milik Mark, yang terdengar sangat terdengar sexy di telinganya.

"Wajahnya semakin tampan, suaranya juga semakin berat dari sebelumnya. Ya Tuhan, cobaan apalagi yang kau berikan kepada diriku?!" Racau Haechan, akan afeksi yang ia rasakan tadi.

*drt drt drt drt* alarm dari ponsel Haechan, membuat dirinya membuyarkan lamunannya, dan segera bergegas menuju lapangan, karena sebentar lagi, waktu yang di tentukan habis.

---

"3... 2... 1... yak! Waktunya telah habis. Silahkan kumpulkan semua kinerja kalian." Ucap kakak kanting bernama Yeonjun.

Haechan yang datangnya bertepatan waktu pun, langsung memberikan selembar kertas yang sudah ia sobek dan namai kepada Yeonjun, kakak tingkatnya.

Setelah menaruh hasil kinerja, seluruh maba kembali ke barisan sebelumnya. Haechan yang sudah selesai menjalani masa hukumannya pun ikut masuk ke dalam barisan.

"Hai! Nama aku Huang Renjun! Kau terlihat menganggumkan tadi. Kapan-kapan kalau mau berbuat onar? Beri tau aku ya! Aku juga ingin ikut!" Seru Renjun.

Haechan langsung mengerutkan dahinya penuh keheranan, begitu ia mendengar ucapan wanita yang ada di sampingnya saat ini. Wanita yang bernama Huang Renjun.

"Ah tidak! Bagaimana kalau kita berteman saja? Aku sangat suka membuat keributan. Sepertinya kita akan cocok kalau berteman." Usul Renjun, yang langsung menjabat tangan Haechan sebagai kesepakatan.

"Nah, karena kita sudah berteman. Kamu mendapatkan tanda tangan siapa? Kalau aku mendapatkan tanda tangan Mingi Sunbaenim." Tanya Renjun penasaran.

"Kau tau? Katanya yang lahir tanggal dari tanggal 1 sampai 10 Agustus itu hanya ada 3 di kampus ini. Ada Song Mingi Sunbaenim, Xiao Dejun Sunbaenim, dan Mark Lee Sunbaenim. Jadi, kau mendapatkan tanda tangan siapa?" Tanya Renjun yang sangat penasaran.

"Kau tau? Aku sangat penasaran, siapa yang berhasil mendapatkan tanda tangan Mark Sunbaenim. Konon katanya, Mark Sunbaenim itu sangat anti memberikan tanda tangannya ke hal yang tidak jelas, seperti ini misalnya. Jadi, aku sangat penasaran siapa yang bisa mendapatkan tanda tangannya." Sambung Renjun, yang emang sedari tadi dia itu sangat penasaran.

Perkataan Renjun sukses membuat Haechan gugup bukan main. Bagaimana ini? Apa yang harus ia katakan, dan ia jelaskan mengenai tanda tangan yang ia dapat dari Mark? Orang-orang pasti sangat pensaran.

"Eum, aku--"

"Yak! Untuk mahasiswi yang bernama Lee Haechan, silahkan maju ke depan!"

HI (EX) LOVER! - MARKHYUCKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang