Gelap, sunyi, dan tak berujung. Ada dimana Sakusa saat ini? Sejauh mata memandang, dia hanya melihat kegelapan. Tak ada cahaya sedikitpun. Sama sekali tidak ada walau barang hanya setitik. Semuanya hitam pekat. Sakusa juga tak bisa melihat apapun disini. Seakan dibutakan.
'Apa aku sudah mati?' pikirnya. Dia merasa dirinya sudah bangun namun kakinya merasa tak berpijak pada tanah.
'Jika aku sudah mati, seharusnya ada Atsumu disini.' pikirnya lagi.
Tanpa memperdulikan apapun lagi. Sakusa lantas berusaha menggerakan tubuhnya. Kemudian Sakusa berlari entah hendak kemana. Yang jelas, hanya ada satu tujuannya saat ini.
Jika benar dia sudah mati, seharusnya dia sudah bisa bertemu dengan Atsumu sekarang. Persetan dengan ruangan gelap yang aneh ini. Sakusa akan mencari Atsumu.'Atsumu!!' panggil Sakusa. Dia berteriak terus-terusan memanggil Atsumu dalam ruangan kosong itu. Dia sama sekali tidak masalah jika mati saat ini juga. Toh dengan mati dia bisa kembali bertemu dengan kekasihnya, begitu pikirnya. Naif memang.
'Atsumu dimana kau!?' tanya Sakusa mulai frustasi. Pasalnya sejak tadi dia hanya terus berlari sambil berteriak. Dan dia tak menemukan ujung dari tempat kosong ini. Sangat aneh.
Sakusa kemudian berhenti, napasnya terasa sangat berat. Padahal dia sudah sangat terbiasa jika harus berlari. Dia ini mantan atlet profesional, masa iya hanya karena berlari kecil begitu dia merasa kelelahan?
'ATSUMU!!'Pik!
"Hu-uh!?"
Dengan gelagapan Sakusa terbangun. Napasnya sangat tidak teratur dan tubuhnya basah kuyup. Dia memeriksa dirinya sendiri. Meraba setiap jengkal tubuh kekar atletisnya. Memastikan semuanya masih utuh dan tak terluka.
"Apa yang sudah terjadi?" tanyanya pada angin. Sakusa sendiri juga kebingungan dengan apa yang terjadi, lagian kenapa juga dia bisa terbangun dengan keadaan bertelanjang dada dengan kondisi badan yang basah kuyup. Otaknya masih berusaha mencerna semua kejadian yang terjadi padanya sekarang ini.Beberapa menit berpikir sambil menenangkan diri, Sakusa akhirnya bisa ingat semuanya. Dia tadi sedang bersantai di kapalnya lalu dia terjun ke laut untuk menolong makhluk aneh yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
"Sial. Aku terdampar disini." gerutu Sakusa. Dia juga baru menyadari bahwa dia kini berada di sebuah pulai kecil yang agak jauh dari kapalnya berhenti. Sakusa masih bisa melihat kapalnya itu dengan jelas dari pulau kecil ini.
"Aku akan kembali kesana."
Sakusa lalu berdiri sembari sedikit mengibaskan pasir-pasir yang menempelinya.
Namun, saat Sakusa baru sedikit menyentuh air, kedua mata Sakusa melihat ada gelembung-gelembung air yang nampak memutarinya.Tanpa rasa takut, Sakusa hanya diam sambil memperhatikan gelembung itu dengan tatapan tajamnya. Sakusa berpikir, dia sedang dikelilingi ikan predator. Itu karena Sakusa melihat sirip ekor yang nampaknya cukup besar. Mungkin hiu, pikirnya.
Blup!
Sakusa berjengit saat tiba-tiba ada makhluk aneh muncul di depannya. Terlihat makhluk manusia setengah ikan dengan mulut yang sedang menggigit seekor ikan segar.
"Makhluk apa ini!?" pekik Sakusa agak ngeri. Dia lalu berjalan mundur perlahan demi menghindari makhluk yang nampak seperti siren itu.
Sejak tinggal di sekitar laut, Sakusa tahu apa itu siren. Urban legend yang sudah jadi rahasia umum namun terdengar seperti omong kosong. Makhluk setengah manusia setengah ikan penghuni laut dalam. Sakusa yang selalu denial akan sosok mitologi itu kini hanya bisa terpaku melihat sosok itu sekarang.Sakusa yang sejak tadi mundur tanpa disadari kini dia kembali menginjak pasir pantai. Dan makhluk itu masih saja berusaha maju kearahnya. Sorot mata sosok itu nampak penuh akan tanda tanya, sama seperti Sakusa. Mereka berdua sama-sama kebingungan.
Ketika seluruh badan sosok itu sudah berada diatas pasir, Sakusa bisa melihat dengan jelas bentuk dari makhluk bernama siren ini.
Pinggang kebawah bertubuh ikan, lalu pinggang keatas bertubuh manusia. Bentuk telinga yang agak aneh dan lengan yang juga memiliki sirip. Tak lupa, gigi siren ini juga terlihat sangat runcing seperti gigi hiu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERANA
Fanfic"Dia kembali, namun aku yang memaksanya untuk tetap disini bersamaku." Sakusa Kiyoomi