Apartemen 400 Ribu

501 81 20
                                    

Halooo masih adakah orang di sini? Ayo ayooo, kita lanjutin cerita Anjanu Grey mulai sekarang💕💕

🌼🌼🌼

Aku menatap Mas Anjanu yang tengah mengobrak-abrik lemari bukunya. Entah mencari apa. Tiga menit kemudian, lelaki itu menghampiriku dengan setumpuk buku yang ia simpan di atas meja.

Apa sih?

"Baca ini semua."

"Haaaa."

"Kenapa?" Alis Mas Anjanu terangkat naik.

Enggak kenapa-kenapa sih, cuma, aku harus membaca sepuluh buku tebal begini rasanya mustahil banget. Greysa ini, sosok yang sangat tidak suka membaca. Kecuali baca webtoon ya! Kalau itu sih, masih mending. Soalnya bacaannya sedikit, aku bisa menikmati gambar-gambar yang cantik juga di sana.

Tapi novel seperti ini sih, aku jarang banget. Aku pernah minjem satu novel punya teman kuliah dulu. Enggak sampai 300 halaman tapi aku baca bisa dua bulanan karena males.

"Enggak apa-apa, Mas." Tersenyum selebar mungkin, Greysa. Aku harus terlihat bahagia di hadapan Mas Uang.

"Nanti kamu akan diperbantukan ke pekerjaan Abian sama Cakrawala sebagai hunters. Tugasnya nyari naskah-naskah yang bagus dan potensial dari berbagai platform literasi. Dan sebelum itu, kamu harus tahu, kriteria-kriteria naskah yang dicari oleh Andromeda Publisher. Bisa ya?"

"Bisa Mas!" jawabku semangat. Meski jujur saja, aku enggak yakin sama sekali bisa atau enggaknya. Tapi ya, belajar dulu aja. Jangan menyerah.

"Yaudah, sekarang, kamu boleh keluar."

"Siap, Mas!" Aku berdiri, mengambil setumpuk buku yang aku kira berjumlah lebih dari delapan buah dari meja Mas Anjanu.

Agak berat juga ternyata. Beban hidupku begini amat sih, ya Allah.

"Eh?" Aku mengerjap kala Mas Anjanu berdiri di depanku. Tangan kami sempat bersentuhan sesaat kala lelaki itu mengambil buku-buku yang aku pangku.

"Biar saya aja," ungkapnya sembari berlalu. Dari belakang gini, telinga lelaki itu jelas memerah. Entah kenapa, mungkin memang sudah bawaannya.

Tapi, kenapa dia juga selalu kelihatan salah tingkah sih?

Atau cuma perasaanku saja?

Entahlah.

Kami berdua turun ke bawah. Mas Uang meletakan setumpuk novel itu di kubikelku. Sore sudah menyambut, tak terasa, sudah terhitung satu hari aku bekerja di kantor Andromeda ini.

Btw, biasanya pulang kantor jam berapa ya?

Kok di bawah udah sepi gini. Tinggal Mas Haesan aja. Itu juga beliau udah siap-siap mau pulang.

"Oh iya, kontrak kerja kamu. Tunggu di sini sebentar."

Aku memperhatikan Mas Anjanu yang langsung menjauh setelah berkata demikian.

"Yang lain ke mana Mas?"

"Abian sama Cakrawala emang banyak kerja di luar, seenaknya mereka. Jaevan ada buat konten ke Gramedia." Mas Haesan menjelaskan. "Pulang duluan ya."

SIAP, MAS!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang