Bab 2

34K 84 2
                                    

Aku buru-buru pulang saat selesai jam sekolah. Aku sangat menantikan aksi selanjutnya bersama kakakku. Tapi ternyata aku tidak beruntung karena sepertinya Kak Ochi belum pulang dari kuliahnya. Selain itu aku juga sudah lapar banget karena belum makan siang. Katanya sih Kak Ochi bakal beliin ayam goreng untuk lauk makan siang kami, tapi udah sore gini dia belum pulang juga. Terpaksa aku hanya nonton tv sambil menahan perut yang keroncongan.

Dua jam kemudian barulah ia pulang, seperti biasa ia selalu mengenakan pakaian yang tertutup lengkap dengan jilbabnya bila keluar rumah.

"Duh dek, sorry yah sorry yah.. kelaman yah nungguinnya? Udah lapar yah? Sorry banget... tadi kakak ada perlu..." Ucapnya pertama kali saat masuk rumah. Sebenarnya aku kesal, tapi karena melihat wajah memelasnya itu hatiku jadi luluh.

"Iya iya.." jawabku sambil mengambil bungkusan ayam itu dari tangannya.
"Jangan makan duluuuu... kakak ganti baju dulu bentar, kita bareng makannya" katanya sambil bergegas ke kamarnya.

"Iyaaaa..." jawabku lemas. Sebenarnya aku pengen ngikutin dia ke kamarnya, siapa tahu dibolehin liat dia ganti baju hehe, tapi ternyata rasa laparku lebih kuat. Akupun ke dapur mengambil piring untuk kami berdua.

Kak Ochi

Selang beberapa lama kemudian dia keluar dari kamarnya. Kali ini dia malah mengenakan kaos biru yang pas-pasan di tubuhnya dan celana pendek hitam yang mirip celana dalam. Sungguh berbeda dengan apa yang aku lihat sebelum dia masuk kamar. Yang tadinya begitu serba tertutup, kali ini begitu terbuka dan memperlihatkan lekuk tubuh indahnya.
"Mau yang paha atau yang dada dek?" tanyanya dengan memegang paha di tangan kanannya dan dada di tangan kirinya. Duh, coba aja yang ditawarkan itu paha dan dada miliknya, pasti ku pilih keduanya, hehe.

"Mau paha ayam atau dada ayam?" tanyanya lagi, yang sepertinya tahu apa yang sedang ku pikirkan.

"Eh, dada aja kak.." jawabku akhirnya.
"Nih..." katanya sambil meletakkan paha ayam ke piringku, loh kok.
"Kakak pengennya dada, lebih gede... hihi" seenaknya aja dia, trus ngapain pake nanya tadi -.- Aku hanya memandang kesal padanya, tapi dia cuek saja dan pergi ke ruang tengah untuk makan sambil nonton tv. Sabar...sabar... ntar ku balas kakakku ini. Kena semprot lagi baru tau rasa dia. (Agan-agan pembaca ada yang mau bantuin semprotin gak? Hehe...)
Aku juga mengikutinya makan sambil nonton tv, kakakku duduk bersimpuh di bawah sedangkan aku sengaja duduk di atas sofa yang ada di belakangnya. Setidaknya dengan posisiku disini aku bisa menuntaskan dua nafsu sekaligus, nafsu makan dan nafsu birahi dengan memandangi kakakku.
"Biarin aja, cuma jepretin kakak beberapa kali doang" jawabnya santai. Kak Ochi gak tahu apa kalau bakal dijadikan objek coli si Ucup.
"Tapi dek.." katanya melanjutkan.

"Tapi apa kak?" tanyaku penasaran, dia tersenyum kemudian naik ke atas sofa di sebelahku.
"Kemarin itu dia juga ambil foto bugil kakak lho.." katanya berbisik.
Jleb!! Apa? Jadi kakakku difoto bugil sama si Ucup? berarti duluan si Ucup yang melihat tubuh bugil kakakku. Pantasan tadi waktu aku mau lihat foto kakakku yang dijepretnya kemarin dia gak mau, terus waktu pulang kemarin dia juga tampak kesenangan, begitu toh ternyata. Bakal ku hajar si Ucup itu besok. Namun aku penasaran juga bagaimana si Ucup merayu kakakku sampai kakakku mau difoto bugil oleh si Ucup. Tapi ah.. sudahlah, lagian aku sudah lihat juga walau sesaat. Tapi aku tetap tidak habis pikir kakakku mau saja difoto bugil olehnya. Mengetahui hal itu aku malah horni, membayangkan kakakku telanjang di depan orang lain yang tidak jelas seperti si Ucup itu.

"Gak apa kan dek? Cuma foto doang kok.. itupun dia maksa sih, lagian dia janji gak bakal nyebarin" walaupun maksa kok kamu mau mau aja sih kak, gerutuku dalam hati.

"Iya, terserah deh.. curang tuh si Ucup. Dasar otak ngeres dia" sungutku.

"Sama kaya kamu.. makanya cari cewek sanaaaa" katanya sambil mencubit pipiku dengan tangan kanannya, sehingga meninggalkan butiran nasi yang menempel di wajahku.
"Duh kak.. sakit tahu.." kataku lebay, dianya malah ketawa-ketawa saja. Tapi yang ku lihat selanjutnya membuat darahku berdesir. Dia mencolek nasi yang ada dipipiku itu lalu memakannya, bahkan dia mengemut-ngemut jarinya sendiri sambil tersenyum manis menatapku. Aku jadi terpana melongo. Tapi tunggu.. mana ayamku? Sial, ternyata sudah diembatnya.
"Kaaaaaaaaaak" teriakku histeris. Jadi ternyata dia sengaja bikin aku mupeng demi mengambil ayam milikku? Betul-betul bikin kesal. Dia betul-betul harus tanggung jawab, udah bikin aku mupeng, dianya juga ngambil ayamku.
"Hihihi, makanya jangan ngeres!!" katanya berlari ke dapur sambil ketawa-ketawa. Aku hanya meremas sisa nasi di piringku yang kini tidak ada lauknya lagi, terpaksa ku sudahi makanku T.T

Maafkan Aku KakakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang