Bab 7

24.6K 57 10
                                    

"Dasar kamu nempel mulu sama kakak" ujarnya, aku hanya senyum-senyum sendiri, tentu saja dalam hati aku mengharapkan bisa melakukan hal mesum padanya di dalam kamarnya ini. Cuma perlu nunggu waktu yang pas. Soalnya aku kan tadi bilangnya cuma pengen tidur siang, salah-salah bisa kena tendang diusir.

"Napa dek senyum-senyum gitu?"

"Gak napa-napa kok kak..."

"Oh... ya udah, yuk dek ke ranjang... kita bobo bareng" ajaknya dengan senyum manis, bikin aku menelan ludah saja. Horni banget aku mendengar ucapannnya yang mengajak bobo bareng itu.

"Yuk yuk" kataku gak sabaran langsung terjun duluan ke atas tempat tidurnya.

"Hihihi, kamu udah ngantuk banget atau napa sih?" tanyanya cekikkan melihat ulahku. Dia sepertinya tahu kalau aku bukannya pengen tidur, untung dia masih berbaik hati.

"Kakak beneran ngantuk lho dek, pengen bobok ciang... jadi jangan ganggu yah..."

"I..iya kok kak, kan udah bilang tadi kalau cuma pengen nemenin kakak bobok aja"

"Awas lho..." katanya lalu... membuka celana pendeknya! Aku menelan ludah lagi dan melotot melihatnya. Sekarang dia hanya mengenakan tanktop dan celana dalam! Seksi abis... Kakakku ini benar-benar nafsuin.

"Napa dek? Panas tahu!" katanya cuek melemparkan celana pendeknya sembarangan. Lalu naik merangkak ke atas ranjang dan tiduran di sebelahku. Apa-apaan sih dia? Katanya tadi jangan ganggu, kalau keadaannya kaya gini mana bisa tahan akunya.

"Cepat dek bobok..."

"Eh, i..iya... anu kak..."

"Anu apa?"

"Aku boleh buka baju juga nggak? Aku kan juga kepanasan, hehe..."

"Dasar, ikut-ikutan aja kamunya. Hmm.. boleh deh, tapi gak boleh bugil yah..."

"Iya kak" akupun segera membuka seragamku yang memang belum dibuka dari tadi. Seperti katanya, aku memang tidak bugil, tapi sekarang aku hanya memakai celana boxer saja. Dia senyum-senyum manis saja melihatku, terutama melihat tonjolan dari balik boxerku. Ugh, bikin gregetan.

Kak Ochi lalu tiduran memunggungiku. Sepertinya dia benar-benar berusaha memejamkan mata untuk tidur. Padahal aku di sini sedang mupeng-mupengnya.

"Kak, peluk boleh?" tanyaku untung-untungan.

"Iyaah... tangannya jangan nakal tapi yah..." jawabnya membolehkan. Yes.

"Iya kak" akupun memeluknya dari belakang, kakiku juga naik merangkul kakinya. Posisi tubuhku menempel ketat tubuhnya dari belakang. Penisku yang tegang maksimal juga pas menempel di bongkahan pantatnya yang hanya ditutupi celana dalam. Dapat ku cium aroma harum tubuhnya, jauh lebih wangi dari bau tubuhku tentunya.

Aku diam selama beberapa saat sambil terus memeluk tubuh kakakku ini dari belakang. Tapi makin lama si otong makin tersiksa. Akhirnya ku beranikan saja pelan-pelan menggoyangkan pinggulku, membuat gerakan mesum menggesek-gesekkan penisku ke pantatnya. Dia tidak merespon, entah karena dia tidak sadar atau pura-pura tidak sadar.

Keadaan ini membuat hawa kembali memanas. Keringatku mulai keluar. Tapi kalau kepanasan karena ini sih gak apa-apa, hehe. Ku eratkan pelukanku sambil makin mempercepat goyangan pinggulku.

"Dek..."

"I..iya kak?"

"Jangan erat-erat gitu juga dong meluknya, malah tambah panas nih..." ujarnya. Hufh... ku kira tadi dia bakal menegur masalah ulah mesumku. Ternyata hanya menegur tentang pelukan. Jelas kalau dia memang sadar akan perbuatanku, tapi pura-pura tidak tahu.

Maafkan Aku KakakkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang