Faqih pergi ke belakang ndalem ia terus memukul pohon mangga disana, ia tidak berhenti walaupun tangannya sudah mengeluarkan darah, jari-jarinya sudah terluka, itulah kebiasaan buruknya saat marah pasti ia akan melukai dirinya sendiri.
Abi Ibrahim (ayah Gus Faqih) yang melihat Gus Faqih itupun langsung berlari, menghentikan aksi anaknya itu. "Hentikan Faqih," tegurnya. Namun Faqih tidak berhenti ia terus memukuli pohon itu.
'Plakk
"Istighfar Faqih, apa yang kamu lakukan?" ucap Abi Ibrahim setelah menampar Faqih.
"Tampar lagi Abi, tampar lebih keras, tamparan ini ga seberapa dibanding tamparan Faqih pada Syifa, biarkan tangan ini terluka Abi karena tangan ini sudah berani menampar seorang wanita."
Emosinya kini berubah menjadi air mata, sungguh ia menyesal telah menampar istrinya tadi. Abi Ibrahim terkejut dengan apa yang dikatakan putranya itu.
Plakk
Sebuah tamparan lagi mendarat di pipi kanan Faqih, "Kenapa kamu tampar istri kamu itu Faqih," ucap Abi Ibrahim.
"Maaf Abi, lagi lagi Faqih tidak bisa mengontrol emosi," lirih Faqih.
Plakk
Satu tamparan lebih keras di pipi kiri Faqih hingga membuat pria itu tersungkur ke tanah. "Apa kamu mau kehilangan istrimu lagi? untuk kedua kalinya karena sikap kerasmu itu!"
Faqih menggeleng keras. "Maaf Abi maaf."
"Minta maaf pada istrimu yang sudah kamu sakiti, Abi harus hukum kamu!"
Abi Ibrahim masuk ke ndalem lalu kembali dengan membawa sebuah cambuk, sebelum melakukan hukumannya dia memastikan tidak ada orang disana, karena pasti para santri sedang mengaji dikelas masing-masing.
Ceter
Satu cambukan dilengan bawah Faqih terasa begitu perih. "Gelar Gus itu tidak pantas untuk kamu yang sudah berani memukul seorang istri."
Ceter
"Setinggi dan sebanyak apapun ilmu kamu itu tidak penting jika kamu mempunyai perilaku yang buruk."
"Maaf Abi maaf," lirih Faqih ia sudah tidak kuat karena cambukan yang diberikan Abinya itu.
Ceter
"Minta maaf pada Syifa, mohon ampun pada Allah beristighfarlah sebanyak mungkin semoga Allah mengampuni kamu."
Abi Ibrahim menghentikan cambukannya lalu pergi begitu saja meninggalkan Faqih yang sudah tidak berdaya, Faqih mencoba bangkit ia melangkah sambil menahan rasa sakit di tangannya, ia berjalan menuju Masjid lalu berwudhu.
Sampai pukul 10 malam, Faqih terus beristighfar di Masjid lalu ia kembali ke kamar untuk meminta maaf pada Syifa, namun ia tidak melihat istrinya itu di Kamar.
"Syifa," panggilnya tapi tidak ada jawaban dari seseorang yang ia panggil itu.
Faqih melihat pintu kamar mandi terbuka sedikit dan mendengar seorang tangisan wanita, ia langsung masuk ke dalam kamar mandi.
"Astaghfirullah," Faqih refleks beristighfar padahal ia sedang di Kamar mandi, ia terkejut melihat Syifa dibawah guyuran air keran sambil menunduk dan menangis.
Ia langsung mematikan kerannya. "Apa yang kamu lakukan Syifa? kamu benar-benar mau meninggalkan saya sama seperti Zahra?" ucapnya, ia berjongkok lalu memegang wajah Syifa yang sudah pucat, matanya bengkak mungkin karena menangis dan tubuhnya menggigil kedinginan.
"Maafin Syifa Gus, maafin Syifa udah buat Gusnya marah," ucap Syifa dengan suara bergetar.
"Sejak kapan kamu disini?"

KAMU SEDANG MEMBACA
GUS DUDA IS MY HUSBAND (END)
Spiritual- Zona teka-teki 1 - Kalian baca cerita ini siap-siap jadi detektif "Menikahlah dengan suamiku dan jaga baby Hamzah." Syifa Adzkia Husna, si gadis super aktif itu harus rela menjadi ibu pengganti dan menikah dengan duda pasif yang tak lain adalah s...