11. rumah sakit (?)

47 43 48
                                    

สวัสดีทุกๆคน
heyyyoo.
---------------------------------------
TYPO TANDAINN!!!!!

~~ happy reading ~~


Angel dan Pandu langsung turun dari motor, tas Angel di gendong oleh Pandu. Untungnya tas Angel berwarna hitam, jadi Pandu tidak malu banget, tapii demi seseorang yang di cintai, Pandu akan melakukan hal apapun. Berjalan beriringan dengan bergandengan tangan, sesekali Pandu tersenyum sopan membalas sapaan suster dan dokter yang lewat dan menyapanya.


Mengapa ada yang menyapanya? Karena, di sini, alias rumah sakit ini milik bibinya, atau tepatnya adik dari papa, membuat semua karyawan disini mengenal Pandu. Berjalan ke arah lift. "Kak, kita mau kemana? Dan ini rumah sakit siapa?" tanya Angel yang berada di sampingnya, sedari tadi, dia terasa linglung.

Karena, banyaknya orang yang menyapa kakak kelasnya yang berada di samping dia, lalu sekarang? Entah kemana, Angel akan ikut saja. Tapi pertanyaan-pertanyaan manis tersarang indah di otak cantiknya.

"Kita ke ruangan bibi aku dulu, kita langsung periksa kamu sama bibi," jawab Pandu. Menoleh sekilas ke arah Angel yang mengangguk mengerti.

"Selamat sore. Tuan."

"Sore!"

Pandu berhenti di depan ruangan sang bibi, yang bernama 'Lily'. Membukanya lalu lamsh menampilkan sang bibi yang sedang membereskan ruang kerja.

"Selamat sore, sayang," seru Lily, lalu berjalan pelan ke arah Pandu, memeluknya, lalu mencium kening Pandu sekilas. Angel terdiam melihat interaksi itu, bibirnya tiba-tiba tersenyum. Interaksi yang sangat amat menghangat di hatinya.

"Sore juga, bibi sayang."

"Sini, duduk dulu," titah Lily. Lalu menunjuk ke arah sofa yang berada di ruangan dia. Pandu mengangguk. Menggandeng lengan Angel, untuk duduk berdampingan.

"Kamu siapa? Pacarnya Pandu?" Tanya Lily ke arah Angel. Angel tersenyum simpul lalu menoleh ke arah Pandu. "Iya bi, tapi belum sih. Baru mau," jawab Pandu.

"Kamu ya, kasian anak orang di gantung," ucap Lily, lalu melangkah mendekat ke arah Pandu dan Angel dengan tangan yang membawa nampan berisi Air dua gelas.

"Lah di gantung gimana, orang Angel lagi duduk sama aku, bibi nih ada-ada aja."

"Kamu ini, bukan konsep seperti itu. Angel? Nama kamu, Angel?"

"Iya, dokter. Aku Angel," jawab Angel dengan tersenyum manis. "Lucu banget kamu, nama panjangnya siapa?"

"Angelina Meiysa."

"Omo-omo, kelahiran bulan Mei?" Lagi, lagi, dan lagi Angel tersenyum dengan mengangguk.

"Iya dokter."

"Eh sebentar.. jangan dokter, bibi saja. Biar sama kaya Pandu," tolak dokter Lily. Angel mengangguk pelan. "Baik bi."

"Eh, kalau Pandu meminta kamu buat jadi pacarnya, tolak saja," ucap bibi Lily dengan mengambil tempat di tengah-tengah, antar Angel dan Pandu. "Bibi, kenapa begitu? Aku, kan, cocok sama Angel," sahut Pandu.

"Tidak-tidak. Angel cocoknya sama anak bibi, nih ya Angel. Anak bibi itu kaya, ganteng, pinter, udah kuliah juga sekarang lagi di Australia. Pasti Angel cocok sama anak bibi, dari pada sama bocah ingusan ini, iyakan Angel?" Angel menghela napasnya pertanda tidak tau. Wajahnya terlihat tertekan berada di sini. Tapi, dia harus tetap sopan.

"Bibi. Kita ke sini mau berobat, bukan mau dengerin ucapan bibi yang malah mengotori otak calon pacar, aku," sahut Pandu. Wajahnya sudah terlihat memerah. Menahan kekesalan ke arah dokter Lily, yang sialnya dia adalah bibi tersayang bagi, Pandu.

DIFFERENT LIKES [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang