Bab 48

3K 320 6
                                    

Aria sudah ada didalam kamar karena Jieun pingsan tadi, dia duduk disamping Jieun yang masih menutup matanya.

"Sayang" ucap Aria.

Dia juga kaget melihat darah tadi.
Dia langsung memanggil dokter ahli untuk melakukan tes yang lebih akurat pada dirinya dan Arch.

"Kakak, apakah benar jika Arch adalah anakmu?" Ucap Aiden yang berlari ke kamar mereka.

Aria tidak menjawab.

Aiden menatap Jieun yang masih pingsan itu, dia menghela nafasnya lalu duduk di kursi depan kakaknya.

"Aku sudah menyelidiki siapa ibunya, ternyata dulu ibunya adalah seorang pelacur" ucap Aiden.

"Jangan bahas sekarang, Aiden. Bagaimana jika kakakmu ini mendengarnya huh? Kau ingin keponakanmu lahir sebelum waktunya?" Ucap Aria.

Aiden langsung diam disana.

"Duke, dokter sudah selesai memeriksa Arch. Sekarang giliran anda" ucap Daniel.

Aria berdiri dan menatap Aiden.
"Jaga dulu kakakmu, aku akan kembali setelah selesai" ucap Aria.

"Baik, kak" ucap Aiden.

Aria pergi dari sana bersama dokter.

Tak berselang lama setelah itu, jieun membuka matanya. Aiden langsung menyuruh seseorang untuk memanggilkan dokter.

"Kak, kau baik-baik saja? Apakah perutmu sakit?" Ucap Aiden.

"Huh? Kau Aiden? Dimana kakakmu?" Ucap Jieun.

"Kakak pergi sebentar, nanti juga kembali" ucap Aiden.

Jieun duduk dengan dibantu oleh Aiden untuk menyandar pada kepala kasur, dia mengelus perutnya yang terasa sakit karena bayi yang ada didalam perutnya terus menendang.

"Kakak sungguh baik-baik saja?" Ucap Aiden sekali lagi.

"Aku baik-baik saja" ucap Jieun.

Jujur, Jieun masih sangat syok.
Tapi dia tidak ingin membuat orang-orang khawatir apalagi dia sedang hamil besar seperti ini.

"Bawa aku untuk menemui kakakmu" ucap Jieun.

"Kakak istirahat saja disini, aku akan menyusulnya dan menyuruhnya untuk kemari ya?" Ucap Aiden.

"Tidak, aku ingin menemuinya. Jika kau tidak mau aku bisa sendiri" ucap Jieun.

"Eh jangan! Kakak bisa membunuhku! Baiklah, ayo" ucap Aiden.

Aiden menuntun Jieun untuk pergi ke ruangan dimana Aria diperiksa. Dia sangat khawatir jika Aria akan marah, dia juga lebih takut jika Jieun kontraksi lebih awal sekarang.

Saat mereka ada didepan pintu, terdengar suara percakapan antara Aria dan dokter didalam.

"Kau sudah memastikannya bukan?" Ucap Aria.

"Sudah 3 kali, Duke. Hasilnya tetap sama, anak itu memang putramu" ucap dokter itu.

Huh?

Jadi benar?

"Kakak!" Ucap Aiden saat Jieun akan terjatuh.

Aria berjalan kedepan dan membuka pintu, dia terkejut melihat Aiden dan Jieun yang berdiri didepan ruangan.

"Kenapa kalian ada disini!" Ucap Aria.

"Kakak, kak Jieun yang ingin kesini" ucap Aiden.

Jieun dibawa masuk dan duduk. Dia diberi minum agar lebih tenang, belum ada percakapan apapun diantara mereka.

"Jadi benar jika Arch adalah anakmu?" Ucap Jieun.

"Ya" ucap Aria pelan.

Aria berlutut dihadapan Jieun lalu memegang tangan Jieun, melihat itu Aiden langsung menyuruh semua orang untuk keluar dari ruangan itu dan menutup pintu.

"Maafkan aku, tapi aku sungguh tidak tahu kapan itu terjadi. Aku tidak ingat apapun, aku bersungguh-sungguh" ucap Aria.

"Maaf menyela Duke, tapi sepertinya itu terjadi saat kita memenangkan perang dengan Troyes? Kita minum-minum di sebuah bar waktu itu" ucap Daniel.

"Wow, ingatanmu tajam" ucap Aiden.

Jieun menghela nafasnya.

Perkataan Aiden tadi benar, ibu Arch pernah menjadi pelacur dan seperti itu terjadi disana.

Tiba-tiba Jieun menangis, membuat semua orang tambah panik.

"Sayang, jangan menangis. Aku benar-benar tidak sengaja! Aku sedang mabuk dan tidak sadar, aku sungguh tidak berniat untuk melakukan hal seperti itu padanya" ucap Aria.

"Bukan itu..." Ucap Jieun pelan.

Mereka bertiga mengerutkan kening.
Lalu apa?

"Aku sangat kasihan pada Arch, dia tumbuh tanpa sosok ayah. Ibunya meninggal dan hidup bersama bibinya yang sakit serta pamannya yang kecanduan alkohol dan judi. Seharusnya dia mendapatkan kehidupan yang layak karena dia adalah anakmu, tidak seharusnya dia hidup malang selama 13 tahun ini" ucap Jieun.

Aria, Aiden dan Daniel saling bertukar pandang satu sama lain.

Hah?

Mereka kira Jieun akan mengatakan hal lain, mereka sungguh tidak menduga jika Jieun akan mengatakan itu.

"Menurutmu kita harus apa pada Arch?" Ucap Aria.

"Apa lagi? Angkat dia sebagai anakmu, dia adalah bagaimana dari Kalisto. Sudah seharusnya dia mendapatkan hak dan gelar, Aria" ucap Jieun.

"Kau tak apa?" Ucap Aria.

"Kenapa aku harus kenapa-napa? Dia adalah putramu, sudah seharusnya dia mendapatkan apa yang seharusnya dia dapatkan. Lagipula dia sudah dekat denganku, bukankah menyenangkan jika Arch menjadi anakku juga?" Ucap Jieun.

Mereka tersenyum disana.

Jieun tidak keberatan jika Arch menjadi putra pertama mereka, meskipun bukan dari kandungannya tapi Jieun sudah menyayangi Arch.

Tak buruk jika Aria sudah memiliki putra bukan?

.

.

.

TBC

Beauty And The BeastsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang