Rival?

491 55 1
                                    

Sunghoon memilih menghampiri meja di mana kekasihnya berada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sunghoon memilih menghampiri meja di mana kekasihnya berada. Raut wajahnya ia atur sedemikian rupa agar tidak terlihat sedang marah, Sunoo takut melihat wajah marah Sunghoon. Melangkah dengan pasti mendekati sang kekasih.

"Ddeonu!"

Yang dipanggil menoleh, lalu matanya membulat lucu saat tahu siapa yang memanggil. Berteriak kesenangan menyahut panggilan. "KAKAK!!" Tangannya melambai, seakan menyuruh Sunghoon mendekat.

Sampai di meja, Sunghoon langsung menempati kursi kosong di samping kekasihnya. Diam-diam, tangannya bergerak melingkari pinggang yang terasa pas untuk didekap. Oh, Sunghoon dalam mode posesif. Sengaja memberi peringatan secara tersirat pada orang di depannya yang ia anggap rival.

"Kakak, kenalin dia Haruto adik kelas kita. Dia baik, sudah menemani Sunoo menunggu kakak. Dibelikan ramen dan susu juga! Haruto baik!" Penjelasan dari Sunoo rasanya tidak mengubah sedikitpun amarah Sunghoon pada orang di depannya. Justru membuat dirinya semakin yakin menganggap orang itu sebagai ancaman.

"Terima kasih, Haruto. Maaf merepotkan, aku akan mengganti uangnya."

"No need, aku hanya mentraktir karena kalah taruhan game saja. Lagian, melihat senyum kakak imut saja sudah merasa terbayarkan."

"Oh iya, Sunoo dan Haruto tadi bermain game! Sunoo keren, bisa kalahin Haruto tahuuuu." Pamer Sunoo dengan wajah menyebalkan. Seakan mengejek Haruto.

"Begitu? Keren sekali KEKASIHKU ini bisa menang main game. Ddeonu tadi main game apa, hm?" Sunghoon dengan sengaja menekankan kata 'kekasih' yang dia ucapkan, lalu memicing tajam pada pemuda di depannya. Ia memberi serangan telak pada musuhnya. Agar sadar bahwa dirinya sudah menang sejak awal.

Tapi sepertinya usaha Sunghoon sia-sia. Bisa dilihat jika Haruto tidak merasa tersinggung dengan serangan dari Sunghoon. Mata Haruto tetap menatap puja Sunoo.

Persaingan semakin sengit, mungkin jika digambarkan ada kabut hitam yang mengelilingi meja tempat ketiga Adam ini berada. Sunghoon yang semakin meradang, Haruto masih santai menanggapi serangan-serangan dari Sunghoon. Terlihat kontras sekali.

"Kakak, ayo pulang. Sunoo mulai mengantuk."

"Bayi kakak sudah mengantuk? Gemasnya. Mari pulang, bayi kakak harus banyak istirahat agar tidak kelelahan esok hari."

"Sunoo bukan lagi bayi, kakaaaak." Elak Sunoo.

"Tapi kamu masih menggemaskan seperti bayi, bagaimana nih?"

"Huuuuh, menyebalkan. Haruto, Sunoo dan kak Sunghoon pulang dahulu ya. Besok kita ketemu lagi, paipaiii~" Sunoo bangkit dari duduknya bersamaan dengan Sunghoon. Melambai pada Haruto disertai raut wajah menggemaskan miliknya.

Jantung Haruto rasanya ingin pindah dari tempatnya berasal. Keimutan seorang Kim Sunoo sangat tidak baik untuk jantungnya. Tapi sebisa mungkin, ia menormalisasi raut wajahnya. Agar tidak kentara salah tingkah.

"Hati-hati, kakak imut."


























"Hahaha, bayi mengantuk tidak bisa mengaitkan helm. Sini kakak bantu." Sunghoon mengikis jarak keduanya. Tangannya dengan lihat mengaitkan helm kekasihnya. Ditatapnya mata rubah Sunoo yang satu karena menahan kantuk. Terkekeh gemas setelahnya.

Selesai dengan kegiatan mengaitkan helm, Sunghoon naik ke motornya dan membantu Sunoo yang kepayahan menaiki motor. Sunoo refleks memeluk Sunghoon, bersandar karena badannya mulai terasa lemas karena kantuk. Tentu saja ditanggapi dengan senang hati oleh Sunghoon. Menyalakan motor, lalu berjalan meninggalkan lingkungan sekolah.

Selama perjalanan, Sunghoon mencubit kecil punggung tangan Sunoo. Ia lakukan agar kesadaran Sunoo tetap terjaga. Bahaya jika kekasihnya itu limbung dan jatuh ke jalan. Sesekali ia mencoba berbicara dengan Sunoo walau ditanggapi dengan iya atau tidak saja.

Motor Sunghoon sampai di pelataran rumah Kim. Setelah mematikan mesin motornya, ia menurunkan standar. Perlahan turun dari motor, lalu menggendong ala koala kekasihnya yang mulai terlelap.

Saat mengetuk pintu, ia langsung disambut Bunda Kim yang langsung menuntun dia ke kamar Sunoo. Membantu melepaskan tas dan sepatu Sunoo. Sunghoon dengan hati-hati meletakkan Sunoo di kasurnya. Takut tidur bayinya terganggu. Membetulkan posisi tidurnya, lalu menarik selimut menutupi dua pertiga badan kekasihnya. Tangan kanannya mengusap kepala Sunoo. Badan Sunghoon condong ke kepala Sunoo, ia mengecup dahi kekasihnya. Membisikkan ucapan selamat tidur yang pasti tak akan Sunoo dengar. Berjalan keluar dari kamar kekasihnya dan pamit pulang pada Bunda Kim.






TBC

Aku nda tau nulis apaan ini, yang penting bisa update meriahkan akhirnya sunsun selca hehe. BYE

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 08, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perfect Couple • SunsunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang