Siapa?

550 82 10
                                    

Seminggu setelah acara pergi ke gunung, Sunghoon dan Sunoo kembali menjalan hari seperti biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seminggu setelah acara pergi ke gunung, Sunghoon dan Sunoo kembali menjalan hari seperti biasa. Berangkat sekolah bersama, makan di kantin bersama, kadang juga Sunoo menonton dan menyemangati Sunghoon yang bermain bola basket di lapangan, lalu pulang sekolah bersama. Terasa sangat monoton, tapi tidak bagi mereka.

Seperti saat ini, Sunoo tengah menunggu kekasih tampannya di kantin. Sunghoon dapat tambahan jam belajar dan menyuruhnya untuk menunggu di kantin. Sudah habis satu mangkuk mie dan tiga kotak susu pisang. Tapi memang dasarnya Sunoo ini tidak akan berhenti mengunyah sebelum mual. Jadi lah sekarang tangannya memeluk dua makanan ringan, baru dibuka satu. Niatnya ingin menyisakan satu makanan ringan untuk dimakan bersama kekasihnya. Semoga saja berakhir seperti itu.

"Kak Hoonie lama sekali. Sunoo bosan menunggu." Keluh Sunoo dengan mulut yang masih sibuk mengunyah. Mata rubahnya menatap sinis pintu kantin, berharap orang yang ia tunggu segera datang.

Beberapa menit setelahnya, terdengar pijakan kaki dari arah luar pintu kantin. Sunoo memasang wajah bahagia, karena menurutnya yang datang itu adalah Sunghoon.

Wajah Sunoo berubah datar saat yang ia lihat saat ini adalah Haruto, adik tingkat yang suka sekali menggodanya ketika Sunghoon tak berada di sekitar dirinya.

Pemuda jangkung itu berjalan menghampiri tempat duduk Sunoo dengan wajah sumringah. Seakan baru saja menemukan sebongkah berlian. Ingin berterima kasih pada teman yang sudah menyuruhnya membeli minuman di kantin. Mungkin ia harus memberi bonus sebagai ucapan terima kasih.

"Kakak imut! Kita ketemu lagi."

"Ish, Haruuu. Jangan ganggu Sunoo. Sunoo sedang kesal. Memangnya Haru mau Sunoo marahi?" sungutnya kesal.

Bukannya takut, si pemuda Watanabe itu malah menahan gemas. Dapat kesempatan menatap pujaan hatinya lebih lama, apalagi saat Sunoo sedang kesal dan ingin memarahinya.  Kalau nanti Haruto dilarikan ke rumah sakit, jangan tanya apa alasannya.

"Marahi saja, kak. Haruto ikhlas."

"Tidak jadi, Haru temani Sunoo menunggu kak Hoonie saja. Sunoo bosan sendirian." tanpa sadar bibir bawahnya maju sedikit ke depan. Haruto yang melihat itu menahan pekikan gemas.

"Haruto harus apa supaya kakak imut tidak bosan?"

"Ayo main game! Yang kalah belikan jajanan untuk yang menang!" seru Sunoo semangat.

"Oke, kakak imut."





















"Yesss, Sunoo menang! Haha, Haru lemah dalam game ternyata. Ayo belikan Sunoo banyak jajanan!"

Dengan muka tengil dan posisi tangan bertolak pinggang Sunoo mengejek Haruto. Padahal ia tidak tahu saja, pemuda asal Jepang itu mengalah. Karena tahu, kakak imut di depannya mudah merajuk dan tidak terima jika kalah. Lebih baik cari aman saja, bukan?

Haruto menepuk jidat, wajahnya berpura-pura sedih. Agar lebih meyakinkan saja. "Haduh, kakak imut jago sekali bermain game ya. Haruto sampai kalah. Oke, sesuaikan janji. Kakak mau beli apa nih?"

Sunoo membuat pose berpikir, tak lupa matanya melihat stand jualan di kantin. Melupakan bungkus makanan dan minuman yang sudah tanda berserakan. Memang dasarnya lambung karet, belum merasa mual, tidak akan berhenti makan. Apalagi gratis, tidak boleh disia-siakan.

Akhirnya setelah sibuk berperang memilih ingin membeli apa saja. Jari telunjuk Sunoo tertuju ke stand khusus ramen. Daripada membeli makanan ringan, tidak bisa menghilangkan rasa laparnya.

"Mau itu!"

Haruto mengikuti arah jari telunjuk Sunoo. Tebakannya benar, pasti Sunoo akan pilih stand ramen. Sedikit mudah ditebak keinginan Sunoo. Ia mengangguk, lalu mengajak Sunoo ke stand ramen berada.

Yang diajak berteriak senang, berlari mendahului Haruto untuk memesan semangkuk ramen. Membuat yang lebih muda terkekeh akan kelakuannya. Menggemaskan, tidak terlihat seperti siswa SMA.

"Haruto mau juga?"

"Sudah kenyang, untuk kakak imut saja."

"Hooo, oke kalau begitu. Jangan sampai tergoda ya, Sunoo tidak ingin berbagi."







"Yeay, ramen datang." Sunoo menyambut paman yang membawa ramen ke mejanya. Matanya berbinar melihat semangkuk ramen dengan asap yang mengepul tersaji di depannya.

Sunoo mengambil sumpit, bersiap menyantap semangkuk ramen yang sangat menggoda. Melilitkan ramen di antara sumpit, lalu bergerak naik menuju mulutnya untuk dilahap. Tak lupa meniup sebentar agar tak terlalu panas. Hap! Pipi Sunoo menggembung saat mengunyah ramen.

"Nom nom, enak! Sayang sekali Haruto tidak mencobanya." goda Sunoo dengan mulut yang masih mengunyah. Haruto hanya terkekeh, rupanya kakak imut suka sekali menggoda. Padahal hanya melihat Sunoo makan dengan lahap, sudah membuat Haruto merasa kenyang.

Haruto mengambil tisu, bergerak mengelap kuah ramen yang mengalir di dagu Sunoo. "Tau, tapi Haruto sudah merasa kenyang lihat kakak imut makan. Pipinya sampai tumpah-ruah gini lagi." Mengelus pelan pipi menggembung Sunoo.

"Ya sudah, Sunoo habiskan ya!" dibalas anggukan singkat dari yang lebih muda.

Sekitar 10 menit, mangkuk ramen bersih. Semua isinya sudah dilahap habis oleh Sunoo, bahkan kuahnya. Menyisakan sendok dan sumpit saja.

Sunoo menepuk-nepuk perutnya yang terasa penuh. Bagaimana tidak, di tengah acara makan tadi, Haruto membeli dua kotak susu. Jadi lah sekarang Sunoo kekenyangan.

"Terima kasih banyak atas jajanannya, Haruto!"

"Sama-sama, kakak imut. Masih mau menunggu atau langsung pulang? Biar Haruto antar."

"Eum eum, masih mau tunggu kak Hoonie. Haruto kalau mau pulang duluan saja." menggeleng, menolak tawaran pulang bersama dari Haruto. Ia sudah biasa menunggu Sunghoon selesai kelas. Bahkan pernah sampai hampir ketiduran karena terlalu lama.

"Baiklah, Haruto temani saja sampai datang. Mau main game lagi?"

"Mauuu."

Selanjutnya, mereka asik bermain game sambil tertawa. Entah karena Sunoo yang menertawai kekalahan Haruto atau Haruto yang merasa gemas dengan tingkah kakak kelasnya itu.

Tak sadar dari arah lorong perbatasan antara kantin dan kelas, Sunghoon melihat semua kegiatan dua manusia itu. Matanya menyipit dengan kilat tajam. Tidak suka melihat interaksi di depan sana. Dalam hati bertanya, siapa gerangan yang duduk berhadapan dengan Sunoo-nya?


TBC

Aku kembali~

Perfect Couple • SunsunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang