Sebelum lanjut, ada yang mau aku jelasin di sini:
Warning⚠️
1. FOLLOW DULU SEBELUM BACA, KARENA BANYAK PART YANG DIPRIVAT
2. Cerita ini bukan sequel, spin-off atau yang lainnya dari cerita aku yang sebelumnya. Jadi, kalau ada tokoh ceritaku yang kalian kenal, itu berarti mereka cuma mampir aja.
3. Jangan bawa-bawa cerita lain ke dalam cerita ini. Jangan bawa-bawa nama karakter cerita author lainnya. Cerita ini murni karena ide saya sendiri. Jadi, jika ada kemiripan, itu hanya kebetulan saja.
3. Siapin tisu, karena beberapa part mungkin akan bikin kamu nangis.
4. Selalu vote+komen di setiap chapternya biar updatenya juga cepet.
Are u ready?
•••
“Kalau aku tahu suara itu merubah duniaku, maka aku memilih untuk menutup telingaku selamanya.”
•••
"LARII! MAU JADI APA KALIAN NANTINYA? KALO CUMAN KAYAK GINI AJA BISA TELAT!" teriakan itu kian terdengar dari gerbang masuk Universitas Bina Indonesia. Semua manusia berpakaian kemeja putih dan celana kain berwarna hitam itu berlari dengan cepat menuju lapangan karena memang mereka termasuk manusia-manusia yang akan mendapatkan hukuman di hari pertama sebagai seorang mahasiswa.
Seorang gadis dengan rambut dua dikepang dengan topi yang dia pegang di tangan kanannya berlari tergopoh-gopoh karena para kating yang ada di depan sana membuatnya semakin cemas. Tanpa dia sadari, kakinya menyandung batu di hadapannya membuatnya jatuh tersungkur di depan para kating.
"Ini lagi pake jatuh. Cepetan bangun, lo bukan tuan putri di sini," ujar seorang kating perempuan bernama Cilla.
Gadis itu mulai berdiri namun kakinya di tendang oleh kating lainnya yang membuatnya kembali jatuh tersungkur di atas tanah. Suara gelak tawa mereka mulai terdengar. Suara yang tadinya hanya terdengar bentakan, kini menambah suara gelak tawa dari mereka.
Gadis itu hampir menangis. Namun, seorang perempuan membantunya untuk berdiri. Perempuan itu terlihat tegas, dengan mata yang tajam. Rambutnya diikat rapi dengan tangan yang dia masukan ke dalam saku. Para panitia ospek yang tadinya tertawa dengan suara yang lantang, kini mendadak menjadi diam karena kedatangan gadis itu. Tak ada satu suarapun yang terdengar, bahkan suara embusan napas pun sepertinya sangat dilarang di sana.
"APA YANG KALIAN LIHAT? Angga udah bilang kan ke kalian semua, gak ada yang namanya perploncoan. Kalian semua mau kita semua dapat peringatan?" tanya gadis itu dengan suara yang pelan, namun terdengar oleh semua orang. Bahkan para maba yang ada di sekitar sana pun juga dapat mendengar suara gadis itu.
Vania Larissa. Nama yang cantik untuk gadis yang manis. Gadis kelahiran Jogja, dengan suara yang pelan namun tegasnya itu adalah seseorang yang tidak menyukai yang namanya perploncoan. Vania tidak akan mentolerir hal itu terjadi di dalam organisasi yang dia ikuti.
Ambisinya memang menjadi seorang presiden mahasiswa namun semesta berkehendak lain. Namun, Vania tidak pernah menyesali kegagalannya itu. Dia sangat bangga telah menjadi salah satu anggota dari organisasi yang dia inginkan. Meskipun banyak anggota lainnya yang tidak menyukainya karena ketegasannya, namun menurutnya bukan itu yang ingin dia cari.
"Oh ya, nama lo ... Kayla. Lo boleh balik ke barisan lo. Oh ya, gue harap lo gak telat lagi besok," ucap Vania dengan melirik nametag yang dikenakan oleh gadis bernama Kayla itu. "Dan kalian semua balik ke tempat kalian!" perintah Vania pada teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cakra
Teen Fiction❝𝘉𝘪𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢, 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘪𝘬𝘪𝘯 𝘭𝘰 𝘱𝘦𝘳𝘤𝘢𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘯𝘢𝘮𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘦𝘳𝘤𝘢𝘺𝘢𝘢𝘯?❞ ©2022