HAPPY READING GUYS!💛
"Jangan mau hidup dalam keinginan orang lain, hidup lah dalam keinginanmu sendiri."
— Vania
•••
"Pagi, Kak Vania," sapa Nakula dengan ramah.
Nakula, Devan, dan Marvel berjalan beriringan dengan Vania. Gadis itu nampak tersenyum kecil melihat ketiga cowok itu. Entahlah, sejak berakhirnya masa ospek kemarin, dia sering sekali mengobrol dengan adek tingkatnya. Entah membahas tentang jurusan, menanyakan kabar, atau bahkan membuat masalah seperti yang dilakukan oleh Cakra.
"Kalian gak ada kelas?" tanya Vania sambil menoleh ke arah tiga cowok itu bergantian.
"Nah itu Kak yang mau kita tanyain ke Kak Vania," sahut Devan.
"Kak Vania ada kelas gak?" tanya Marvel tanpa basa-basi.
"Aku pagi ini gak ada kelas sih, nanti siang baru ada. Cuman kesini mau ke perpustakaan aja," jawab Vania.
"Nah bagus tuh kak!" pekik Nakula.
Devan seketika menyenggol lengan tangan Nakula, membuat cowok itu langsung menutup mulutnya.
"Maksud kalian apa yang bagus?" tanya Vania.
"Aduh, lo sih pake keceplosan segala," kesal Devan pada Nakula.
"Ya lo tahu sendiri mulut gue gimana ya, sorry," ucap Nakula dengan menggaruk belakang lehernya.
"Jadi ... maksud kalian gimana ya?" tanya Vania lagi.
Marvel yang berada di sebelah kanan Vania itu megembuskan napasnya dengan sedikit amarah di dalamnya. Harusnya dia tidak berteman dengan Nakula dan Devan. Lihat apa yang mereka lakukan sekarang. Merusak rencana yang bahkan telah dipersiapkan dengan matang. Kalau sudah basah seperti ini, ya harus tenggelam juga.
"Jadi gini Kak, kita mau minta bantuan Kak Vania untuk ngebujuk Cakra. Dia gak mau lanjut kuliah, Kak, soalnya ada masalah gitu di keluarganya. Jadi dia agak tertekan gitu kak sekarang," jelas Marvel.
"Hah?" Vania sedikit tak mengerti, "Kemarim aku lihat Cakra baik-baik aja dia juga kayaknya semangat aja tuh kuliahnya," lanjut Vania.
"Ya namanya juga masalah, Kak, siapa yang tahu ya gak, Van," sahut Nakula dengan meminta persetujuan dari Devan.
"Gausah minta pendapat gue lo," cerca Devan.
"Aku mohon banget nih kak sama Kak Vania, mau ya bantuin kita ngebujukin Cakra? Masalahnya tuh gini, Kak, dia tuh pengen banget kuliah tapi ya karena ada masalah keluarga tuh dia jadi mundur gitu kak bahasanya," mohon Marvel.
"Tapi kenapa harus minta ke aku?" tanya Vania.
"Ya siapa tahu aja kak Vania bisa bantu, kan Kak Vania tuh kating secara bisa kasih kata-kata yang bijak yang bangun semangatnya Cakra buat kuliah lagi, Kak," kata Devan.
Vania menghela napasnya pelan. Dia sedikit menimang permintaan ketiga sahabat Cakra itu. Vania melihat ke kiri dan kanannya, secara bergantian. Vania tidak tega melihat wajah melas cowok-cowok itu, tapi dia juga tidak ingin bertemu dengan Cakra lagi.
Tapi jika dipikirkan lagi, ini bukan hanya masalah dia tidak ingin bertemu dengan Cakra lagi, tapi ini sudah menjadi masalah bahwa seorang anak telah kehilangan semangat belajarnya hanya karena masalah keluarga.
"Yaudah, tapi aku gak bisa lama-lama soalnya mau ada kelas. Kalian bisa anterin aku ke tempatnya Cakra?" tanya Vania.
Tentu saja Marvel, Nakula, dan Devan bersedia untuk mengantarkan gadis itu. Wajah sumringah di muka mereka mengatakan dengan jelas bahwa mereka sangat senang dengan persetujuan Vania. Tapi di sisi lain Vania hanya memikirkan satu, bahwa Cakra tidak boleh sampai kehilangan semangatnya untuk saat ini. Meskipun Vania tidak terlalu suka dengan cowok itu, tapi Vania akan mencoba membujuknya untuk kembali melangkah bersama teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cakra
Teen Fiction❝𝘉𝘪𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢, 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘪𝘬𝘪𝘯 𝘭𝘰 𝘱𝘦𝘳𝘤𝘢𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘯𝘢𝘮𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘦𝘳𝘤𝘢𝘺𝘢𝘢𝘯?❞ ©2022