HAPPY READING GUYS!💛
“Ya gue pikir ngapain juga gue ngomong pakai bahasa formal ke cewek yang bakalan gue jadiin pacar.”
— Cakra
•••
"Traktirannya mana nih, Cak, kitakan udah bantuin lo buat ketemu sama Kak Vania," ucap Devan.
Saat ini, Cakra dan ketiga temannya itu berada di kantin kampusnya. Ya, Vania berhasil membawa cowok itu untuk mengikuti kelasnya hari ini. Namun sayangnya, tadi Vania tidak mau kalau harus pergi ke kampus bersama dengan Cakra. Gadis itu memilih untuk memesan ojek online dan diikuti oleh Cakra di belakangnya.
Cakra senang bisa berbincang panjang lebar bersama dengan Vania hari ini. Mungkin dia tidak akan bisa melupakan satu hari tanpa adanya emosi diantara mereka. Cakra baru sadar jika hidupnya tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Vania yang telah melewati begitu banyak rasa sakit yang menerpanya. Gadis itu tumbuh menjadi lebih kuat bahkan di luar ekspektasi orang tuanya.
"Minimal motor baru kayak pula lo, Cak, biar motor kita samaan," lanjut Nakula.
"Gue sih bisa beli sendiri ya," sindir Marvel.
"Iya deh, lo mah sultan, kita mah butiran debu," sahut Devan yang membuat Marvel terkekeh. Cowok itu memegang pundak Devan memberikan isyarat bahwa dia hanya sekedar bercanda saja tadi.
"Pesen aja makanan yang kalian mau, kayak biasanya gue yang bayar," ujar Cakra.
Tanpa basa-basi lagi, Devan dan Nakula langsung berdiri dari tempat duduknya dan berjalan untuk memesan beberapa makanan. Marvel tidak pergi bersama kedua sahabatnya itu, dia masih tetap duduk karena dia sudah menitip pada Devan tadi.
"Gimana, Cak? Makin ada feeling gak nih sama Kak Vania?" goda Marvel.
"Iya jelas lah, pake tanya lagi," jawab Cakra tanpa basa-basi.
Marvel terkekeh dengan jawaban Cakra barusan. Tak beberapa lama kemudian, Devan dan Nakula melihat kedatangan Vania ke kantin itu. Tapi gadis itu tidak sendiri, melainkan bersama seorang cowok yang bernama Angga.
"Esstt!! Udah satu langkah di depan Cakra aja nih, Kak," goda Nakula pada Angga.
"Cakra mah gak ada apa-apanya sama gue," balas Angga dengan percaya diri.
"Halah, gausah percaya diri dulu, Kak, siapa tahu cuman dianggap temen sama Kak Vania," sahut Devan.
"Ciahhh cuman dianggap temen. Sedih banget sih kalo jadi gue cuma. Dianggap temen doang," tambah Nakula. Cowok itu mengajak Devan pergi dari hadapan Vania dan Angga.
Sedangkan Vania, gadis sebenarnya mengerti apa yang dimaksud oleh Nakula dan Devan barusan, namun dia memilih bodoamat karena menurutnya itu bukan suatu hal yang penting. Dari ujung sana, Cakra juga bisa melihat bahwa Angga bersama dengan Vania saat ini. Tapi nyatanya, Cakra membiarkan hal itu terjadi hingga Vania dan Angga duduk di meja kosong yang ada di sampingnya.
"Van, nanti habis kelas lo ada cara gak?" tanya Angga.
Vania yang masih mengaduk minumannya itu tampak sedikit menggelengkan kepalanya, lalu berkata, "Gak ada sih, gue kayaknya mau langsung pulang aja."
"Yah, kenapa langsung pulang, Van? Padahal gue mau ajakin lo main bareng yang lainnya," ucap Angga, "Tapi kalo lo mau pulang gapapa deh, nanti gue anterin ya," lanjut Angga.
Sebelum Vania menerima ajakan Angga, Cakra sudah terlebih dulu menaruh ke dua tangannya di meja Angga dan Vania. Cowok itu melihat ke arah Angga dan Vania secara bergantian. Sedangkan Vania, gadis itu tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Vania.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cakra
Teen Fiction❝𝘉𝘪𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘵𝘦𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢, 𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘪𝘬𝘪𝘯 𝘭𝘰 𝘱𝘦𝘳𝘤𝘢𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘯𝘢𝘮𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘦𝘳𝘤𝘢𝘺𝘢𝘢𝘯?❞ ©2022