— Semesta akan terus melaju dimanapun kamu singgah. Tidak peduli sepedih apapun cerita hidupmu, yang jelas kamu harus tetap melangkah mengikuti mampumu. Bukan maumu.
—————
"Wohooo! Congrats cimolkuu!"
Roda mobil itu bergerak melakukan drifting dengan pola memutar yang dikelilingi sekumpulan orang sibuk bersorak atas kemenangan sirkuitnya malam itu.
Mobil dengan vinyl stripe white-blue itu seakan-akan menghipnotis orang lain untuk mengaguminya. Pintu terbuka menampilkan Allen yang menjadi bintang utama dan menyeringai menatap rivalnya saat itu.
"Ugh... jangan nangis sayang," nadanya terdengar meledek membuat Juno− nama rivalnya mendengus dan menepis tangan Allen yang mengelus dagunya main-main.
"Tuh cek rekening lo nanti," ucap Juno lalu melenggang pergi dengan mobilnya.
Merelakan wilayah kekuasannya saat ini menjadi hak kuasa milik Allen. Allen tersenyum sumringah ketika uang senilai setengah miliar sudah masuk direkeningnya.
Oh, waktu malam selalu menjadi keberuntungannya.
"Mau mekdi sama martabak dong sayang," ekspresinya seketika langsung berubah mengetahui siapa yang bergelayut dilengan kanan-kirinya.
Oh, tidak-tidak.
Allen tidak berselingkuh, mereka adalah dua sahabat gilanya yang suka membuat Allen menangis karena tingkah konyolnya.
Tapi semesta lebih aneh karena merestui persahabatan mereka karena faktanya tiga orang itu tengah tertawa sekarang.
Perkenalkan, namanya Kaze dan Isabel atau singkatnya Abel.
"Parah sih, masa' anaknya berjuang nyari duit sendiri tapi maknya malah minta gitu aja. Pemerasan terhadap anak dibawah umur yang tercantum pada pasal 368 ayat satu− mmph!"
Kaze menutup mulut Abel kuat-kuat hingga membuat gadis tomboy berambut pendek itu menjambak rambutnya kuat.
"Bisa botak gue anjir!" pekik Kaze kesakitan.
Allen tertawa tanpa suara enggan menengahi mereka. Karena kegilaan dua sahabatnya merupakan hiburan sekaligus pelipur lara untuk kehidupannya yang penuh penyakit.
Kaze menyenggol lengannya— Allen menoleh karena ketahuan melamun, "Gue traktir pentol aja ya," ucap Allen yang tertawa melihat raut mereka datar.
"Haha, canda sayang-sayangku. Besok gue traktir apapun yang kalian mau," sambungnya lagi membuat Kaze dan Abel bertos ria.
Arena sirkuit malam itu masih terlihat ramai ditengah perkotaan. Sirkuit itu memang biasa diadakan malam hari karena meminimalisir razia dari polisi meskipun beberapa kali Allen memiliki pengalaman pernah dikejar oleh komplotan mereka.
"Mama lo sekarang gimana kabarnya, len?" tanya Kaze sedangkan Abel disebelahnya terdiam menyimak dengan mulut sibuk mengunyah pentol milik Allen yang belum sempat dimakan.
Definisi teman yang cocok untuk disiram kuah seblak.
Allen tersenyum sebelum menjawab, "Kabarnya sih baik-baik aja sebelum kenal sama lo berdua," balasnya enteng.
"Heh! Lo pikir kita berdua pembawa petaka apa?!" protes Kaze sementara Abel yang merasa paling waras hanya menggelengkan kepala. Sudah terlanjur lelah.
"Dih, gak inget yang kemarin habisin buah-buahan punya mama gue tuh siapa hah?!" bak senjata makan tuan, Allen mendelik sebal pada Kaze yang terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Act Paradigm [SUDAH TERBIT]
FanfictionGoresan kisah dari pena hitam yang bukan menorehkan genre klasik bukan fluffy dan bukan pula angst. Ini hanyalah dua insan yang sudah memiliki namun tak pernah merasakan dimiliki. [Adapted from alternate universe 'Three Act Paradigm' on twitter] © M...