LAP 6 : Un Poco Loco

776 117 20
                                    

Cinta itu bagaikan rumah kecil berisikan permen dan kita adalah pemeran anak-anak yang tergoda lalu terkunci didalamnya.

−−−−−





















Richard menatap aneh pada kedua tuyulnya yang saat ini tersenyum-senyum tidak jelas kepadanya. Awalnya ia berusaha acuh tak acuh namun lama-lama Richard tidak tahan dan memukul wajah mereka berdua menggunakan botol bekas oli .

"Aduh! Lo kenapa sih Ri?!" protes Vince mengusap wajah tampannya yang kotor.

Richard memutar bola matanya malas, "Harusnya gue yang tanya lo berdua," jari telunjuknya menunjuk Vince dan Joe yang saling berpandangan bingung.

"Gue? Gue kenapa emangnya?" tanya Joe akhirnya.

"By the way, ekhem! Review dong gimana pengalamannya kencan bareng cemiwiw," goda Vince sambil menaik-turunkan alisnya sukses membuat bola mata Richard melotot horror.

"Lo berdua liat gue sama Allen ya?" tuding Richard.

Vince dan Joe kompak terkekeh geli seolah ada yang lucu dari ucapannya, "Kita gak ada ngomongin Allen loh? Tapi kalau lo jawab begitu berarti bener," ucap Joe membuat kesimpulan sendiri.

Mendengar nama Allen, Richard teringat rentetan momen ketika mereka bersama. Terutama wajahnya, suaranya bahkan parfumnya tertanam dengan jelas. Menghabiskan banyak waktu untuk saling mengobrol meskipun Richard hanya menanggapi seperlunya saja.

"Brengsek, kita tuh lagi ngomong sama lo malah senyum-senyum sendiri!" umpat Joe yang kesal melihat Richard. Apa bedanya jika Richard juga tersenyum-senyum sendiri? Memang dasarnya mereka bertiga sama-sama sinting.

"Richard, sebenarnya gue mau ngomong ini tapi gue yakin lo gak bakal percaya," timpal Vince dengan wajahnya yang terlihat ragu-ragu.

Seolah tahu dimana arah pembicaraan mereka kali ini, justru Richard memberi respon dengan kekehan geli, "Lagi?"

"Lo tau?" tanya Joe terkejut dan Richard mengendikkan bahunya acuh, "Sama siapa lagi dia kali ini?" tanya Richard balik dengan nada bicara yang kali ini tidak sesantai tadi.

"Cowok yang sama. Gue sama Joe waktu itu di mall dan mereka kayaknya abis shopping," sahut Vince.

"Bukan mereka. Emang cowoknya aja lagi baik ngeluarin duit buat Famela shopping doang," balas Richard cepat seraya terkekeh. Namun, dipenglihatan Vince dan Joe merasa bahwa pemuda itu tengah menyembunyikan rasa sakit hatinya sekarang.

"Lo udah punya kandidat orang buat diajak selingkuh belum?"

Tenggorokannya yang dibasahi oleh sekaleng soda itu membuat matanya terpejam sembari mendesah lega. Richard menoleh− meminta penjelasan apa maksud dari ucapan Vince barusan, "Tiba-tiba?" tanyanya heran.

Three Act Paradigm [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang