LAP 3 : Nodus Tollens

539 131 24
                                    

Terkadang semesta mengajak kita bermain-main dengannya sehingga kita melupakan bahwa ada takdir yang sudah memasang garis waktu untuknya.

—————
















































"Ish! Gue masih mau minum!"

Gila! Masih mau minum katanya? Dua botol wine itu sudah benar-benar tandas dan itu hanya Allen yang menghabiskannya sendiri.

Kaze dan Abel bahkan sekarang sudah panik melihat pemuda manis itu mabuk berat.

"Udah ya sayang. Gue kasihan sama lo nanti kalau ketauan Jimmy," mohon Abel mencoba merebut botol wine dari tangan Allen yang justru disambut tampolan.

"Cowok anjing!" pekik Allen menyipitkan matanya tajam mendengar nama Jimmy. Dari awal Allen sudah berjanji hanya meminum satu-dua tegukan saja.

Tapi apa buktinya sekarang?

Berbeda dengan Kaze dan Abel yang frustasi menanganinya, Allen justru menyipitkan matanya melihat siapa yang baru saja keluar dari mobil balap berwarna hitam.

Dialah artis yang memenangkan sirkuit malam ini.

"Eung, ganteng banget...," racau Allen tidak jelas sambil terkekeh geli membuat kedua sahabatnya mengernyit bingung.

Melihat pemuda manis itu semakin tidak terkontrol karena pengaruh alkohol, mau tak mau Abel menyuruh Kaze untuk memapah Allen.

"Yeuu, katanya sahabat bakal susah seneng bareng. Giliran yang susah dilimpahin ke gue," gerutunya, Abel melotot galak, "Jangan cerewet! Cepetan!" perintahnya.

Allen memberontak ketika tubuhnya hendak digendong oleh keduanya, "Aaaaaa gak mau pulang! Huhuhu mama mau naik mobil!" teriakannya sukses membuat menarik perhatian banyak orang.

Tentang dua pasang bola mata yang saling tatap, kadang tak sengaja dan terputus begitu saja.

Menghasilkan sebuah euphoria yang asing. Tapi sayang, aku frasa dan kau analogi.

Jantungnya seakan berhenti bekerja ketika rupa wajah itu terlihat jelas dimatanya. Seperti disebuah film, dengan semesta sebagai sutradara dan Allen bersama pria asing itu sebagai peran utama.

Objek lain nampak buram untuk mereka berdua. Saling menatap sebagai perkenalan secara tidak langsung. Indah. Batin salah satunya.

Sayang, tubuhnya sudah dibawa pergi dari tempat itu dan pria asing yang masih betah menatap kepergiannya.

🔗🔗🔗

"Kesini kamu."

PLAK!

"Darimana aja kamu hm?"

Rumah yang seharusnya menjadi tempat ternyaman untuknya beristirahat justru sekarang sudah sepenuhnya berubah.

Allen terisak dalam diam memegangi pipinya yang memerah karena baru saja ditampar oleh tangan kurang ajar.

"Gak usah nangis! Gue cuma mau denger penjelasan lo!" bentak Jimmy yang sudah geram.

Dengan nafas yang tersendat-sendat, Allen susah payah membalas pertanyaannya, "Aku... aku semalam pergi ke markas."

Jimmy menyeringai.

"Markas apa balapan?"

Tubuhnya membeku namun Allen berusaha menormalkan ekspresinya. "Aku beneran cuma ke markas. Kalaupun ada balapan aku cuma nonton aja" ucapnya dan Jimmy menaikkan alis salah satu alisnya tidak percaya.

Three Act Paradigm [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang