a book

810 63 0
                                    

Tak henti-hentinya Mouna mencari serta membaca buku dari perpustakaan pribadi Jayndra, dia tengah sibuk dengan mencari ilmu tambahan serta taktik baru mengalahkan vampir tanpa perlu mengeluarkan banyak energi. Apalagi dengan wujudnya yang kini hanya manusia, pasti sangat sulit melawan bangsawan vampir. 

"Hai sayang, masih sibuk?" Jayndra memeluk calon istrinya dari belakang. Dia melingkarkan tangannya di pinggang ramping Mouna.

"Jangan ganggu, nanti malam kita akan latihan lagi. Hanya di jam istirahat saja aku mendapat waktu untuk membaca buku."

"Tidakkah kau berniat bermesraan denganku?" Tanya Jayndra dengan nada sedihnya sembari melepaskan pelukannya.

Tidak. Jangan sampai Jayndra berubah pikiran. 

"Bukan begitu, aku hanya ingin memastikan pihak kita akan menang. Setelah kita menguasai kembali kerajaan, bukankah akan ada banyak waktu untuk kita?" Mouna tersenyum manis sambil mengelus tangan Jayndra untuk menenangkannya.

Semudah itu, hanya dengan kata-kata itu Jayndra langsung menuruti perkataan Mouna. 

***

Usai berlatih, Mouna menyandarkan dirinya di atap rumah. Tak hentinya dia mengatur nafas karena latihan hari ini cukup keras. Syukurlah dia memiliki katana, tanpa itu dia pasti susah mengimbangi kekuatan vampir. 

"Kak." Panggil Kalma.

"Ah iya?" Sahutnya.

"Boleh minta waktunya?" Kalma duduk tepat disampingnya. "Besok kita akan menyerang kerajaan, bukan? Otomatis ini adalah hari terakhir aku bisa berdekatan denganmu sebagai seorang pria dan wanita. Bukan begitu?" Mouna mengangguk menanggapi pertanyaan Kalma.

"Aku membawakanmu ini," Kalma menyodorkan bunga dandelion.

Mouna mengambil bunga itu dan memandanginya dengan tatapan kosong. "Terima kasih, akhirnya kau bisa mengikhlaskanku."

"Siapa bilang? Itu hanya simbol perpisahan kita."

Wanita itu menatap lekat ke arah pria itu di bawah sinar rembulan yang nyaris bulat sempurna.

"Baiklah, apa hadiah yang kau inginkan sebagai gantinya?" Tanya Mouna.

"Cintamu," lirih Kalma.

"Kau selalu mendapatkannya." Jawab Mouna.

"Ragamu, perasaanmu, semua tentangmu." Jelas Kalma lagi.

"Mustahil." Tegas Mouna.

"Aku tau, karena itu aku lagi tak meminta apapun darimu."

Mouna beranjak dari posisinya, lompat ke teras rumah. Tak lupa ia memegangi bunga itu dan memasuki kamarnya. Ditaruhnya bunga itu di vas bunga walau sudah ada beberapa helai bunga yang beterbangan.

Kalma mengikuti Mouna dari belakang, sekilas dia tersenyum lega karena Mouna sangat menghargai hadiahnya. Namun tiba-tiba tatapan mereka bertemu, Kalma tak sanggup menatap mata indah orang yang dia kasihi. Tepat ketika pria itu memalingkan muka, Mouna menutup pintu kamarnya dengan rapat dan terkunci.

"Kalau tak ingin meminta apapun, maka akan kuberikan apa yang aku bisa berikan." Jarak mereka kian menipis. Sampai akhirnya tak ada jarak lagi antara mereka, Kalma merasa senang. Sudah berbulan-bulan semenjak mereka bisa sedekat ini, karena Mouna selalu berada di sisi Jayndra.

"Aku hanya ingin buku, dan dirimu." 

"Buku apa?" Mouna terkejut karena tiba-tiba Kalma menginginkan hal sederhana.

"Buku yang menceritakan kita berdua berakhir bersama." Mendengar itu, Mouna kembali bersedih. Dia sadar bahwa pilihannya sangat menyakiti kekasih lamanya.

"Kalau aku menjadi penulis terkenal nantinya. Suatu saat nanti, aku akan membuat kisah kita dengan akhir yang bahagia yang tidak pernah kita miliki." Wanita itu tersenyum paksa.

"Malam ini, hanya malam ini. Biarkan aku memilikimu." Pinta Mouna.

"I'm all yours." Jawab Kalma.

###


The Submissive VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang