• Chapter 1 •

92 17 0
                                    

Sang Pengamen Muda

"Lunar! Lunar!"

"Huh, siapa disana..? Siapa yang memanggilku?"

"Bangun, sayang! Kamu harus pergi ke-"
Kata-kata terakhirnya tidak terdengar oleh telinga Lunar, seperti berdengung keras.

"A-Apa.. Kau siapa dan apa yang kau maksud!"

"Bawa adikmu dan pergi ke-" lagi-lagi telinga Lunar berdengung keras dan membuatnya tidak sempat mendengar kalimat orang yang tidak diketahui itu.

"Hey, tolong ucapkan lebih keras! Memangnya siapa adikku dan kemana?!"
Lunar mencoba menahan dengungan di telinganya. Tetapi,

"Lunar! Sayang, ayo bangun!" sahut seseorang yang langsung membangunkan Lunar yang bingung, ia merasa pusing.

"Sayang, ayo udah pagi. Ibu udah betulin gitar kamu yang dirusakin." ucap orang yang berada disamping Lunar yang merupakan ibu tiri kesayangannya.

Lunar bangun dan melihat kamarnya yang sedikit kotor tetapi tertata rapi, ia sekarang menjalani hidup miskin bersama ibu tirinya yang menyayanginya.

Seekor ular yang diberi nama Moon oleh Lunar datang menghampiri Lunar dan mengibaskan ekornya pada muka Lunar—memberitahu agar si pemuda cepat-cepat bersiap untuk bekerja.

"Baik-baik! Aku akan bersiap-siap jadi kau tunggu saja di ruang tamu, Moon." ucap Lunar dengan tawa, mendapatkan perintah sang ular segera pergi ke ruang tamu.

"Nah, kau sudah diingatkan oleh Moon! Cepat! Cepat!" ibu Lunar mendorongnya hingga memasuki tempat yang seharusnya kamar mandi tetapi kelihatan tidak wajar untuk disebut kamar mandi.

Lunar menekan hidungnya agar bau busuk tidak memasuki penciuman nya,
"Sepertinya aku harus lebih bekerja keras sekarang, kasihan ibu.."
ucapnya dan segera mandi menggunakan ember berisi air bersih hanya sedikit dan batok kelapa sebagai gayung.

Selesai mandi, Lunar menyiapkan pakaiannya yang sederhana yaitu sepasang sweater ungu yang tua, celana jeans buangan warga Crystalia dan dijahit kembali, baju putih oblong yang panjang, dua pasang sepatu tua dan sebuah kupluk ungu pemberian dari ibunya pada hari ulang tahunnya yang ke-tiga belas.

Lunar melihat kalung yang sering ia pakai bahkan sejak ibunya menemukannya, kalung itu berbentuk seperti bintang atau semacam simbol cahaya. Sampai sekarang ia tidak tahu mengenai kalung ini, yang pasti kalung ini entah mengapa sangat berharga baginya.

Ia memakai kalung itu dan menghela nafasnya, tiba-tiba saja ia diperlihatkan pemandangan seorang laki-laki dengan umur sedikit muda darinya. Laki-laki itu mengenakan kupluk nya dan ia sedang menangis—melihat kearah Lunar.

Di dadanya terdapat kalung dengan simbol seperti dua bulan, satu sabut dan satu sempurna.

Lunar menyadarkan dirinya dan segera pergi keluar dari kamarnya. Akhir-akhir ini ia selalu mendapatkan pandangan tentang laki-laki yang ia tidak ketahui.

Lunar mengambil satu buah roti yang sudah disiapkan ibunya, ia memakan roti itu dan segera mengambil gitarnya. Tidak lupa, ia memakai dua buah gelang olahraga hitam.

"Moon! Ayo!" sahut Lunar memanggil ularnya yang sedang tertidur pulas disofa, Moon terbangun dan segera melilitkan badannya di leher Lunar.

Eclipse Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang