separuh kalimatku menemui ujung tinta, perlahan jatuh, susah payah
aku mencoba memahami,
aku belajar mengerti,
tanda tanya perihalmu yang menelan banyak malam
berantakan, jiwaku pun berisik
agaknya "kau" terlalu sulit untuk ditafsir
sayang.
aku mencintaimu dalam puisi,
bahasa dan aksara yang kusyairkan kala sunyi
namun tak kau baca, semuanya sia-sia
seperti cakrawala yang murung,
terpasung mendung,
lalu satu demi satu berguguran mengalir menuju palung
sayapku patah-patah,
ragaku letih
kau tau?
kita adalah rencana yang amat rumit.
hingga aku merindu padamu dalam ketiadaan.
tidurlah dengan nyenyak,
mimpikanlah galaksimu yang indah itu.
meskipun gelisah,
akan kupanggil namamu dua kali, namamu saja.