Hanya karena langit hari ini agak mendung, bukan berarti kau harus menumpahkan kopimu
Hitamnya begitu pekat, kau tahu
Mengotori lantai kafe yang seputih salju
Mungkin secangkir espresso panas memang kesukaanmu
Tapi bukan berarti kau harus menolak cokelat hangat di kala gerimis
Namun kau berhasil membuatku kembali ke sini
Maka dari itu, mari bersorak!
Tempat yang kini kududuki,menghadap jendela dan di dekap suasana kota kelahiranku
Hangat, begitu rapat waktu merengkuhku dengan kenangannya
Aku ingat, dulu kau sering sekali mengajakku bercengkerama di sini
Dan sungguh, renyahnya tawamu masih tersisa di pojok-pojok kota ini
Ketika lebih saksama kuamati, agaknya kau menyelipkan remah-remah kerinduan, bahkan di pinggir sungai favorit kita
Di topi penjual es krim di pinggiran taman kota, terselip di gerobak mi ayam di ujung gang dekat rumahku, di antara padi-padi yang ditanam renggang di sawah menuju pusat keramaian, dan yang paling banyak rindunya, tentu saja, di sini
Di meja yang menghadap jendela dan didekap suasana kota kelahiranku
Di kafe tempat dimana kita bertukar aksara
Di kota tempat kita saling mengincar
Hei kau yang tatap matanya teduh,
kemana gerangan kau pergi?