[12] KAK NUGRAHA

19 7 2
                                    

Dear Hari

Benar katamu, kak Nugraha memang manusia baik

25 sept 2014

..oo0oo..

Desas-desus perihal aku dan kak Nugraha kini sampai ke telingaku, bagaimana tidak, kak Nugraha hingga minta izin untuk sekedar mengantarku pulang lalu kembali lagi kesekolah.

Saat ini pun kak Nugraha mengantarku pulang, "Aku sudah ngomong ke kak Arif kamu tidak ikut pramuka, tenang aja." kata kak Nugraha.

"Kak Nugraha biasanya ikut jum'atan di sekolah, trus sekarang malah nganter aku." aku benar-benar merasa tidak enak.

"Rumahmu kan dekat masjid, nanti aku jum'atan disana langsung balik ke sekolah." ucap Kak Nugraha.

Aku tidak menyuruhnya mampir, sudah pukul sebelas lewat tiga puluh menit.

"AKU TIDAK GILA MAH, AKU TIDAK MAU MINUM OBAT!!"

"Iya gak usah minum obat, tapi masuk ya ke rumah, mama gak akan maksa lagi."

"MAMA MALU YA PUNYA ANAK SEPERTI RENA, APA CUMAN SENIN YANG JADI HARAPAN MAMA."

Itu memang suatu peristiwa biasa bagiku, kak Rena, kakakku satu-satunya ia menderita Bipolar, orang tuaku tahu kondisinya saat ia masih kuliah, sejak lulus kuliah masa depresinya sering kambuh, di tambah lagi susah mendapatkan pekerjaan.

Aku mencoba menjelaskan kondisi ini pada kak Nugraha, namun kak Nugraha justru sudah berinisiatif untuk menenangkan kak Rena, hingga kak Rena mau menurut.

"Bu, saya pamit dulu, bentar lagi Jum'atan-nya  mau mulai." kak Nugraha pamit sama mamaku sambil sungkem sopan.

"Kak_" ucapku lirih.

"Udah nanti aja, kalo mau cerita." ucap kak Nugraha tersenyum lalu pamit.

"Sen, itu bukannya anaknya ibu Milla?" tanya mama, aku hanya mengangkat bahu.

"Kalian pacaran? kalo itu ibu setuju, Bu Milla kan temannya mama."

"Mah, udah deh."

Aku melirik ke kamar kak Rena, ia menatapku malas lalu kembali memalingkan muka.

"Kak Rena." panggilku lirih dan tidak di jawabnya.

"Aku bawa coklat, kesukaan kak Rena." mendengar aku membawa coklat, ia bangun dari tempat tidurnya.

"MANA?." ucapnya ketus, lalu ku berikan coklat itu.

"Pacarmu ganteng juga." ucap kak Rena.

Ku rebahkan tubuhku di kasur kamar kak Rena, pendingin udaranya masih menyala.

"Susah loh nyari orang yang bisa nerima diri kita apa adanya, seperti aku yang menemukan Dimas." ucap Kak Rena tersenyum, matanya fokus mengetik balasan dari seseorang.

"KAK DIMAS MAU KESINI." ucap kak Rena senang dan langsung menuju ke kamar mandi.

Sudah 2 hari kak Rena mengurung diri di kamar bahkan enggan menyentuh air sedikit pun, kini langsung bersemangat seolah tidak terjadi apapun.

HARI SENINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang