"Siapa ...?"
"Mashiro Tomoya desu, maafkan kami ... (Name)-san ...?" Pemuda itu melirik tanda nama (Name).
"Aku Hajime Shino, maaf jika telah merepotkanmu."
(Name) menatap kedua orang yang ada di depannya dengan tatapan bingung.
'Ini apalagi ...?'
"Tidak apa-apa, justru aku yang salah karena tidak melihat dengan benar." Gadis itu menerima tumpukan buku yang Shino serta Tomoya berikan.
'Kenapa mereka bisa muncul di sini?!'
"Kalau begitu aku permisi, selamat beraktivitas Hajime-kun, Mashiro-kun," ucap (Name) sedikit membungkukkan badannya dan berlalu meninggalkan mereka berdua.
'Jadi selama ini aku satu sekolah dengan mereka?'
"Aku tidak tahu harus berbuat apa jika keadaannya seperti itu!"
(Name) masih terbayang bagaimana dia menabrak Shino dan Tomoya saat membawa tumpukan buku hingga buku-buku itu berserakan di lantai perpustakaan.
Daripada memikirkannya, (Name) lebih memilih untuk pulang karena hari sudah mulai gelap.
Sialnya di perjalanan pun ia tak memperhatikan sekitar dan menabrak punggung seseorang hingga terjatuh.
"Aduh, maaf, aku tidak melihatmu tadi." (Name) mengelus-elus bokongnya yang mencium tanah.
Tangan orang itu terjulur di hadapan gadis itu. Tanpa basa-basi ia langsung menerimanya untuk berdiri.
"Are you okay? Apakah ada bagian yang sakit?"
'Eh?'
(Name) mendongak menatap pemuda itu. Surai merah dengan manik ungu.
'T, Tsukasa?!'
"Tidak ada, terima kasih sudah membantuku."
Manik biru itu menatap Tsukasa, dengan seragam yang berbeda jauh dengannya serta ponsel yang tergenggam.
"Kalau begitu aku permisi, maaf telah menabrakmu."
"Uhm, no problem."
'Gilaaaaaaaaa! Kasa-chan!'
(Name) kembali berjalan dengan 'tenang'. Sengaja tidak mengajak berkenalan karena dia tidak tahu bagaimana caranya. Pasti suasananya akan canggung jika tiba-tiba dia bilang—
Perkenalkan aku Sena (Name), apakah kau mau berkenalan denganku?
(Name) tidak bisa membiarkan itu terjadi.
'Dunia ini sempit juga, ya,' batin gadis itu sembari menatap langit.
"Kau akan jatuh jika tidak memperhatikan langkahmu, bodoh."
"Duh, sekarang apalagi sih—" (Name) tidak melanjutkan perkataannya ketika melihat Izumi di belakangnya mengendarai sepeda.
"Oh, kakak ternyata, kenapa tiba-tiba muncul?"
"Aku daritadi di belakangmu."
"HAH? SEJAK KAPAN?!"
"Sejak kau keluar sekolah, makanya kau itu lihat-lihat dulu sekitarmu."
"Kakak kayak stalker tahu, mana aku tahu ada kakak."
"Coba ulangi lagi aku seperti apa?"
"Stalker."
Ctak!
"Akh! Sakit si*lan!"
Izumi menjulurkan lidahnya dengan ekspresi mengesalkan sebelum melajukan sepedanya mendahului (Name).
Karena kesal gadis itu berlari mengejar, namun karena Izumi mengendarainya dengan cepat ia tak bisa mengejarnya.
Dengan napas tersengal (Name) berhenti dan memegangi lututnya.
'Kakaknya siapa sih dia!?'
Beberapa menit (Name) di sana, Izumi kembali menghampirinya dengan sepeda.
"Naiklah."
(Name) langsung menaiki sepeda itu. "Kelamaan tahu!"
"Kalau tidak mau turun saja sana, chou uzai!"
"Tidak mau!" Izumi memutar bola matanya malas menanggapi (Name).
Sepeda mulai melaju melintasi jalanan sore.
Angin dingin terasa, surai abu-abu yang kali ini tergerai bebas mengalun lembut mengikuti aliran angin.(Name) berpegangan erat pada pinggang Izumi, diam-diam takut terjatuh dari sepeda.
Sifat jahil Izumi yang lama terpendam muncul saat tersadar adiknya takut terjatuh. Ia melajukan sepedanya dengan kecepatan tinggi.
Dengan ekspresi horor (Name) mengeratkan pegangannya pada pinggang sang kakak.
"Kakak! Wah kurang ajar, aku aduin ke mama papa nanti! Pelan-pelan brengs*k!"
Izumi tertawa puas, ia melambatkan laju sepedanya begitu jeweran penuh emosi terasa di telinganya.
"Kalau begitu aku bisa bilang bahwa anak tersayang mereka sudah berani berkata kasar."
(Name) reflek melepaskan jewerannya. "Iya kak, maaf kak, saya salah, jangan diaduin please."
"Heh? Cemen," ledek Izumi masih terus mengayuh sepedanya.
(Name) memutar bola matanya malas karena tidak mau berdebat. "Memang."
Lebih baik menikmati embusan angin yang menerpa wajahnya. Sangat menenangkan apalagi suasana hari ini sangat cocok bagi suasana hatinya.
Menoleh kesana-kemari, (Name) memperhatikan setiap orang yang ia lewati. Tangannya ia lambaikan dengan semangat ketika ia tanpa sengaja melihat oshi-nya berada di dalam mobil mewah.
'EICHI SAYANGKU CINTAKUUU!!!'
Dengan semangat (Name) melambai-lambaikan tangannya kearah Eichi.
Eichi tersenyum senang, balas melambai-lambaikan tangannya dengan perlahan tak seperti sang gadis.
(Name) sedikit merengut ketika belokan memisahkan mereka. Pada akhirnya ia memilih melanjutkan aktivitasnya mengamati orang-orang sekitar.
Hingga tanpa sengaja seseorang balik menatapnya.
Seseorang yang ia kenal, dengan seragam sekolah yang juga ia kenal dengan sangat baik.
(Name) spontan mengalihkan pandangannya ketika manik biru miliknya bertatapan dengan manik coklat milik anak itu. Entah kenapa rasanya sedikit sesak.
"Kak, nanti nonton film yuk?" cetus (Name) untuk menghilangkan rasa tidak enak di hatinya.
"Hm? Iya, terserah kau saja."
→To be continued←
KAMU SEDANG MEMBACA
𝔸𝕣𝕦𝕟𝕚𝕜𝕒 | 𝐈𝐳𝐮𝐦𝐢 𝐒𝐞𝐧𝐚 𝐟𝐭.𝐥𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐬𝐢𝐬𝐭𝐞𝐫!𝐫𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫
Fanfiction╰┈➣ ❝𝓘 𝓬𝓪𝓷 𝓻𝓾𝓷, 𝓫𝓾𝓽 𝓘 𝓬𝓪𝓷'𝓽 𝓱𝓲𝓭𝓮 𝓯𝓻𝓸𝓶 𝓶𝔂 𝓯𝓪𝓶𝓲𝓵𝔂 𝓵𝓲𝓷𝓮. ❞ -𝓒𝓸𝓷𝓪𝓷 𝓖𝓻𝓪𝔂 𝘑𝘶𝘮𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢 yang memenuhi pandangan milik sang gadis. Hati yang mengharapkan 𝘩𝘢𝘳𝘴𝘢. Pada akhirnya, keputusan mengakhiri hid...