10

311 52 7
                                    

“You always make me worry. Worry about losing you when my eyes can't see your existence.”

→ • ⁠✿ • ←

Hari sore yang tadinya cerah kini hancur. Senyuman sang gadis pudar tatkala menatap langit-langit yang gelap dengan petir yang menggelegar.

(Name) menghela napasnya, entah berapa kali seperti ini. Kamera yang ia genggam dimasukkan ke dalam tas kecil, ia duduk di halte bus untuk meneduh dari hujan yang terus turun.

Orang-orang berlalu lalang mencari tempat berteduh. Hawa dingin mulai menusuk kulitnya.

Iris birunya menatap datar sepasang kekasih yang sedang saling berargumen siapa yang akan memakai payungnya.

Tatapan itu semakin datar ketika pasangan tersebut pada akhirnya menggunakan payung itu bersama.

Berani-beraninya pamer kemesraan.

Dipikir aku iri, hah? Tidak! Sama sekali!

Gumaman kesal keluar dari mulutnya. Ia menendang batu yang ada di hadapannya dengan kuat. Tak ia sangka batu itu terpental dan mengenai dahi seseorang yang berada di sampingnya.

Ctak!

"Aah!"

(Name) membelalakkan matanya kaget. "Maafkan aku!"/"Maaf!"

Hening.

Kenapa malah dia yang minta maaf ...?

Hanya suara hujan yang mengisi kekosongan itu.

Rasa malu dan bersalah yang menyelimuti hati seketika. (Name) menyatukan telapak tangannya dan meminta maaf pada pemuda yang terkena batu tendangannya.

"Haha, tidak, aku hanya kaget sedikit kok!"

Dan manik itu membulat.

Seseorang yang terkena batu tendangannya itu adalah Mika. Kagehira Mika.

Sebutir keringat dingin mengalir di pelipis gadis itu. Wajahnya memanas tatkala mengingat kelakuannya beberapa saat lalu.

"... aku ... benar-benar minta maaf."

Sial, apa yang kau lakukan, Sena (Name)?!

"Tidak apa-apa! Apa kau juga sedang menunggu bus?"

"Tidak, aku hanya menunggu hujan reda."

Pemuda bermata heterochromia itu menjulurkan tangannya pada sang gadis. "Namaku Kagehira Mika, salam kenal!"

"Aku Sena (Name), salam kenal Mika!" seru (Name) tersenyum lebar. Dia tidak bisa tidak tersenyum melihat bagaimana lucunya pemuda di hadapannya sekarang.

Sembari menunggu bersama, (Name) mengecek tas kecil yang ia bawa. Sebuah senyuman terlukis tatkala matanya menangkap dua batang permen yang ada di sana.

"Mika, apa kau mau permen?"

"Uhm, permen? Tentu saja!" jawabnya dengan binar di kedua matanya.

Iris yang bersinar meski di bawah langit gelap, (Name) selalu menyukai hal-hal yang bersinar. Ia memberikan sebatang permen yang ia maksud.

"Terima kasih!"

Sebelum pemuda itu memasukkan permen ke dalam mulutnya, sang gadis menahannya.

"Bolehkah aku memotretmu?"

Mika memiringkan kepalanya, "Memotret?

Tidak bisa. Ini benar-benar mencapai batasnya. (Name) benar-benar tidak tahan dengan semua keimutan ini!

𝔸𝕣𝕦𝕟𝕚𝕜𝕒 | 𝐈𝐳𝐮𝐦𝐢 𝐒𝐞𝐧𝐚 𝐟𝐭.𝐥𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐬𝐢𝐬𝐭𝐞𝐫!𝐫𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang