"Ian."
Pemuda itu berdehem, maniknya menatap langit senja yang terpampang luas di hadapannya.
"Kau percaya tidak—"
"Tidak."
"Aku belum selesai bicara!"
"Iya, apa?"
Pikiran yang sedikit berantakan. Gadis itu berpikir sejenak sebelum kembali membuka mulutnya.
"Kau percaya tidak ada yang namanya kehidupan kedua?"
(Name) mengotak-atik kamera yang ia genggam untuk menyembunyikan tangannya yang sedikit gemetar. "Seperti reinkarnasi, maksudku."
"Iya," jawab Ian yang menutup mata, menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahnya.
"Kenapa?"
"Entahlah, bisa saja ada hal-hal yang membuat orang itu kembali terlahir, seperti sesuatu yang mendalam."
Ian membuka matanya dan menatap (Name). "Kau sendiri? Percaya?"
Ckrek!
Kamera menangkap pemandangan senja hari ini di atap rumah Ian.
"Percaya."
"Omong-omong langit hari ini lebih cantik!"
"Kenapa kau suka sekali dengan langit?"
"Hm~? Mungkin karena mereka indah?" (Name) tersenyum dengan binar di manik birunya.
Langit itu sangat luas. Saat ia menengadah, seolah semua beban yang memenuhi pikirannya hilang tak bersisa.
Ian juga menyukainya. Tapi tak sebanyak rasa suka (Name).
(Name) dan Ian juga semakin dekat sejak hari di mana pemuda itu memohon-mohon pada (Name).
Memohon-mohon itu kata yang berlebihan, ya.
Mereka berdua sering menghabiskan waktu di atap rumah Ian untuk menikmati senja.
"Kau sudah tidak apa-apa?"
"Hah?"
"Dulu kan kau seolah-olah hampir mati saat pertama kali naik ke atap."
(Name) tersadar apa yang Ian maksud. Ia menggaruk lehernya yang tidak gatal.
"Haha, tidak apa-apa kok."
"Oh, sudah waktunya aku pulang."
"Ini hampir gelap, kau yakin?"
"Iya, jika tidak aku akan diomeli habis-habisan oleh kakakku."
"Loh kau punya kakak?"
"Punya lah, asal kau tahu dia itu dulu model anak-anak," ucap (Name) bangga memamerkan Izumi.
"Widih, siapa?"
"Sena Izumi."
Hening.
(Name) menatap heran Ian yang terdiam. Ekspresinya menunjukkan rasa kaget, dia bahkan tak mengedipkan matanya sekalipun.
Mungkin ia kaget karena tak menyangka (Name) adalah adik seseorang yang terkenal?
"Ian, hei! Kenapa?"
"Tidak, aku salah dengar saja."
(Name) sedikit curiga namun memilih untuk tak menghiraukannya.
"Ayo ke dalam."
"Iya."
(Name) berpamitan kepada orangtua Ian sebelum beranjak pergi.
"Kapan kau akan kesini lagi?" Ian bertanya sembari mengikuti (Name) untuk mengantarnya sampai keluar rumah.
"Aku bahkan belum melangkah keluar rumahmu."
"Aku kan cuma tanya."
"Mungkin saat libur, aku kan bocah sibuk."
"Sibuk apa? Rebahan?"
(Name) menjentikkan jarinya. "Betul."
Gadis itu melambaikan tangannya dengan semangat sebelum benar-benar pergi dari kediaman Ian.
"Hah~ Langit senja memang yang terbaik!" ucapnya riang sembari menatap hasil potret di kameranya.
Tak peduli kemana ia melangkah, (Name) terus menatap kagum hasil-hasil potretannya.
Foto terus bergeser, hingga tangannya berhenti.
Sebuah foto muncul, foto beberapa tahun lalu yang menampilkan wajah senangnya ketika menjahili kakaknya hingga wajah itu tampak merah karena kesal.
Senyumannya tak luntur ketika menatap foto tersebut. Foto kembali digeser, kini wajah Eichi tampak.
Foto yang ia potret ketika Eichi sedang membeli beberapa bunga di toko.
(Name) ingat bagaimana ia dengan semangat meminta izin pada Eichi untuk memotretnya.
Foto selanjutnya adalah fotonya bersama Leo kecil yang berusia 12 tahun.
Sangat lucu. (Name) memotretnya ketika Leo sedang asik menulis di kertas kosong.
Hingga kini ia belum melihat Leo lagi walau Izumi setiap hari melihatnya di Yumenosaki.
Masih memperhatikan kamera di tangannya, hampir saja gadis itu terjatuh ke dalam selokan jika seseorang tak menahan langkahnya.
"Terima kasih banyak—" ucapannya terhenti.
"Kau harus memperhatikan langkahmu~"
(Name) membungkukkan badannya. "Aku sungguh minta maaf!"
Tak merespon ucapan (Name), pemuda itu malah menguap dan berlalu meninggalkannya.
Menatap punggung sang pemuda yang sudah menjauh, (Name) menahan teriakan bahagianya.
Aku ditolongin sama Ritsu!!
Tangannya sudah gatal ingin memotret pemuda bermarga Sakuma itu. Tapi (Name) mengurungkan niatnya karena tahu tidak sopan memotret seseorang tanpa izin.
Pada akhirnya ia berjalan pulang dengan hati yang berbunga-bunga sambil sesekali bersenandung ria karena bahagia.
Tanpa ia sadari seseorang menatapnya sejak awal sembari terkekeh dari suatu tempat.
•To be continued•
Memohon maaf karena lama tidak up, sekalinya up malah pendek 😔
KAMU SEDANG MEMBACA
𝔸𝕣𝕦𝕟𝕚𝕜𝕒 | 𝐈𝐳𝐮𝐦𝐢 𝐒𝐞𝐧𝐚 𝐟𝐭.𝐥𝐢𝐭𝐭𝐥𝐞 𝐬𝐢𝐬𝐭𝐞𝐫!𝐫𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫
Fanfiction╰┈➣ ❝𝓘 𝓬𝓪𝓷 𝓻𝓾𝓷, 𝓫𝓾𝓽 𝓘 𝓬𝓪𝓷'𝓽 𝓱𝓲𝓭𝓮 𝓯𝓻𝓸𝓶 𝓶𝔂 𝓯𝓪𝓶𝓲𝓵𝔂 𝓵𝓲𝓷𝓮. ❞ -𝓒𝓸𝓷𝓪𝓷 𝓖𝓻𝓪𝔂 𝘑𝘶𝘮𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢 yang memenuhi pandangan milik sang gadis. Hati yang mengharapkan 𝘩𝘢𝘳𝘴𝘢. Pada akhirnya, keputusan mengakhiri hid...