II : Wine

422 38 10
                                    

Wanita itu duduk termenung di ruang rawat, memegang pipi kanannya yang terdapat memar kemerahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wanita itu duduk termenung di ruang rawat, memegang pipi kanannya yang terdapat memar kemerahan.

Ia hanya seorang koki, namun menjadi koki untuk Germa membuat nyawanya seperti terombang-ambing. Tubuhnya bergidik mengingat Niji yang tak segan menghajarnya. Ia tak mau bertemu dengan pria bersurai biru itu lagi. Pria itu sangat mengerikan.

Namun nyatanya takdir berkata lain.

Pintu ruang rawat itu terbuka menampakkan sosok yang Cosette takuti sejak tadi.

"Tuan Niji..."

Niji berjalan santai menghampiri ranjang tempat Cosette dirawat. Membuat tubuh wanita itu menegang dengan bulu kuduk yang meremang.

"Kau jadi kurang ajar ya sekarang, berani mengadu pada Sanji."

Dapat Cosette lihat beberapa luka di wajah pria itu yang diyakini ulah Sanji.

Tubuhnya beringsut mundur saat Niji semakin mendekat. Tangannya meremat sprei ranjang dengan kuat untuk menyalurkan ketakutannya.

Cosette terkesiap saat tangan Niji terulur ke wajahnya. Tidak lagi, pipi kanannya bahkan belum sembuh, ia tak mau menambah luka lagi.

Namun gerakan tangan Niji membuat Cosette tertegun. Telapak tangan pria itu menangkup pipinya, mengusap lembut memar yang ada di wajah Cosette.

Kening Niji terlihat berkerut menatap luka pada wajah wanita di depannya.

"Manusia itu lemah, bagaimana bisa mereka mempunyai kulit selembut ini? Aku jadi ingin menghancurkannya."

Cosette bergidik mendengar penuturan pria itu, Niji berkata seolah-olah dirinya bukan manusia. Tangan kerasnya masih menangkup pipi kanan Cosette, membawa rasa dingin yang menjalar ke seluruh tubuhnya.

"Apa kau mau merasakan pukulanku lagi?"

Cosette buru-buru menggeleng. Ia tak berani berucap karena apapun yang keluar dari mulutnya bisa menjadi boomerang untuk dirinya sendiri.

"Kalau begitu turuti apa kataku."

Cosette menelan ludah kasar, ketakutannya tak luntur sejak tadi.

"Baik, Tuan Niji."

Niji menjauhkan tangannya, berdiri menjulang di hadapan Cosette. Manik di balik kacamata itu menatap datar.

Pria itu merasa kesal pada Cosette yang baginya sudah menjatuhkan harga dirinya di depan Sanji. Namun ia tak bisa melakukan apa-apa untuk saat ini, membuat dirinya jengkel bukan main.

"Buatkan aku cokelat yang banyak. Aku belum makan."

"Ah, baik!"

Cosette segera beranjak dari ranjang, memaksakan tubuhnya untuk berdiri dan kembali bekerja. Walaupun terasa sakit, tapi ini lebih baik daripada melihat Niji mengamuk lagi.

Germa Prince (Niji × Cosette) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang