Disebuah cafe berada di pusat keramaian terdapat beberapa pelayan berlalu lalang mengantarkan pesanan para pengunjung termasuk pula dengan Bella yang sedang sibuk mengantarkan pesanan mereka. Walau letih dan keringatnya mengguyur pelipisnya ia tak menyerah dan pantang semangat, gadis itu tetap melakukan tugasnya.
Akhir-akhir ini pengunjung semakin banyak dan ia harus melakukan kerja ekstra, maklum saja ini adalah hari libur dan juga Natal, dekorasi dengan identik hari Natal menghiasi cafe ini yang menjadi perhatian para pengunjung adalah pohon Natal juga hadiah hingga manusia salju dan sinterklas. Siapa yang tidak kenal sinterklas? Dia adalah orang yang membagi-bagikan hadiah Natal kepada anak-anak walau hanya sebuah dongeng.
Salju-salju turun perlahan-lahan, salju menyelimuti seluruh kota dan hampir disetiap negara, Bella tau kalau musim salju menyenanhkan ia pernah membuat manusia salju bersama teman Tk nya dulu, musim salju adalah musim yang ditunggu oleh nya sejak kecil.
Ingin mengulang masa kecil nya namun rasa tak mungkin, hukum alam tak bisa ia lawan itu hanya akan menjadi kenang-kenangan seumur hidup. Udara dingin masuk disela-sela pintu cafe walau ada penghangat ruangan namun tetap saja ia masih merasa dingin, wajar saja merasa dingin karena Bella memakai baju seragam tanpa dibalut jaket agar tubuhnya terasa hangat.
.
Jam 9 malam cafe mulai di tutup, sebelum akan pulang Bella duduk terlebih dahulu di kursi ditemani dengan susu panas yang ia bawa dari rumah, punggung nya menyandar ke bangku sambil menikmati susu panas nya.
"Kau belum pulang?" Tanya salah satu teman nya yang bersiap-siap pulang. "Cafe ini sebentar lagi akan tutup Bella, kau tidak pulang?"
Bella menghentikan acara minumnya itu dan cangkir berisi susu itu diletakkan diatas meja, meneguk cairan susu di mulutnya hingga masuk kedalam kerongkongan nya. Matanya menoleh kearah teman nya itu. "Sebentar lagi, aku ingin istirahat" jawabnya lalu meminum susu nya kembali.
"Kau tidak merayakan hari Natal? Hei hari ini hari Natal, aku ingin cepat-cepat pulang dan memberi hadiah kepada adikku, seharian aku bekerja di Cafe dan tak sempat memberikan hadiah kepada adikku" jelasnya sambil terkekeh pelan. "Natal itu sangat menyenangkan ya" ujarnya.
"Natal itu memang menyenangkan" Bella menyetujui perkataan teman nya itu, 'namun sayang aku ini Atheist' batin nya.
Bella beranjak dari tempat duduknya, cangkir berisi susu yang sudah kosong itu ia bersihkan terlebih dahulu di dapur dan kemudian setelah itu cangkir itu ia masukan kedalam tas dan keluar dari Cafe bersama teman nya itu.
Namanya dari teman Bella adalah Rossa, reekan kerja nya. Semenjak Rossa bekerja disini 1 tahun lama nya ia sudah langsung akrab dengan Bella, Bella ia anggap seniornya, ya! Dari umurnya 17 tahun Bella sudah bekerja disambi dengan sekolah jadi berapa lama ia bekerja maka jawabanya adalah 8 tahun lamanya.
Sebelumnya Rossa bekerja sebagai pemandu wisata namun karena adanya konflik jadi ia dipecat oleh bosnya dan berakhir sebagai pelayan di Cafe seperti Bella.
Kini mereka berdua berjalan kaki melewati salju-salju yang menghalangi mereka berjalan, Bella dan Rossa sudah memakai jaket tebal kulit domba agar badan hangat selalu dari cuaca dingin bersalju ini apalagi hari sudah malam hanya menyisakan mereka berdua.
Malam yang sunyi itu bertambah sunyi jika mereka tidak saling mengobrol satu sama lain, kini Rossa lah yang memulai obrolan terlebih dahulu itung-itung merubah suasana dari awalnya yang sunyi.
"Hei Bella kalau boleh tau, kau merayakan Natal dengan siapa? Kalau aku dengan adikku berdua" Rossa yang memulai obrolan pertama. "Adik ku ingin gantungan kunci sinterklas dan aku membelinya di toko perlengkapan Natal" lanjutnya sambil menunjukan gantungan kunci itu kearah Bella. "Ini adalah stok terakhir jadi aku beruntung mendapatkan nya"
"Wahh... apa kau merayakan Natal bersama keluarga mu juga selain dengan adik mu?" Bella menghiraukan pertanyaan pertama Rossa.
Rossa menggeleng dan memasang ekpresi sedih diwajahnya itu membuat Bella merasa tak enak hati melihat ekpresi sedih teman nya itu, satu persatu berlomba-lomba cairan bening itu jatuh membasahi pipinya, ekpresi Bella menjadi sangat sendu. "Maaf, aku -"
"Keluarga ku yang lain pergi entah kemana, sedangkan kedua orang tuaku meninggal karena kecelakaan" lirih Rossa sambil menangis.
'Dia mirip seperti ku' batin Bella "maaf aku tidak tau, maaf membuat mu sedih" Bella yang tidak bermaksud perkataan nya itu membuat Rossa sedih.
Rossa mengeleng dan menghapus air matanya, memasang senyuman kepada Bella seolah ia baik-baik saja. "Tidak apa-apa Bella, ini takdir Tuhan... adik adalah keluarga satu-satu nya yang ku punya, selagi dia masih ada ku ingin membuatnya ia bahagia dan terus membuat adik ku tersenyum"
"Kau masih memiliki adik, sedangkan aku sebatang kara" lirih Bella memasang ekpresi sendunya yang membuat Rossa bertambah sedih.
"Sabar ya Bella, anggap saja aku adalah sebagai saudara mu" perkataan itu yang mana kala membuat Bella tersenyum.
"Terimakasih Rossa" Bella yang berterimakasih dengan Rossa dan menggandeng tanganya. 'Setidak nya dia tidak tahu kalau aku adalah seorang Atheist'
KAMU SEDANG MEMBACA
I'AM ATHEIST
JugendliteraturFransiska Arabella itulah namanya, semua orang memiliki kepercayaan dan keyakinan masing-masing kepada Tuhan mereka, agama diibaratkan sebagai petunjuk dan mengajarkan baik dan benar seperti yang diajarkan dari berbagai Alkitab, semua agama mengajar...