Cafe yang sudah sepi akan pengunjung membuat Bella dan Rossa bisa beristirahat sejenak dan menyenderkan punggungnya ke kursi, menatap sebuah kaca besar yang menampilkan pejalan kaki berlalu lalang dan jalan raya, teringat ini bukan Natal lagi namun sudah berganti bulan dan tahun, salju yang menyelimuti kota Amsterdam ini mencair dan berganti musim. Tampaknya mereka berdua menyicipi coklat panas buatan Bella, perlu diingat Bella membawanya dari rumah bukan mengambil sembarang dari dapur Cafe. Namun, entah mengapa Rossa merasa ada sesuatu yang menyangkut tenggorokan nya, merasa ragu-ragu saat bersebelahan dengan Bella, hati nya deg-deg an dan disegala benaknya di penuhi dengan berbagai pertanyaan.
Rossa takut Bella marah nantinya dan memusuhi dirinya karena mungkin memengaruhi identitas privasi Bella, semua orang tentu mempunyai privasi masing-masing jadi ia enggan untuk bertanya hal seperti itu. Rossa memperhatikan baik-baik Bella meminum coklat panasnya dengan santai lalu meletakkanya diatas meja.
Gadis berkuncir kuda itu merasakan dirinya diperhatikan oleh teman sebelahnya, Bella terkekeh kecil sedangkan Rossa diam saja sambil menyeruput coklat panasnya kembali, "kau kenapa memperhatikan ku terus, hmm?" Tanya Bella "apa ada yang bisa ku bantu?" Pertanyaan itu membuat Rossa menggeleng-geleng kepala nya kuat-kuat.
"Ah, a,aa tidak kok, hehehe tidak ada apa-apa" ujar Rossa gelagapan sambil melambaikan tanganya kearah Bella, Bella hanya menautkan satu alisnya saja dengan binggung.
Melihat ada pelanggan masuk Rossa dan Bella segera beranjak dari tempat duduk menuju dapur guna meletakkan gelas kosong itu dan kembali bekerja sesuai posisi mereka berdua, ya posisi mereka berdua Bella dan Rossa menjadi pelayan.
Disini Rossa masih saja merasa sesuatu yang mengganjal di tenggorokan nya, bukan karena tersedak atau bagaimana lantaran ia belum membicarakan hal — itu — kepada Bella. Setahun lamanya ia masih belum mengenal Bella lebih jauh lagi termasuk sampai identitas pribadi yang ada bagian dirahasiakan.
Selain takut akan Bella marah atau memusuhi nya juga ia digrogoti akan rasa penasaran, batin nya bertanya-tanya sekarang atau bahkan dari dulu, mungkin ia akan menanyakan nya namun tidak dalam keadaan sekarang. Sekarang kedaan nya mereka sibuk mondar-mandir membawa pesanan kopi mereka, kalau ditanya lelah atau tidaknya jelas mereka berdua ini sangat lelah.
Maklum Cafe ini adalah Cafe terkenal diantara Cafe yang lain, Cafe ternama ini berada pusat ibu kota tentu saja ramai, selain tempat nya yang besar dan luas juga Cafe ini menyediakan menu berbagai macam kopi menjadikan daya tarik bagi pelanggan untuk kesini, apalagi pada saat dekorasi tepat malam Natal Cafe ini dipadati pelanggan yang membuat Bella dan Rossa kelelahan dan harus kerja ekstra, bahkan Rossa sampai curhat kepada Bella tentang adiknya sempat merajuk karena Rossa lebih mementingkan pekerjaan dibandingkan dengan adik nya sendiri.
.
Cafe seperti biasa kembali sepi akan pembeli. Bella dan Rossa kini bisa menyempatkan waktu mereka untuk mengobrol kembali, inilah saat nya untuk bertanya kepada Bella tentang hal 'itu'. Mereka duduk di kursi namun tidak untuk meminum coklat panas melainkan untuk mengobrol ah tepatnya menanayakan persis dengan apa yang ada di benak nya.
"Bella" panggil Rossa namun itu hanya dibalas dengan berupa deheman oleh Bella, "aku ingin menanyakan sesuatu" ujarnya.
"Silahkan saja" jawab Bella yang memasang posisi siap mendengarkan.
Rossa ingin menanyakan sesuatu namun ia harus membuat syarat kepada Bella yang mana itu memudahkan Rossa untuk bertanya, "kau janji kau tidak boleh marah jika aku bertanya hal ini kepadamu nanti"
Bella tertawa terbahak-bahak yang membuat Rossa memandanginya dengan tatapan bingung. Namun itu membuat Rossa sedikit agak lega.
"Maaf jika pertanyaan ku ini membuat mu marah Bella, ini menyangkut identitas mu", Bella hanya mengangguk pelan" kalau boleh tau apa agama mu?" Tanya Rossa sedikit agak ragu-ragu.
Bella tentu menjawab pertanyaan itu dengan sesantai mungkin, bagi nya pertanyaan itu masih berada batas standar kewajaran. "Kau tau kan, semua orang memiliki kepercayaan masing-masing bagi mereka agama sebagai pedoman hidup mereka" jelas Bella, "namun tidak semua orang yang seperti itu" lanjutnya.
'Apa kau adalah Atheist?' Batin Rossa, ragu-ragu jika ia melontarkan kalimat itu langsung didepan teman nya.
"Seseorang yang tidak beragama pasti akan di cap buruk oleh semua orang, menganggap dia tidak mempercayai Tuhan, segala berpikiran buruk muncul di benak mereka"
'Tapi menurutku kau adalah orang yang baik' batin Rossa dengan membela. "Padahal orang Atheist tidak semuanya buruk 'kan"
Bella mengangguk setuju" benar, asalkan jangan menganggu kepercayaan orang yang beragama, mereka hanya akan mempercayai konsep hidup"
"Maaf jika ini membuat mu marah, apa kau seorang Atheist?" Tanya Rossa pelan yang mana itu membuat Bella membulatkan matanya tidak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'AM ATHEIST
Teen FictionFransiska Arabella itulah namanya, semua orang memiliki kepercayaan dan keyakinan masing-masing kepada Tuhan mereka, agama diibaratkan sebagai petunjuk dan mengajarkan baik dan benar seperti yang diajarkan dari berbagai Alkitab, semua agama mengajar...