10. Arisu

188 28 24
                                    

Aku menjerit kesal. Aku melempar penaku sembarangan. Shana yang baru saja masuk kedalam ruanganku menatapku heran. Dia melihat ruanganku yang cukup berantakan karena setiap kali aku kesal aku akan melempar sesuatu. Itu bukan hal yang baru bagi Shana. Aku memang sudah uring-uringan sejak seminggu ini.

Selama sebulan ini aku terlalu sibuk. Aku jarang ada waktu bersama dengan Kai. Entah itu meeting, ketemu klien, tinjau lokasi atau hal lainnya membuatku tak bisa sering bertemu dengan Kai. Ini sungguh menyebalkan. Aku ingin bermalas-malasan dengan Kai.

"Bu Arisu bisa memanggil Kai kesini jika sudah tak tahan ingin bertemu" saran Shana.

Shana sudah mengetahui hubunganku dengan Kai. Reaksi pertama yang dia tunjukkan adalah terkejut dan mengumpat. Aku tak bisa menyalahkan dia mengumpat didepanku. Aku tau dia kaget dengan fakta umur Kai masih dibawah umurnya dan dia menjadi Boy Toy ku.

Shana selalu mengucapkan itu setiap kali melihatku frustasi karena waktu bersama Kai berkurang drastis. Moodku benar-benar hancur. Aku tak ada niatan untuk melanjutkan lagi pekerjaanku. Aku menyandarkan punggungku ke kursi dan menekuk tanganku didepan dada.

"Pokoknya aku tidak mau tau, minggu depan kosongkan semua jadwalku. Aku mau ke Jogja bersama Kai" ucapku ngeyel.

"Tidak bisa begitu bu, jadwal ibu sudah padat sampai bulan depan lho"

Shana tak mau kalah denganku.

"Kamu aja yang handle sama yang lainnya. Kan aku sudah kasih kamu banyak asisten biar ada yang bantu"

Aku sengaja mempekerjakan banyak asisten untuk membantu Shana agar gadis itu tak mengeluh jika pekerjaannya menumpuk.

"Kan semua dokumen tidak bisa saya tanda tangani sendiri bu" ngotot Shana.

"Kan bisa tanda tangan elektronik" elakku.

"Memangnya ibu mau saya recoki kerjaan saat pergi sama Kai?" eyelnya.

"Kok malah jadi ribet begini sih?" keluhku kesal.

"Tok. Tok. Saya mengganggu ya?"

Aku dan juga Shana menoleh kearah pintu. Sumber uring-uringanku selama ini muncul didepan pintu.

"Nah ini yang ditunggu akhirnya datang juga"

Shana yang pertama kali mengeluarkan suara. Dia mendekati Kai dan menarik pemuda itu untuk duduk di sofa. Seperti biasa Kai yang tak tau apa-apa hanya menurut. Dia menatapku bingung dengan keadaan yang terjadi antara aku dan Shana.

"Kai tolong itu bu Arisu dijinakin dulu. Kerjaannya masih banyak"

Aku mendengar Kai terkekeh mendengar keluhan Shana. Dasar Shana, kenapa jadi mengadu begitu?

Shana meninggalkan ruanganku tanpa menoleh kearahku. Lihat saja nanti. Aku akan memberinya banyak pekerjaan.

Kai berjalan mendekatiku. Wajahnya masih tampan seperti biasa. Aku hanya bisa bertemu dengannya beberapa kali saja dan itu juga tidak bisa lama. Terkadang aku akan menyuruh Kai untuk menginap di apartemen miliknya agar aku bisa bersamanya walaupun hanya semalam.

Aku langsung berdiri dan digantikan Kai duduk di kursi kerjaku. Aku duduk dipangkuan Kai seperti biasanya. Jika Kai ke kantorku, dia akan selalu duduk di kursi kerjaku dan aku duduk dipangkuannya. Dengan begitu aku bisa dekat dengannya.

"Kamu jadi ke Jogja minggu depan?" tanyaku yang duduk miring menghadapnya.

Kai mengangguk.

"Eyang putri mulai ngamuk kata mas Bayu"

Kai memberitahuku jika seminggu setelah kembali dari Bali, dia menghubungi kakaknya. Sejak itulah kakaknya selalu menghubunginya terus. Aku cukup senang karena Kai bisa menyambung komunikasi dengan kakaknya yang menjadi satu-satunya orang yang bisa dia andalkan di keluarganya.

BOY TOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang