2. Arisu

358 35 36
                                    

"Apa anda ada permintaan khusus atau larangan tertentu?" tanyanya dengan kepala yang sudah sangat dengan kepalaku.

Kami berdua saling memandang dalam jarak dekat. Aku bisa melihat lebih jelas warna matanya. Layaknya warna mata orang Indonesia pada umumnya, warna matanya berwarna coklat tua dengan garis hitam dilingkarannya. Aku terpana sesaat pada pandangan matanya. Dia memandangku seakan-akan aku adalah dunianya. Pemuda ini sangat bisa menempatkan diri disetiap situasi.

"Call me Soo or anything else"

"Okay, Soo"

Tubuhku bergetar saat dia manggil nama kecilku. Selama ini aku terbiasa dengan panggilan itu oleh keluargaku atau teman dekatku. Tapi saat orang lain bahkan asing yang memanggilku seperti itu, ada gelanyar aneh ditubuhku. Suaranya serak dan dalam saat memanggil namaku. Seakan tubuhku bereaksi hanya dengan suaranya saja.

Dia menciumku lembut. Awalnya hanya kecupan ringan layaknya pria muda yang baru belajar ciuman, tapi kemudian ciumannya sangat menuntut dan kasar. Kai menyesapi bibirku penuh nafsu. Lumat dan hisap, Kai lakukan itu berulang kali. Aku terbuai. Bagaimana bisa pria muda spertinya bisa berciuman sepandai ini. Seakan-akan dia sudah sering melakukannya. Tanganku merangkul lehernya agar lebih memperdalam ciumanku.

Aku membuka mulutku dan lidah Kai langsung menginfasi mulutku. Aku melenguh pelan merasakan gerakan kasar lidahnya menjelajahi mulutku. Lidah Kai membelit lidahku dan sedikit menariknya. Hisapannya cukup kuat hingga aku lagi-lagi melenguh. Aku lupa bagaimana caranya bernafas. Aku sudah masuk kedalam jebakan ciumannya yang begitu hebat.

Kai melepaskan ciumannya dan menatapku dalam. Aku terengah mengambil nafasku sebanyak-banyaknya. Ini gila. Kai mulai membuka jaketnya dan kaosnya. Aku terpana dengan bentuk tubuhnya. Tubuhnya berotot dibagian dada dan perutnya. Bahkan lengannya aku sangat keras saat aku menyentuhnya. Tanganku yang awalnya menyentuh bisepnya kini beralih ke dadanya yang keras. Sungguh pahatan yang luar biasa. Tanganku turun dan menyentuh perutnya yang kotak-kotak. Berapa lama dia berlatih hingga membuntuk tubuh seperti ini? Sangat indah.

"Mengaguminya, Soo?"

Sekali lagi aku merasakan darahku berdesir kuat saat namaku dipanggilnya. Kai merebahkanku di sofa. Dia melihat kearah kemeja yang aku pakai dan mulai melepaskannya. Aku hanya memandangi wajahnya yang memukau. Kemilau keringatnya di keningnya mengusiknya. Bagaimana bisa hanya keringat tapi dia bisa memukau seperti ini?

Kai membenamkan wajahnya pada belahan payudaraku. Aku membusungkan dadaku saat Kai mulai mengendus bagian sana. Tangannya ternyata cukup besar. Tangan itu mampu menangkup keseluruhan payudaraku. Mereka begitu pas seakan memang dibuat untuk saling melengkapi. Kai mulai meremas payudaraku yang masih dibalut bra. Aku mendesah pelan merasakan nikmat yang tiada tara.

Mulut Kai menjelajahi payudaraku dan mulai memberikan ciuman dan hisapan kecil. Aku yakin besok aku akan melihat tanda kemerahan pada dadaku. Kai terus mengulanginya bergantian antara payudara kanan dan kiri. Aku menjambak rambut Kai menyalurkan semua kenikmatan yang menderaku.

Kai melepaskan kepalanya dari dadaku. Rambutnya yang berantakan menambah kesan seksi padanya. Kai merogoh saku celananya dan mengambil sekotak kondom. Dasar pria muda cabul. Dia bahkan sudah mempersiapkan kondom untuk bersenang-senang.

"Saya tak tau bagaimana preferensimu tentang sex. Tapi saya sangat menyukai sex yang keras"

"Lakukan apa yang biasa kamu lakukan"

Aku sendiri tak punya hal khusus saat sex. Asalkan itu nikmat dan membuatku bergairah maka aku akan mencobanya. Walaupun aku belum pernah melakukan BDSM dengan siapapun. Aku ingin tau seberapa 'keras' yang dimaksud Kai disini.

BOY TOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang