Prolog

204 33 3
                                    

Cale kecil lari di sepanjang lorong mansion kediaman Henituse. Sahutan kekhawatir pelayan-pelayan yang ia lewati tidak di gubris oleh bocah bersurai merah itu. Saat ini, hanya ada satu hal di kepala bocah itu, ayah telah pulang!

Ayah sedang dalam perjalanan bisnis selama tiga bulan sebelum memperpanjang tanggal kepulangannya menjadi enam bulan. Cale sudah tidak melihat ayahnya selama setengah tahun dan bocah lelaki itu sangat merindukannya.

Memang mereka saling menelepon sekali dalam dua minggu ( Cale tidak ingin mengganggu ayah dengan terlalu sering menelpon), tetapi itu selalu merupakan panggilan cepat, menanyakan pertanyaan dasar seperti bagaimana kabar Cale. Cale ingin main dan berbicara lebih lama dengan ayah.

Semenjak ibu meninggal, ayah seperti selalu menghindari untuk berbicara dengan Cale dengan alasan sibuk. Tapi tidak apa-apa! Ibu dulu pernah bilang bahwa ayah memang sangat sibuk karena beliau perlu mencari baaaanyak uang untuk me-naf-ka-hi keluarga mereka. Lagipula, ada Ron dan Beacrox yang selalu meluangkan waktu mereka untuk main dengannya!

Cale tidak bisa menahan kegembiraan untuk keluar dari tubuhnya, dia benar-benar bergetar dari ketidaksabaran!

Anak laki-laki itu sedang berlari di tangga sebelum Ron menangkapnya dan membawa Cale ke dalam gendongannya. "Tuan muda...tidak boleh lari-lari di tangga," ujar Ron dengan dahi berkerut. "Bagaimana jika nanti anda jatuh dan terluka? Anda tidak mau membuat tuan besar sedih, kan?"

Cale menundukkan kepalanya tanda menyesal. "Maafkan aku, Ron. Aku hanya sangat gembira dan tidak sabar menunggu kepulangan Appa," jawab bocah bersurai merah itu, bibirnya cemberut dan pipinya digembungkan bagai bakpao.

Ron menghela nafas, raut wajahnya dibuat seakan-akan jengkel namun semua orang tahu bahwa pria itu sedang menahan senyum geli melihat kesenangan bocah di rengkuhannya itu.

"Ron..." Cale memanggil Ron yang sedang menggendongnya ke pintu depan. "Apakah menurutmu Appa rindu padaku?"

"Tentu saja beliau akan rindu dengan tuan muda." Cale dapat melihat alis kepala pelayan yang menggendongnya itu terangkat bingung.

"Cale, anakku!" Cale tersenyum mendengar panggilan sang ayah yang baru saja keluar dari mobil. Bocah itu hampir saja melepaskan genggamannya pada tangan Ron untuk berlari ke ayahnya saat ia melihat seorang wanita dan anak laki-laki yang lebih kecil darinya keluar mengikuti sang ayah.

'Siapa itu...?'

Cale melihat ayahnya berjongkok didepan anak laki-laki itu sebelum menggendongnya. Bocah bersurai merah itu tertegun melihat pemandangan manis di hadapannya. 'Ka- kapan terakhir kali ayah menggendongku?'

Cale dapat merasakan sesuatu meremas dadanya hingga sesak. Tanpa sadar, Cale meremas genggaman tangannya dengan Ron.

Ayahnya berhenti di hadapan Cale dengan anak laki-laki tadi di gendongannya dan wanita tadi merangkul lengannya. "Cale, perkenalkan. Ini adalah istri baruku, Violan dan putranya, Basen." Wanita disamping ayahnya menundukkan kepalanya dengan sopan. "Mereka adalah ibu dan saudara barumu."

Istri?

Kapan ayah menikah?

Tapi aku-

Ron dapat merasakan tangan kecil Cale yang ia genggam menegang kaku. Ia dapat mendengar suara kekanakkan Cale yang tadi penuh semangat menjadi parau, "Selamat atas pernikahannya, Abeoji."

To Build a Home [A TCF/LCF Fic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang