Chapter 5: Cale Molan

186 40 6
                                    

Cahaya terik milik sang surya diam-diam menyelinap diantara tirai kecil yang menghiasi kamar Cale. Sinar yang jahil itu dengan senang hati menjatuhkan cahaya kehangatannya ke wajah Cale yang sedang tertidur pulas.

"Ughh-" Cale mengerang. Remaja itu dengan kesal menarik selimutnya ke atas, menutupi wajah rupawannya.

"Cale!" dari luar terdengar seruan sang ayah. "Bangun sayang, hari ini hari pertama kuliahmu!"

"Ugghh, lima menit lagi yah-!" seru pemuda itu, membalikkan badannya untuk posisi tidur yang lebih baik.

"Bangun, sayang!" suara sang ayah lelah. Membangunkan Cale merupakan hal yang mustahil. Ron tidak ingin menggunakan cara ini namun sepertinya tidak ada pilihan lain, "Kalau tidak, ayah akan menyuruh Hyungmu untuk menggeretmu keluar!"

Cale dengan cekat bangun dari posisi rebahannya, "Oke, oke, aku bangun, ayah!"

"Cepat mandi, kalau tidak kau akan telat untuk orientasi! Ayah harus berangkat sekarang. Jangan lupa bekalmu!"

"Oke, yah!" ujar Cale sembari menguap.

Cale mengunci pintu rumahnya dengan satu tangan, tangan lainnya terisi dengan skateboard dan bekal yang telah disiapkan kakaknya sebelum empunya itu berangkat kerja.

Pemuda itu mulai mengendarai skateboardnya sembari memakan french toastnya, jika tidak begitu, dia pasti akan kelaparan di kelas.

Pemuda itu menyelesaikan sarapannya tepat ketika ia sampai di stasiun. Dengan gesit ia menghindari rombongan pekerja kantoran yang hendak menuju platform kereta yang mereka tuju.

Pemuda itu mempercepat langkahnya menuju platform kereta, keretanya akan datang dalam tujuh menit.

"Permisi-"

"Awas-"

"Maaf-"

Cale menghela nafas lega ketika kakinya sampai di platform kereta. "Huft- huft." Kesibukan stasiun saat pagi sangatlah melelahkan.

"Perhatian, perhatian, kereta jurusan Nordost akan segera tiba, dimohon untuk berdiri di belakang garis kuning."

Pas sekali.

Dengan sergap Cale memasuki rombong kereta tersepi, walau dia tidak terlalu bisa memanggilnya sepi. Tidak ada rombong kereta yang sepi di jam sibuk seperti ini.

Pemuda itu bersandar pada tembok kaca pembatas pintu dan tempat duduk, telinganya sudah tersumbat earphone yang memutar salah satu playlistnya.

"Sukunella my beloved" playlist yang ia buat sebagai lelucon bersama teman-temannya saat melihat meme antara Sukuna dan Cinderella. Namun ironisnya, lagu-lagu yang mereka taruh di playlist itu sungguh enak untuk didengar.

Cale mengangguk-angguk kan kepalanya mengikuti irama musik. Pemuda itu memandang pemandangan kota Roan di luar jendela panjang kereta, senyuman kecil terpampang di bibirnya.

Ia tidak pernah merasa sebebas ini. Seakan beban berat di pundaknya telah terangkat.

Senyuman Cale kali ini mencapai matanya.

To Build a Home [A TCF/LCF Fic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang