03

1.1K 116 7
                                    

-- Typo's --

----

Mereka bablas main di rumah Fatur sampe malem, endingnya mereka izin ke orang tua masing-masing buat nginep di rumah Fatur yang cuman beda beberapa blok doang dari rumah mereka.

Main PS ternyata bisa sampe bikin lupa waktu bahkan lupa dunia, apalagi kalau ditemenin sama es jeruk juga cookies buatannya mama Fatur.

Sekarang mereka, lebih tepatnya Langit juga Bintang lagi duduk di balkon kamar Fatur sambil natap ke arah Langit yang cerah. Riki udah tidur, sedangkan Fatur kayaknya lagi di babuin sama orang tuanya.

"Gua suka bintang."

"Iya, gua juga suka bintang meskipun gua ngga tau sama sekali tentang dunia perbintangan." Bintang nyahut enteng, terus dia mulai sesap lagi nikotinnya dengan khidmat.

Langit noleh, bukan itu yang dia maksud "Gua pengen bintang jadi milik gua."

Tawa hambar Bintang kedenger disana, terus mereka saling tatap "Ya ngga bisa lah, Langit asli aja ngga bisa genggam tuh bintang apalagi lo yang cuman partikel debu."

Sial, menusuk sekali tuan Bintang. Batin Langit tergores, jadi dia cuman senyum doang.

"Gua beneran pengen Bintang, gua suka banget ama Bintang. Gua pengen banget ngemilikin Bintang meskipun satu dunia bakal nginjek nginjek gua, gua siap lagian gua bisa bela diri."

Bintang ketawa lagi, kali ini lebih kenceng sambil ngegelengin kepalanya ngga habis pikir. "Iya dah, serah lo." Katanya, terus dia matiin rokoknya di asbak.

"Hari ini gua lagi galau, lagi mellow."

"Kenapa?"

"Gua patah hati, tang."

Bintang ngerutih dahinya, gelengin kepalanya tanda ngga percaya "Serius, kok bisa? Emang lo lagi patah hati karena apa?"

"Gua ngga pernah bisa milikin orang yang gua suka kayaknya, bisa dibilang gua Nice Try. Apalagi dengan gua yang begini, siapa yang bakalan naksir?"

"Ah lo mah, belum di try udah nice try aja."

"Lah, elo aja belum try try anjing." Bintang cengengesan, dia senyum tipis.

"Yeahh, nunggu si Tasya putus dulu ama pacarnya." Anjing, nyesek juga ternyata kisah cinta dia.

Langit cuman ngangguk doang, terus kembali natap bintang sekilas, sebelum tatapannya kembali ke Bintang yang lagi dongak ke arah para bintang juga. Binar matanya, indah.

Bulu mata lentik, serta senyum manisnya bikin Langit mabuk kepayang. Langit senyum lebar, tatapan Langit sangat amat penuh puja buat Bintang. Bahkan Riki juga Fatur pun sadar, bahwa salah satu dari mereka ada yang suka sama temen sendiri.

----

"Apa tanggapan lo tentang perasaan sesama jenis?"

"Salah besar, Lang. Lo tau itu, kan?" Langit ngangguk atas jawaban Riki yang malah balik nanya.

Duduk di atas kasur sambil metik getir jam 9 pagi memang bukan timing yang tepat, tapi mereka lagi ngisi kekosongan setelah Bintang pamit pulang tadi subuh.

Fatur ngehentiin tangannya yang lagi metik senar gitar, terus natap Langit intens sampe Langit bingung sendiri "Kunaon ari sia?" [Kamu tuh kenapa?]

"Bogohnya ka si Bintang?"

"Huh?"

"Heeuh maneh, bogoh ka si Bintang. Ngaku weh, moal di emberkeun ku urang ge, percaya." [Iya kamu, suka sama si Bintang. Ngaku aja, ngga akan di kasih tau ke siapa-siapa percaya deh.]

Langit nunduk, terus dia ngangguk kecil.

"Sejak kapan?"

"I have loved him since i was 14." Jawabnya pake nada lagu 18 One Direction.

"What the fuck? Selama itu lo pendem anjing?" Riki ngga terima, Langit sendiri cuman senyam senyum canggung.

Fatur geleng kepala gak habis pikir "Lo tau gua ngga suka hubungan sesama jenis, perasaan sesama jenis, tapi ini malah temen gua yang kena anjing." Lalu memisuh.

Yang biasanya Langit langsung ngereog, ini dia diem aja. Dia ngga tau kalay temen temennya bakal sadar, padahal perlakuan ke dia udah di bilang normal normal aja.

"Kenapa lo bisa nebak demikian? Mana bener lagi." Tanyanya ke Fatur.

Fatur ngelirik ke Riki "Sebab effort lo buat Bintang banyak banget meskipun ngga heboh, dan gua sadarnya pas tatapan lo ke Bintang semalem." Riki yang jawab.

Fatur bagian ngangguk doang

Langit senyum manis disana, tapi rada sendu tatapannya. "Tapi kalau kalian denger sendiri gimana jawabannya pas gua bilang pengen ngemilikin Bintang, kalian bakal nangkep kalau dia nyuruh gua mundur semundurnya."

"Bintang tau?"

"Kagak, Bintang ngga tau kalau gua punya perasaan ke dia."

Lalu hening, semuanya fokus dan larut ke pikirannya masing-masing. "Gua harap, suatu saat Bintang tau dan gua harap responnya sama seperti ekspetasi gua."

Fatur juga Riki cuman bisa berharap, ekspetasinya Langit semoga terkabul.
---

Bersambung.

Langit dan Bintang.Where stories live. Discover now