17

1K 98 4
                                    

-- Typo's --

----

Riki ngeliatin gimana semangatnya Langit ngegiring bola, lalu di oper ke partner mainnya, berlarian kesana kemari ngejar bola, Riki selalu betah.

Karena, cuman disaat ini bisa ngeliat si dekil itu jadi keren sama kalem.

Riki nungguin Fatur, Langit, sama Yusuf buat pulang bareng. Mereka ini satu ekskul, tadinya Riki mau bareng (nebeng) sama Rafa tapi si Rafa nya buru buru harus pulang duluan.

Lagi asyik duduk di pinggir lapangan ngeliatin sohib sohibnya Futsal, tiba tiba ada yang nepuk bahunya. Riki reflek noleh, ada Mahen yang nafasnya ngos ngosan habis lari.

"Minum dulu bang, tenang dulu." Dengan inisiatif Riki ngasih Mahen minum, yang dimana langsung ditenggak habis sama Mahen.

Sial, itu kan minumnya Fatur. Pasti ngamok pas tau minumnya habis, ya gapapa lah.

"Ada apa bang, panik betul?"

"Anu, Bintang pingsan." Riki melotot kaget, "Kita ngga tau apa apa, lagi pada maen gaplek tetiba si Bintang gerumusuh bangun terus ngga lama pingsan."

Riki noleh ke arah dimana Langit lagi main, "NGIT, BINTANG PINGSAN!" Katanya teriak, Langit noleh kaget sebelum keluar lapangan dan lari ke arah Mahen.

Bahkan temen temennya juga coachnya si Langit ampe bingung tiba-tiba Langit keluar lapangan, "Dimana sekarang?" Tanyanya panih, masih ngos-ngosan.

"Bujok."

Dan tanpa kata, Langit langsung lari ke warung Bujok tanpa peduli teriakan dari temen-temennya. Riki juga Mahen nyusul dibelakang, tapi kayaknya ketinggalan jauh soalnya Langit larinya secepat kilat.

Nyampe di warung bujok, ada kumpul kumpul di salah satu titik dan Langit yakin itu Bintang. Jadi dia menyingkirkan beberapa orang buat mastiin kalau itu bintang, dan gotcha.

Bintang udah sadar, cuman masih linglung.

"Pulang, yuk?" Bintang natap tepat ke arah Langit, pandangannya mengedar kemudian sebelum dia ngangguk kecil.

"Lo bawa mobil atau motor?"

"Motor."

Langit desah kecewa, sebelum kunci mobil ngelempar ke arahnya, itu dari Luke yang sekarang senyum lebar dan ngodein supaya mereka balik pake mobilnya.

"Thanks, Luke." Luke cuman ngangguk, "Ayo? Kuat berdiri?" Bintang ngangguk, lalu otw ke mobil di papah sama Langit.

Anggota lain cuman ngeliatin interaksi keduanya, sebagian ada yg curiga sebagian ada yang nganggap ini normal. Sampai Riki juga Mahen datang, ngeliat Bintang yang di papah ke mobil Luke.

"Hati hati, ngit." Langit cuman ngasih tanda oke.

Di mobil ada air mineral, di minum dulu sedikit sama Langit sebelum dikasih ke Bintang yang sekarang duduk nyaman di kursi penumpang.

"Minum dulu, sayang."

Bintang noleh, nerima air mineral yang Langit sodorin. "Nafasnya, enakan?" Bintang ngangguk aja, sebelum mobil jalan Bintang natap Langit intens.

"Kunaon, kamu hayang naon?" [Kenapa, kamu mau apa?]

Bintang cuman nunjuk paja Langit, kode pengen duduk disana. Langit ngerutin dahinya, "Jangan, badan ku bau keringet habis Futsal."

Tapi Bintang keukeuh, langsung naik ke pangkuan Langit dan meluk lehernya erat, kepalanya ngedusel dan Langit cuman bisa pasrah.

"Commm, balik."

----

"Mau di cek aja itu sakitnya?"

"Mbung, udah biarin aja pan biasanya juga gini."

Langit natap Bintang tanpa ekspresi, Bintang sendiri ngangkat kedua bahunya acuh, ngga takut. "Nanti juga sembuh sendiri, itu mah pas kambuh doang." Ceunahmah, Langit geram sorangan.

Jadi Langit hanya bisa pasrah, habis mandi tadi Langit udah maksa buat si Bintang cek ke Dokter, tapi si Bintang nya gamau. Jadilah Langit pasrah, debat ntar marahan kan nggak lucu.

"Yaudah, bobo sini."

"Masih sore cok."

"Ya emang kunaon kalau masih sore? Kan cuman sasaréan." [Cuman tiduran]

Bintang dengus, tapi nurut buat masuk ke pelukannya Langit "Pengen main PS." Bintang dibuat kesel waktu Langit malah nutupin telinganya pake jari.

"Langit ngentot!"

"Ayo, mau ngentot sekarang?"

"OTAK LO, ANJING SIAH JOJON!"

Langit ketawa tanpa dosa, "Kenapa sih Jamal? Marah marah mulu, PMS ya?"

"GUA BERKONTOL YA ANJING?!" Langit semakin ketawa, ekspresi marah Bintang dari dulu emang selalu jadi hiburan.

Ngeredam marah si paling muda, Langit meluk Bintang erat. Bintang yang gondok cuman bisa pasrah, ngebiarin Langit yang meluk dia seenaknya.

"Nyanyi."

"Huh?"

Bintang muter bola matanya males, "Nyanyi buat gua cepetan."

Langit mah geleng kepala doang buat nanggapin tingkah ajaibnya pacar, jadi dia mah pasrah aja nurut buat di mintain nyanyi. Lebih ke gumaman yang bernada, cukup bikin Bintang nyaman dan ngantuk.

"There was something 'bout you

that now I can't remember

It's the same damn thing

that made my heart surrender

And I miss you on a train,

I miss you in the morning

I never know

what to think about."

About you —The 1975.

-----

Bersambung..

Langit dan Bintang.Where stories live. Discover now