12

987 97 7
                                    

-- Typo's --

---

Acara dimulai jam 8 lalu, sekarang jam setengah 10 dimana acaranya bebas yaitu dance ria. Pembagian hadiah pun ada sesinya yaitu pas tadi, jam 9.

Dimana lumayan rusuh soalnya pada sekalian minta foto, beberapa ngga ada yang mau ribet. Ngasih, terus turun panggung kayak modelan Langit, Bintang, Fatur atau Riki.

Musik diputar begitu kencang, orang orang yang ngehadirin pesta kebanyakan kalau ngga makan di pojokan yang dance di tengah, kalau kata Rafa mah udah macam zombie kekurangan disco.

Fatur, Riki sama Langit gabung di circle-an para petinggi Never. Ada Bintang, Piyan, Mahen, Luke, Hafiz juga Felix. Makan di pojokan, sambil nikmatin acara.

Katanya jangan dulu pulang, puncaknya nanti jam 12 gatau mau ada apa dan mereka ngga begitu peduli. Lagian kapan lagi ke bar berkedok menghadiri acara birthday party.

"Gua tadi nyobain wine, ternyata enak." Yang lain pada ketawa ngedenger celetukan Riki, emang Riki ini anti sama minuman minuman kayak gitu.

Dan sekarang baru nyobain, jangan sampai jadi candu. Fatur gelengin kepalanya ngga habis fikit "Awas lo kecanduan, ntar tiap hari ke bar perkara wine doang."

"Wine bisa beli anjir, ngga perlu ke bar buat ngerasain minuman gitu." Fatur ngangguk, iya juga dia ngga kepikiran.

Sisanya paling ngebahas hal random, bahkan mereka ngebahas pantat ada berapa juga lubang sedotan itu ada berapa. Luke, Piyan, Felix sama Hafiz yang awalnya ngga habis pikir, malah ikutan debat.

Konsep party ini beneran konsep dewasa, bahkan ada beberapa yang nikmatin miras sambil grapa grepe, atau bahkan ada beberapa yang milih HS sama jalang di bar sana.

Langit aja sampai mengingat kepada Tuhan Yang Maha Esa agar dia tidak terjerumus, meskipun kadang dia suka ngelirik beberapa orang pakaian minim.

"Hei, Bintang. Gue mau ngajak minum nih, sama temen gue yang disana. Ayo?" Maura tiba tiba datang, Luke jadi ngerasa Nice Try padahal belum apa apa.

Mereka ngeliatin arah yang ditunjuk Maura, sekumpulan cewek alias circlenya Maura yang lagi di raba pacarnya masing-masing. Memang Maura ini jomblo, tapi ngga ada yang tau kalau dia ini ngincer si ketua Never.

Bintang geleng kepala, "Gua ngga suka minum."

"Ngga apa, disana juga ada selain miras." Meskipun Bintang ini cuek bebek macam triplek, tapi dia ini ngga enakan apalagi kalau objeknya cewek.

Sebab, mamanya itu cewek, dan dia ngga mau nyakitin kaum yang satu spesies sama mamanya, yaitu cewek.

"Gue ikut." Langit ikut berdiri waktu Bintang ngangguk dan berdiri juga, Maura ngangguk ngizinin.

Sebelum pergi, Langit sempat berbisik ke Riki, "Gue rasa ada yang ngga beres." Katanya, dan Riki berdoa semoga ngga ada kejadian apapun.

--

"Lo ketua geng Never?"

"Mungkin, hahaha." Bintang ketawa canggung, dia minum jus jeruknya dengan khidmat mengabaikan tatapan Maura juga temen temennya.

Terus tangan Langit ngambil gelas isi jus jeruk punya nya Bintang, "Nyobain." Katanya bikin Maura melotot, pun temen temennya.

Pacar temen Maura nepuk bahu Bintang pelan "Oh, gua kira bakal sangar gitu taunya keliatan ramah." Bintang cuman senyum aja, entah anggapan dari mana kalau dia sangar.

Padahal Bintang ini baik hati dan tidak sombong, ramah dan selalu senyum kepada siapapun, dimana pun dan kapan pun. Iya, terserah tuan muda aja.

"B-Bintang ayo kita dansa?" Maura ngajak, baru aja Bintang mau ngangguk tapi tangannya ditarik Langit duluan.

"Oiya, lo kan ada janji sama mama mau ke rumah." Bintang ngerutin dahinya bingung, "Sorry kita pulang duluan ya Ra. Soalnya Bintang ada janji ama ibu negara, Riki Fatur juga kayaknya udah ditungguin."

Maura ngangguk patah patah, Langit narik Bintang buat pergi dari sana. Ngga lupa ngirim pesan ke Riki kalau mereka pulang duluan, sebab dia ngerasa ada yang ngga beres sama minuman itu.

"Lo tau kan kalau misalnya hal yang paling membahayakan itu wanita?" Langit nanya di sela sela rasa gelisahnya, Bintang ngangguk patah patah dan pasrah aja ditarik ke motornya Langit.

Langit naikin motornya, "Naik." Titahnya dan langsung di turuti Bintang, Bintang masih belum paham, pun dua ngerasa pusing jadi lebih milih nurut aja.

"Tipu daya wanita itu mematikan, dan lo hampir aja masuk ke dalam tipu daya nya, Bintang Sebastian." Bintang masih diam, sebelum dia ngerasain gelisah, dan rasa panas.

"J-jangan pulang."

"Huh?" Di tengah berisiknya suara mesin motor Langit, Langit ngga begitu jelas sama ucapan Bintang.

"Jangan pulang, gua ngga mau ketemu mama."

Dan tujuan mereka berubah, bukan Rumah Bintang, ataupun rumahnya Langit. Tapi Apartemen pribadi milik Langit yang dimana itu hadiah dari Ayahnya waktu ulang tahun dia ke 17.

---

Bersambung..



Langit dan Bintang.Where stories live. Discover now