19

907 92 2
                                    

-- Typo's --

---

Langit juga Bintang di hukum bareng sebab telat, tapi mereka berdua ngga ngejalanin hukuman dan malah rebahan di atas rumput tengah tengah halaman sekolah.

OSIS geram, mereka terlalu santai seukuran terlambat selama hampir satu jam setengah. Masuk gerbang hasil nyogok, orang mah ngendap ngendap dua orang ini malah santai ngobrol sambil ketawa jalan ngelewatin tengah lapangan.

Riki ama Fatur aja ngga habis fikir, dan berakhirlah mereka disini. Di halaman yang sama kayak part 1 dimana Bintang dihukum nyapu, si tolol Langit malah ikutan ngebantuin hukuman.

"Gua malem ini mau nongkrong sama anak Never." Ditengah tengah keheningan mereka, tiba tiba Bintang bersuara.

Langit noleh natap Bintang dari samping, "Iya, tapi pulangnya jangan tengah malem ya?" Bintang ketawa kecil, ngangguk kemudian.

"Emang kenapa kalau pulang tengah malem? Gua jago bela diri, lagian yang jagain gua anak Never semua cok, lo tau ndiri mereka gimana?"

Langit gelengin kepalanya pelan, perasaan kebanyakan Bintang yang ngejagain anggota Never. "Iya dah, soalnya gua ini kangen ama lo ntar, kan bobonya pengen di peyyukk ama pacar."

"Alay lo anjing." Tapi meskipun gitu, Bintang tetep ketawa sama Langit.

"Kenapa nama lo Langit dan nama gue Bintang?"

"Sebab lo bersinar indah, juga terang layaknya Bintang. Sebagai pelengkap kekosongan Langit juga di waktu malam, Bintang jatuh aja banyak yang berharap dan harapannya diharapin jadi kenyataan."

Ada jeda disana, Langit ngambil tangan Bintang buat dia genggam erat. "Yang artinya, lo juga sebagai harapan buat banyak orang. Bintang juga bisa bikin bahagia meski cuman ditatap, dan lo bikin banyak orang bahagia dengan kehadiran lo."

"Semua tentang Bintang, itu cocok sama lo si pemilik nama serupa. Bukan cuman nama, tapi lo ini emang Bintang di hati semua orang. Termasuk hati gua, juga Bintang-nya Langit di atas sana." Lanjutnya, diem diem nyuri kecupan kecil di tangannya Bintang.

Bintang kekeh pelan, pelan sekali. "Tapi terkadang, mereka inget Bintang ketika mereka ngeliat aja. Kalau ngga, kebanyakan dari mereka lupa. Mereka tanpa Bintang, masih bisa ngejalanin kehidupannya dengan normal."

Kali ini mereka saling tatap, kadang obrolan random mereka bisa jadi seberat ini.

"Tapi kalau tanpa Langit, kiamat."

Langit baru aja mau buka mulut buat nyela, tapi telunjuk Bintang udah lebih dulu bersarang di bibirnya. "Langit masih bisa utuh tanpa Bintang, Langit masih kokoh tanpa Bintang. Jadi, ada atau ngga ada nya Bintang itu bukanlah pengaruh buat Langit."

Langit micingin matanya, kentara banget kalau dia mau marah. Tapi Bintang senyum manis, Langit jadi luluh sendiri. Perasaan nya campur aduk, entah punya motif apa Bintang bahas beginian.

Yang pada intinya, ini nguras emosi Langit parah. Antara kesal, sedih, dan pengen marah jadi satu tapi dia ngga bisa ngapa ngapain. Karena ini hanyalah sebatas pembahasan antara Langit juga Bintang.

"LANGIT! BINTANG! BUKANNYA NYAPU MALAH MOLOR?!"

"Ngantuk gila, namanya juga manusia."

Langit bahkan cuman bisa diem aja ngebiarin salah satu anak OSIS ngomelin mereka, dan omelannya selalu dibisa dibalas Bintang dengan nada males.

---

Bersambung...

book lain saya un pub dulu ya sayang sayangku.

Langit dan Bintang.Where stories live. Discover now