16

1K 91 7
                                    

-- Typo's --

---

Minggu lalu, Mama Yuni dikagetin sama permintaan Langit yang mau hidup sendiri. Tapi ketika dikasih tau alasannya yaitu Bintang, pun dengan 1000 janji ngga akan macem macem akhirnya Yuni luluh.

Pun Yuni juga harus berusaha keras supaya Jojon ini terima atas permintaan putranya, dan akhirnya sekarang Langit beneran tinggal di apartemen bedanya berdua sama Bintang.

Bintang sendiri pulang sesekali cuman buat cek keadaan mamanya, mamanya jadi jarang pulang kalau bukan cuman buat minum, entah kerja apa diluaran sana.

Sedangkan Jamal, ngga tau dah.

Tinggal di apartemen berdua, bukan berarti mereka bebas ngelakuin hal apa aja. Mereka masih punya batasan, pun having sex mereka lakuin cuman pas waktu di part terakhir aja.

Dan mereka ngga pernah lakuin lagi, kecuali ciuman atau saling raba.

Bintang yang biasanya nyibukin diri diluar, sekarang jadi sering ada di apartemen bareng sama Langit. Selama seminggu mereka tinggal bareng, kebiasaan mereka pun di ubah bahkan udah kayak terjadwal.

Pagi yang bangun awal selalu Bintang, ngebangunin Langit dan nyiapin sarapan. Berangkat bareng apalagi mereka ini satu kelas, paling bedanya kadang kalau Langit ekskul Futsal, Bintang nyerang orang bareng geng motornya.

Habis itu, sore sorenya mereka jajan keliling Bogor atau jajan santai di stasion Pakansari, malemnya duduk di balkon sambil ngegitar nyanyi ga jelas terus ngerokok.

Kayak sekarang, Bintang duduk diantara dua kakinya Langit sambil ngehisap rokok. Posisinya ada di balkon, duduk lesehan di lantai nikmatin soda juga pemandangan kota dan langit malam penuh bintang.

Tangan Langit meluk pinggangnya Bintang, nelusup masuk ke dalam bajunya.

"Sampai kapan kira kira kita kayak begini?"

"Sampai bintang lelah bersinar buat ngehiasin langit."

Bintang dongak, nyuri satu kecupan di bibir Langit sebelum dusel nyaman di dadanya Langit. "Bintang itu ngga pernah bosen munculin cahaya nya, kadang kalau misalnya bintang keliatan lagi gak bersinar, sebenernya mereka lagi bersinar."

Bintang dongak lagi, natap netra kelam Langit dengan senyum manis yang bikin Langit senyum juga. "Mereka bersinar di angkasa, bedanya manusia ngga bisa liat sebab kehalang sama awan awan."

Langit senyum kecil "Aduhh, aing salting eeuyy!" Bintang ketawa seneng disana.

Terus mereka saling natap lagi ke atas Langit, natap betapa indahnya langit malam apalagi kalau dilihat sama orang terkasih.

"Kamu percaya ada alien ngga?"

"Ngga tau, percaya ngga percaya. Tapi pengen liat dulu, biar percaya."

Langit ketawa pelan "Nanti kita keluar angkasa."

"Ngapain?"

"Ngeliat bintang dari deket, sama nyari alien." Bintang ketawa disana, terus dia ngangguk semangat.

"Iya, kalau bisa bintangnya bawa pulang biar bisa kamu milikin."

"Ngga perlu, kan udah ada bintang yang ini."

"Halahhh siaahh boyyy, bisaan." Langit ketawa, dia nyuri kecupan di keningnya Bintang terus natap lagi ke atas langit.

Dia mau waktu itu jadi lebih lama, mengabdikan dan mempertahankan moment ketika dia sama Bintang setiap detiknya. Tapi dia tau, kalau dia ngga akan bisa bertarung sama waktu.

"Aku sayang kamu, banget."

"Aku juga sayang kamu, meskipun kadang aku suka aneh sama sikap lembut kamu, atau kata kata lembut kamu padahal biasanya kita berantem."

Bintang dongak, Langit nunduk lagi, "Yang biasanya sia aing, gua elu, jadi aku kamu. Terus yang biasanya kamu kalau ngomong pake urat, sekarang lembut banget. Sialnya aku suka, nih di perut aku kayak banyak kupu kupu."

Lanit senyum lebar, dia ngusap lembut perut Bintang dibalik baju kaos. Bintang sendiri pejamin mata nikmati usapan lembut di perutnya, terus ngedusel supaya lebih nyaman nyandar di dadanya Bintang.

"Sumpah, gua cinta lo sampe rasanya mau mati." Bisik Langit, sebelum ngejilat cuping telinga Bintang kemudian di kulum.

---

Bersambung...

Langit dan Bintang.Where stories live. Discover now