Senyum cerah yang sempat menghiasi wajah cantik Haewon menghilang dan digantikan dengan kekecewaan. "Jadi kau tidak betah menjadi roommate ku?"
"Tidak, bukan begitu. Aku pun masih ingin disini hingga kita lulus bersama, tapi ayahku tiba-tiba meminta kami kembali ke Australia dan menyuruhku untuk melanjutkan studi di sana. Aku minta maaf."
Haewon berusaha mati-matian menahan air matanya agar tidak lolos, namun mau ditahan sekuat apapun air matanya sudah turun.
"Jangan lupakan aku, dan kau harus berjanji untuk menemuiku suatu hari nanti."
Lily mengusap air mata Haewon sembari tersenyum. "Janji." Mereka berdua berpelukan lama untuk terakhir kalinya sebelum Lily meninggalkan negara ini.
Haewon begitu terpukul atas kepergian roommate sekaligus sahabat sejak sekolah dasarnya. Mereka sudah seperti saudara sendiri, sayang sekali keduanya harus berpisah.
Plakk.
Ia menepuk keras kedua pipinya. Pikiran negatif tidak boleh terus-menerus menghantui. Ya, Haewon! Kau tidak boleh terlarut dalam kesedihan.
"Saya butuh satu relawan untuk membantu mengembalikan buku ke gedung sebelah. Ada yang ingin membantu?" Sekelas acuh dan tidak memperhatikan. Karena tidak tega Haewon pun mengajukan diri sebagai relawan.
Setelah berputar-putar cukup lama akhirnya ia menemukan ruangan yang dimaksud. Setelah selesai melaksanakan tugas ia berniat untuk kembali ke asrama, namun suara piano menyita seluruh atensinya.
Haewon mencari keberadaan sosok yang memainkan piano. Kini ia dapat melihat dari balik kaca jendela terdapat seorang pemuda berpunggung tegap menekan balok piano dengan lihai.
DING DONG.....
DING DONG.....
Suara itu! Lagi-lagi ia mendengar bunyi lonceng yang membuatnya merinding hingga sekujur tubuh.
Pemuda itu berbalik badan dan menyadari kehadirannya yang mengintip dari balik kaca jendela. Mata pemuda itu berubah menjadi merah menyalang dan gigi taring yang terlihat menyembul.
"Manusia....."
Vampir?! Haewon masih tidak paham mengenai pemandangan yang baru saja dilihat, namun yang terpenting saat ini ia harus menyelamatkan diri.
"Tolong!!! Tolong!!!" Haewon berlari ke sembarang arah.
Brakkk.
Badannya limbung ke lantai seusai menabrak seseorang. "Maaf—"
"Manusia! Ada manusia!!!"
"Apa? Manusia??? Dia milikku!!!"
"Tidak! Dia milikku! Aku yang menemukannya lebih dulu."
"Bagaimana jika darahnya kita hisap bersama-sama sampai lemas."
"Tidak terlalu buruk. Hah, baiklah manusia, aku duluan yang akan mencicipi darahmu."
Gadis itu merapalkan doa kepada Tuhan, ia belum boleh mati sekarang. Masih ada impian yang harus ia gapai.
"PERGI!" teriak seseorang.
Perlahan ia membuka kedua matanya yang sempat terpejam. Dapat dilihat punggung tegap lelaki itu berdiri membelakanginya.
"Dia milik kami, kau tidak bisa mengambil sesuka hati."
"Pergi atau bertarung denganku." Suaranya terasa dingin hingga membuat siapapun yang mendengar menjadi ciut nyali.
"Bukankah itu Taehyun? Lebih baik kita tidak cari gara-gara dengannya." bisik salah satu dari mereka.
"Hah, kau serius? M-maafkan kami, k-kami hanya bercanda. K-kalau begitu kami pergi dulu."
Seusai para vampir itu pergi, punggung tegapnya berbalik menghadap Haewon. Mata gadis itu membulat sempurna. "Kau!— Bukankah kau yang membuatku pingsan dan meletakkanku di depan asrama?"
"Bodoh."
"A-apa?" Tentu saja ia terkejut dan tidak terima dikatai bodoh oleh seseorang sepertinya.
"Bodoh, manusia memang bodoh."
"Tunggu! Sebelum kau pergi tolong jelaskan kepadaku tentang apa yang baru saja terjadi."
"Pulanglah, sebentar lagi kami akan memenuhi tempat ini."
"Kami? Siapa kami yang kau maksud? Lalu kenapa kau dan orang-orang tadi memanggilku dengan sebutan manusia? Bukankah kalian juga sama sepertiku?"
"Cepat pulang. Aku tidak akan menolong jika ada yang berniat menyerangmu la—"
"Hahaha aku mendapatkanmu."
Nafas Haewon tercekat saat seseorang menggapai lehernya. Ia semakin panik sewaktu menyadari orang itulah yang bermain piano di ruang musik.
Mata Taehyun berubah merah. "Lepas, jangan sakiti dia."
"Apa kau lupa dengan peraturannya? Mereka memperbolehkan kita untuk menghisap darah manusia yang berkeliaran di sini setelah lonceng berbunyi."
"Kali ini saja tolong lepaskan. Aku mohon."
Vampir itu tertawa keras. "Jadi dia incaranmu? Hahaha baguslah sepertinya kau tidak menjadi vampir pengecut lagi."
Haewon meremang sewaktu vampir itu membisikkan sebuah kalimat. "Kau beruntung tidak menjadi santapanku."
Gadis itu terduduk di lantai sambil terbatuk seusai vampir itu membebaskannya. Taehyun pun segera mengamankannya.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Day and Night
FanfictionJatuh cinta dengan vampir, mungkinkah itu? ♡ [Kang Taehyun x Oh Haewon] ♡